Sewaktu kecil, Jevian sangat senang sekali bermain dengan Jovan dan kakak-kakaknya. Ya karena temannya cuma mereka soalnya. Dia selalu senang saat mereka memboncengnya menggunakan sepeda untuk mengelilingi komplek, dia senang saat kakak-kakaknya mau diajak bermain sepak bola, dia juga senang saat kelimanya mau diajak bermain tanah di halaman rumah.
Namun yang tak Jevian suka adalah mereka yang semang sekali menyuruhnya. Entah mengambil minum atau mengambil cemilan. Maka, saat dirinya bertemu dengan anak kecil yang tiga tahun lebih muda darinya, Jevian sangat senang. Apalagi saat melihat anak kecil itu memanggilnya Abang, Jevian merasa menjadi remaja ganteng nan populer.
"Abang! Abang ndak mik syusyu?"
Namanya Nakhala, pertama kali bertemu saat bocah itu masih berumur dua tahun. Saat Nakhala dan empat laki-laki lainnya datang untuk pindah tepat di depan rumahnya. Yang Jevian tahu, satu dari keempat lelaki itu memiliki tampang seperti penjahat yang ada di film. Jevian bahkan sering ditatap tajam.
"Nggak dong. Abang 'kan udah gede." katanya pada Nakhala yang sedang meminum susunya di botol dot. Anak itu berlagak seperti Jaffar, kakaknya.
"Kalau udah gede ndak mik syusyu ya, Abang?" tanya si kecil.
Umur Nakhala baru saja menginjak tiga tahun waktu itu, sedangkan Jevian masih menuju usia enam tahun. Keduanya sedang duduk di ruang tengah kediaman Dirgantara. Hanya ada mereka berdua di sana. Si kembar tiga juga Jaffar masih belum pulang sekolah, Keenan juga masih berada di kantor, sedangkan Jihan masih sibuk dengan cuciannya.
"Nggak dong. Kalau udah gede minumnya kopi." Jevian memberitahu Nakhala. Sebenarnya dia hanya asal mengucapkan. Sebab beberapa kali dia melihat ayahnya juga pamannya meminum minuman hitam itu.
"Kopi ndak enak tauw, Abang. Payit! Adek ndak syuka. Abang syuka?"
"Suka!" jawab Jevian cepat namun terlihat ragu. Padahal aslinya, anak itu juga masih meminum susu dari dot kesayangan miliknya. Dot dari Awan yang sering bertengkar dengannya. Mana pernah dia mencoba minuman pahit itu.
"Emangna ndak payit ya, Abang?" tanya Nakhala ingin tahu. Tangannya memegang wajah Jevian. Setahunya kopi itu pahit. Dia pernah meminta pada Jay waktu itu. Berakhir anak itu menangis karena lidahnya yang terus-terusan merasa pahit.
"Nggak. Abang 'kan udah gede."
Nakhala berdecak kagum. "Woah Abang kelen syekali."
Jevian tersenyum bangga. Dia senang sekali saat Nakhala memujinya seperti ini. Dia harus terlihat keren di depan Nakhala. SedangkanJihan yang sengaja mendengar ucapan dari si bungsu tersenyum. Wah sepertinya dia harus mengerjai bungsunya ini.
YOU ARE READING
meilleurs amis
Teen Fiction(Jaemin ft 00l Dream) Kisah pertemanan empat orang anak remaja yang masih mencari jati diri. Sebut saja Kwartet Teretet. BUKAN BxB