02: Rifky dan Chandra

6.8K 711 77
                                    

Bagi Rifky, dapat hidup bercukupan dan tidur dengan dengan nyaman sudah menjadi kenikmatan yang luar biasa

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Bagi Rifky, dapat hidup bercukupan dan tidur dengan dengan nyaman sudah menjadi kenikmatan yang luar biasa. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa menjadi tunggal akan selalu terasa sepi. Di rumah besar itu dia tidak bisa membagi kisah.

Sedari kecil Rifky selalu mendambakan saudara. Dia ingin bermain bola bersama. Dia ingin beradu mulut dengan saudaranya. Remaja enam belas tahun itu selalu mendambakan tawa riuh sebuah keluarga. Karena Ibu dan Papa tidak bisa menjadi teman.

"Tidur, Cil." ucapnya tat kala melihat Jevian yang lagi-lagi bermain ponsel.

Malam ini mereka berempat memutuskan untuk menginap di rumah Jevian. Keempatnya bahkan belum memejamkan mata, padahal jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Bahkan Jevian sekalipun, anak itu memang sulit sekali diatur.

"Cal cil cal cil! Kecilan juga lo." protes Jevian masih menatap ponselnya.

Rifky menghela nafas kesal. "Kecil-kecil gini juga gue lebih tua dari lo!" ucap Rifky melempar bantal ke arah Jevian namun meleset dan mengenai mangkuk mi milik Chandra. Beruntung Chandra cepat tanggap memegang mangkuknya.

"Ngajak berantem lo." Chandra melototi Rifky.

Namun anak itu tetap melanjutkan makannya. Walau matanya sudah memerah akibat mi miliknya yang terlalu pedas. Hal itu diabaikan oleh Rifky. Anak itu berjalan ke arah ranjang Jevian. Merebahkan dirinya tepat di sebelah Jevian. Matanya menerawang dan menatap kosong langit-langit kamar Jevian yang bewarna putih. Anak itu memang tidak suka warna-warna cerah, sekalipun iya itupun hanya warna putih.

Rifky masih memikirkan apa yang terjadi. Ada gejolak rasa iri terhadap Jevian. Anak itu mempunyai keluarga yang harmonis. Orang tuanya pasti selalu memiliki waktu untuknya, berbeda telak dengan kedua orang tuanya. Sewaktu makan malam tadi, Ayah Jevian (kembali) bercerita banyak tentang masa kecil Jevian dan para saudaranya. Bercerita bagaimana Jevian yang terjatuh ke dalam got hanya karena berebut sendal dengan Dery. Atau bagaimana Jevian yang pernah mengompol di atas tugas milik Jaffar. Juga bagaimana tingkah aneh Jevian yang selalu saja membuat Luka naik darah.

Jujur Rifky iri. Namun apalah daya, Rifky hanyalah seorang anak yang mengemis kasih sayang kepada orang tuanya. Biarlah semua cerita yang telah dirangkainya hanya sebagai ilusi belaka. Agar Rifky tidak semakin terjerumus ke dalam jurang kebencian.

Lamunannya terpecah sewaktu Jevian berbalik memeluknya. Rifky itu bukan Chandra yang selalu senang jika di peluk. Atau dia bukan Jovan yang akan diam saja sewaktu Jevian dan Chandra memeluknya. Dia hanya Rifky yang akan selalu risih jika dipeluk.

Kakinya mendorong punggung Jevian. Membuat anak dengan piyama coklat itu hampir terjungkal.

"Anjrit Rifky! Sakit nih pinggang gue." teriak Jevian kesal.

"Ya lo meluk meluk gue. Gue ya risih lah." jawab Rifky.

"Yakan ini tempat tidur gue!"

Kali ini Jevian membelakangi Rifky. Bersungut-sungut karena kesal atas tindakan Rifky. Sebenarnya Jevian itu mudah sekali kesal. Juga mudah menjadi se9nang kembali. Seperti anak kecil yang akan marah kalau tidak dibelikan es krim namun kembali senang jika diberi permen.

meilleurs amis Onde histórias criam vida. Descubra agora