Bab 3 Dosen Baru

4.2K 78 3
                                    

9 Maret 2023

.

.

.

"Rosie, bangun."

Irene mengetuk pintu, membangunkan putrinya yang masih tertidur pulas di kamarnya.

"Rosie, bangun. Ini sudah siang. Kamu tidak berangkat kuliah?" Irene kembali berucap membangunkan putrinya.

"Iya, Ma. Rosie sudah bangun," balas Rosie dari dalam kamarnya.

"Bagus. Segera mandi dan bantuin mama buat bungkus kue-kue ini." Irene menyuruh Rosie untuk segera mandi agar bisa membantunya membungkus kue.

"Iya, Ma."

Di dalam kamar, Rosie tertunduk lesu di atas kamarnya. Dia mengucek matanya berulang kali untuk menyesuaikan cahaya lampunya.

"Hm, masih jam tujuh pagi." Rosie menatap ke arah jam dinding miliknya.

Sejenak memejamkan matanya untuk merilekskan pikirannya. Namun, tiba-tiba saja kejadian kemarin malam terlintas di otaknya. Sontak saja, Rosie membuka matanya cepat dengan nafas yang memburu.

"Astaga. Kejadian itu kenapa masih saja ada di otak aku," gumam Rosie memukul kepalanya sendiri.

Rosie sama sekali tidak ingin mengingat kejadian kemarin malam yang membuatnya seperti wanita murahan. Tetapi, mengapa bayangan pria itu selalu masuk ke dalam otaknya hingga detik ini.

Rosie memegangi bibirnya yang menjadi korban pelecehan. Ya, Rosie menyebutnya dengan pelecehan seksual. Bagaimana tidak pelecahan kalau orang yang mencium seenaknya saja itu adalah pria mabuk yang tidak kenal oleh Rosie.

Bahkan, pria itu dengan tangan kurang ajarnya mengelus pantatnya dengan sengaja. Pria itu juga menyebutnya dengan jalang kecil. Rosie benar-benar marah dengan pria tersebut.

Meskipun sudah dilecehkan, tetapi Rosie tetap merasa lega kalau pria itu tidak sampai menelanjanginya. Hanya sebatas kecupan bibir dan remasan pada pantatnya.

"Argghhh!!!" teriak Rosie frustasi sendiri karena selalu terbayang oleh kelakuan pria itu.

"Bajingan! Aku akan beri perhitungan padanya jika bertemu," ujar Rosie berjanji tidak akan tinggal diam setelah dilecehkan.

Kepala Rosie sedikit mendongak, memiringkan kepalanya seperti sedang berpikir. "Tapi, aku tidak begitu tahu wajahnya seperti apa.
Kejadian itu terjadi di tempat gelap," sambung Rosie tidak begitu mengamati bentuk wajah dari pria tersebut.

Pasalnya, setelah ciuman itu lepas. Rosie mendorong keras hingga pria tersebut terjatuh. Begitu jatuh, Rosie langsung berlari pergi tanpa mendengarkan erangan dari pria itu.

"Ah bodoh, lah. Semoga saja tidak bertemu lagi," harap Rosie untuk tidak bertemu lagi.

Tidak ingin ribut dengan pikirannya, Rosie bergegas pergi ke kamar mandi. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi.

"Sayang, kemarin kamu pulang jam berapa?" tanya Irene.

"Kemarin Rosie pulang jam satu malam, Ma." Rosie tidak berbohong soal kepulangannya.

"Kok malam banget?" tanya Irene lagi.

"Iya, Ma. Kemarin Rosie harus tutup cafe-nya," balas Rosie sambil mencomot kue basah buatan ibunya.

"Ya sudah, sana mandi."

Rosie mengangguk saja dan berlalu ke kamar mandi. Rosie tidak lama dalam urusan mandi. Dia bahkan jarang mandi juga kalau tidak keluar rumah. Setelah selesai membersihkan diri, Rosie kembali ke dalam kamarnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 10, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nafsu Sang Dosen (ROSIE)Where stories live. Discover now