Odious - 13

1.2K 180 26
                                    

.


.


.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍁🍁🍁



Kalau bisa, sebaiknya pergi dari tempat yang tidak berbahaya, karena ruang kesehatan bukanlah tempat yang aman. Perilaku mereka yang tidak pantas terlihat sebagai perbuatan tercela. Siapa pun akan jantungan melihat dua orang tak dikenal memasuki tempat ini dan melakukan tindakan yang kurang pantas.

Namun Naruto sama sekali tidak takut. Dia seperti menantang siapa pun yang berani mencegahnya untuk melakukan aksi yang diinginkannya. Biarlah semua orang tahu, bagaimana dia mencintai gadis seperti Hinata dengan sangat buruk. Jika memang itu yang dapat membuktikan perjuangannya, sekuat apa dia menginginkan Hinata berada di sisinya. Bukti tersebut tidak akan membuat Hinata ragu. Naruto meyakininya begitu.

Bertumpang pada bingkai jendela, tertutup tirai yang berkibar karena angin. Hinata dipaksa untuk melihat segerombol siswa di bawah sana yang sedang berkumpul untuk berolahraga. Sembari menatap penuh dengan kesedihan, Hinata menahan suaranya agar tidak terdengar.

“Semua orang akan tahu kau itu milikku.”

“Tidak. Aku mohon.”

Kaki Hinata berjinjit ketika sesuatu yang lengket mengalir dari kedua pahanya yang mulus dengan rok kerja yang masih sama dengan kemarin terangkat. Dia kehilangan napas untuk sesaat. Dia pikir bisa berteriak jika Naruto kembali mendorong masuk. Bagaimana dia harus membereskan bekas-bekas bercinta itu, dalih apa yang sebaiknya dapat dikatakan olehnya bila dia ketahuan oleh orang lain, terutama tiba-tiba dokter jaga masuk. Kekhawatiran itu pun segera ditepis oleh Naruto, pria itu menggigit cuping telinga Hinata, lalu berbisik, “Dokter jaga adalah teman kita, dia tahu betapa gilanya aku padamu.”

“Apa? Siapa? Siapa yang kau maksud?” tanya Hinata tergagap sembari ingin melepaskan diri, tetapi Naruto meletakkan jemarinya tepat di tenggorokan. Hinata merasakan sesak napas sesaat, sebelum dia mendapatkan ciuman pada lehernya, yang kini sudah dipenuhi oleh bekas-bekas memerah.

“Kau tidak mungkin melupakan Sakura Haruno.”

Hinata berusaha mengingat, dan kembali menyadari kalau Haruno pernah menjadi teman sekelasnya sekali dulu. Gadis itu punya rambut yang indah, saat matahari menyorotnya, itu tampak berkilau seperti permen kapas. “Haruno.”

“Ya, Haruno.”

Melepaskan diri, Naruto segera menutup jendela, lalu menguncinya. Hinata dibawa ke salah satu ranjang di ruang kesehatan. Terjatuh dengan tidak berdaya karena dia memang sangat lemah. Ia tidak tahu berapa lama harus merasakan penyiksaan yang memalukan ini, tetapi anehnya dia tidak bisa pergi. Dia ingin berada di sana dengan pemberontakan kecil yang dapat memicu Naruto yang semakin melecehkannya. Ini aneh. Dia sudah gila. Tidak harus begini, tetapi kenikmatan itu terasa menantang baginya.

ODIOUS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang