AF . 05

43.6K 4.1K 45
                                    

Arvelyn melongo, ia ingin menangis saja rasanya. Gadis itu menunjuk dirinya sendiri. "Gue? Kenapa harus gue?"

"Lo gak mau?" Artha bertanya dengan nada dinginnya, membuat Arvelyn kicep seketika.

"Bukannya gak mau, tapi kan ada mereka." Tunjuknya pada dua orang gadis yang bertugas sebagai PMR. Sedangkan dua gadis itu menatap Arvelyn memelas, seolah memintanya untuk menuruti permintaan Artha.

"Keluar!" Sentak Artha menyuruh kedua gadis itu untuk pergi, tanpa adanya protes mereka pun dengan cepat pergi dari sana.

"Sekarang obatin." Suruh Artha kepada Arvelyn.

Gadis itu dengan malas turun dari atas brankar, kemudian berjalan menghampiri rak tempat menyimpan kotak P3K. Saat berbalik, ia sudah menemukan Artha yang kini tengah duduk di brankar yang sempat ditidurinya tadi tengah menatapnya.

"Ekhem.." Arvelyn berdehem merasa canggung. "Lo geseran dikit, susah gue ngobatinnya kalo posisi lo begitu." Ucap Arvelyn yang dituruti oleh Artha.

Kemudian dengan telaten Arvelyn mengobati wajah penuh lebam pemuda itu, walaupun gadis itu merasa sedikit gugup karena sedari tadi Artha terus menatapnya.

"Gue tau, gue cantik. Tapi lo jangan natap gue kayak gitu juga, kali." Karena tidak tahan, Arvelyn akhirnya menyindir Artha. Sedangkan yang disindir malah menatapnya dengan sebelah alis yang terangkat.

"Lo baper?" Tanya pemuda itu santai yang membuat Arvelyn melotot.

"Dih, nggak ya! Geer lo!" Gadis itu berucap dengan sinis.

Mendengar itu, Artha tersenyum miring. "Gak usah sok jual mahal, ini kan yang lo mau selama ini?"

"Apaan, sih?" Arvelyn balik bertanya, merasa tidak mengerti akan ucapan pemuda itu.

"You want a response from me, right?" Ucap Artha dengan percaya dirinya.

Mendengar itu, Arvelyn memutar bola matanya malas. "Itu dulu, sekarang mah ogah gue!" Jawabnya sedikit ngegas.

"Gue tau lo cuman pura-pura, biar gue tertarik sama lo." Artha kembali berucap. "Tapi sayangnya, gue gak akan pernah tertarik sama cewek kayak lo."

Perkataan Artha barusan berhasil menyulut emosi Arvelyn. Dengan sengaja, ia menekan kapas yang digunakannya untuk mengobati lebam pemuda itu. Tentu saja hal itu membuat Artha meringis.

"Mau lo apa, sih?! Udah bagus gue mau obatin luka lo! Lo jangan buat gue emosi, dong!" Kesal Arvelyn. "Dan asal lo tau, gue gak pernah ada niatan buat pura-pura jauhin lo biar lo tertarik sama gue!" Jelasnya.

"Oh, ya? Sayangnya gue gak percaya." Balas pemuda itu dengan wajah datarnya, yang terlihat menyebalkan di mata Arvelyn.

"Anjing, lo! Obatin sendiri sana!" Akibat terlanjur kesal, Arvelyn melempar kapas yang digunakannya untuk mengobati Artha ke wajah pemuda itu.

"Dasar Arthai!" Umpat gadis itu kasar sebelum keluar dari UKS.

Brak!

Sedangkan Artha hanya diam, menatap gadis itu dengan pandangan rumit.

°°°°°

Saat ini, Arvelyn sedang rebahan di kasurnya. Gadis itu baru saja sampai di rumahnya, bahkan saat ini ia masih mengenakan baju seragam.

"Capek banget..." Gumamnya.

Arvelyn memejamkan matanya, merasa lelah. Bagaimana tidak lelah? Ia menghadapi banyak sekali cobaan hari ini. Mulai dari membersihkan lapangan, adu bacot dengan si ketos, dan menghadapi sikap Artha yang mampu membuatnya naik darah.

Antagonist Fiancé [HIATUS]Where stories live. Discover now