Bab 35.

83 4 0
                                    

Sesuai dengan petunjuk Om Theo, Davi mengikuti apa yang diharapkan pria itu. Sedikit demi sedikit, ia mendekati beberapa anggota dewan direksi yang bisa mempengaruhi suara. Tidak mudah tapi Davi yakin bisa.

Namun, ada sesuatu yang mencurigakan pada laporan keuangan pada tiga bulan terakhir. Davi menemukan angka aneh dan ia tahu siapa yang seharusnya bertanggung jawab, Darius Tjandra.

Kenapa harus selalu pria itu? Belum kelar urusan mereka tentang Sera, kini ia harus menghadapi Darius di kantor.

Meski dalam struktur organisasi perusahaan, jabatan Davi lebih tinggi. Ia tidak bisa begitu saja menggeser atau bahkan memecat Darius hanya karena urusan pribadi. Profesionalisme harus tetap diutamakan.

Sejauh Davi bekerja sama dengan Darius, ia harus mengakui kejelian pria itu dalam mengatur arus finansial perusahaan ini. Hanafy International tidak pernah merugi dalam sepuluh tahun terakhir.

Jangan sampai setelah kepergian Edric, CEO utama mereka. Perusahaan lalu melemah dan mengalami masalah.

"Tobias," ujar Davi pada sekretaris pribadinya. "Hubungi aspri keuangan dan minta Pak Darius segera menghadap kantor saya."

Tobias mengangguk dan segera melakukan perintah Davi.

Beberapa saat kemudian, bahkan melewati jam makan siang. Darius Tjandra baru menunjukkan batang hidungnya di ruangan Davi.

"Selamat siang, Pak Davi. Apa ada yang bisa saya bantu?" Darius melenggang dengan tenang memasuki ruangannya.

Davi mempersilakan Darius duduk dan menunjukkan laporan yang menurutnya bermasalah.

"Ada apa dengan laporan dari divisi kami, Pak?"

"Saya lihat ada yang janggal. Mengapa dana operasional yang bisa membengkak sampai lima kali lipat dan saya sama sekali tidak dikonfirmasi soal ini?" Davi menahan diri agar tidak melempar laporan yang diserahkan tim Darius padanya.

Darius tidak bergeming dengan nada suara tinggi dari atasannya. Tanpa repot membuka lembaran pertama dan bertanya keanehan yang dimaksud Davi, pria yang memiliki masa lalu itu justru melempar pandangan menantang.

"Saya sudah mengkonfirmasi data ini pada Pak Edric sebelumnya," bela Darius seraya menunjuk laporan keuangan yang dibuatnya.

"Mendiang Edric Hanafy," ralat Davi dengan jengkel. "Bagaimana Anda bisa melaporkan data pada orang yang sudah meninggal? Jangan macam-macam dengan saya!"

Seketika itu pula Davi bangkit dari kursi dan menunjuk hidung Edric. "Jika sudah bosan di perusahaan ini, silakan angkat kaki dari sini. Saya CEO Tobacco Hanafy International, Anda harus mempertanggungjawabkan laporan pada saya, Davi Halim. Bukan orang yang sudah dipanggil Tuhan!"

Darius ikut bangun dari kursinya. "Anda hanya beruntung, Pak Da-vi Ha-lim. Jabatan Anda hanya sementara. Dewan Direksi belum memutuskan siapa yang resmi menjadi pengganti Almarhum Edric Hanafy."

Sepasang tangan Davi menarik ujung kerah Darius dengan kasar. Kesabarannya habis sudah. Jelas kekerasan menjadi alat untuk melampiaskan amarahnya.

"Jaga mulut Anda, Darius. Detik ini juga saya punya wewenang untuk mengusir Anda dari perusahaan. Tarik ucapan Anda!"

Darius mendecih, "Kenapa repot-repot menggeser saya dari sini, Pak Davi. Apa Anda takut saya akan mengalahkan Anda dalam bursa pemilihan CEO di mata para anggota Dewan Direksi. Anda mungkin beruntung tapi saya yang pantas duduk di situ."

Tepat saat Davi hendak menghempas pukulan pada sisi wajah Darius, asistennya menyerbu masuk ke dalam ruangan dan menghentikan keributan yang terjadi antara kedua pria itu.

***

Setelah peristiwa yang terjadi antara dengan Darius, Davi memilih pergi dari kantor sebelum ia meledak dan tidak bisa menahan diri. Ia menjemput Sera dan memutuskan untuk menikmati makan malam bersama istrinya.

Makan malam keduanya berjalan lancar, Sera dapat mengalihkan perhatian Davi atas kemarahannya pada sikap kurang ajar Darius. Tentu saja ia tidak membahas apa yang sudah dilakukan pria itu terhadapnya di kantor.

Menguji kesabaran, memancing kemarahan dan menantang dirinya untuk menunjukkan bahwa pria itu lebih hebat dari Davi. Sialan!

Davi sama sekali tidak bisa memejamkan mata atau beristirahat. Kepalanya penuh dengan ancaman yang disampaikan Darius. Pria itu hendak mengajukan diri sebagai calon CEO perusahaan dan mengalahkan dirinya.

Davi menarik selimut hingga ke bahu agar istrinya tetap hangat dari udara dini hari. Ia bergerak turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membasuh diri.

Entah mengapa cuaca cukup panas dan membuatnya tidak nyaman untuk merebahkan diri, meski di kamar mereka pendingin udara sudah dijalankan. Sengaja mengalirkan air dingin untuk membuat otot-ototnya rileks.

Selesai mandi, Davi membelitkan handuk di pinggang dan menyikat gigi. Tidak sengaja pasta giginya jatuh ke lantai, ia lalu menunduk hendak mengambilnya.

Saat menggapai pasta gigi di bawah wastafel, jari Davi tidak sengaja memegang kotak bungkus alat tes kehamilan. Beberapa pertanyaan lalu muncul di kepala. Apa Sera sedang mengandung lagi? Lalu, bagaimana hasilnya? Mengapa Sera belum menceritakan apapun padanya?

Davi memeriksa bungkus alat tes kehamilan yang ternyata tidak kosong. Ia lalu membuka dan menemukan alat berbentuk mirip termometer suhu badan sederhana.

Dua garis dengan warna merah samar. Positif. ***

Add this book to your library! Love and Vote!

Bad CEO's Babymama [Tamat50BabFullKryaKrsa]Where stories live. Discover now