Satu

39.6K 3K 34
                                    

Jam sudah menunjukkan waktunya makan malam, dan Ryan masih menatap langit langit kamar inapnya dengan kosong. Otaknya terus bertanya kenapa Tuhan begitu kejam padanya. Setelah mati ditangan ayahnya sendiri, kini ia harus menelan kenyataan pahit yang menimpa dirinya. 

Beberapa saat lalu, dokter baru saja memeriksanya dan menyatakan dirinya mengalami amnesia kepada maid yang diketahuinya bernama Sela, yang disambut dengan tangisan gadis itu. 

Setelahnya Selapun menceritakan segala hal yang menyangkut dirinya. Dan akhirnya Ryan paham mengapa ia masih hidup meskipun dirinya ingat betul bahwa ia baru saja mati. Mungkin bisa dikatakan bahwa saat ini Ryan perpindahan jiwa atau bertransmigrasi? Yang jelas dirinya memasuki raga seorang figuran dalam novel 'Aurelia's Harem'. Seorang figuran dari novel yang terakhir kali dibacanya yang memiliki akhir tragis. 

Figuran itu bernama Arshaka Narendra Argantara. Pemuda misterius yang menjabat sebagai teman dari Sang Protagonis Pria. Ia dikenal sebagai orang yang dingin dan datar yang tak pernah menunjukkan wajah aslinya dan tidak pernah bersuara, maka dari itu dirinya menjadi pemuda termisterius di geng galaxy, geng dari Protagonis Pria di novel 'Aurelia's Harem'.


Kehidupannya tak dijelaskan secara rinci. Namun, pada endingnya ia mati ditangan ayah tirinya karena fakta mengenai dirinya yang merupakan anak dari selingkuhan ibunya. Sangat menyedihkan.

Ryan ingin menangis rasanya. Kenapa takdirnya begitu buruk? apakah ia akan mati kembali oleh ayah dari pemilik tubuhnya? Rasanya Ryan ingin menyerah saja dengan kehidupannya ini. Tanpa sadar air matanya mengalir dan perlahan Ryan menutup matanya guna menenangkan pikirannya.

...

'Dimana ini? Apakah aku mati lagi?' Batin Ryan, begitu dirinya kembali menyadari bahwa ia lagi-lagi berada di tempat asing.

Ryan merasa tubuhnya seperti mengambang. Ia tidak menemukan apapun kecuali ruangan putih yang begitu luas. Pikirannya masih berkecamuk menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi. 

Puk

Ryan yang merasakan sebuah tepukan pada pundaknya lantas berbalik, tak menyadari bahwa sekarang dirinya sudah berdiri dan ruangan putih itu berubah menjadi ladang bunga yang begitu indah dan cantik. 

Mulut Ryan terbuka ketika dirinya melihat ciptaan Tuhan yang sangat indah berada tepat di depan dirinya, apalagi ketika melihat senyum lembut dari orang itu. 

"Hai, Ryan!" Suara yang begitu lembut dan indah mengalun merdu di keheningan yang melanda. Ryan merasa dirinya akan pingsan saking terpesonanya dengan makhluk didepannya itu. Sedikit lebay memang, tapi mau bagaimana lagi? Orang didepan nya ini benar-benar terlalu sempurna!

"H-Ha-i ju-juga!" Jawabnya terbata, orang didepannya terkekeh melihat hal lucu itu. 

"Karena waktuku tidak banyak, jadinya aku akan menceritakan semua kebingunganmu. Pertama-tama kenalkan! Namaku Arshaka, tokoh figuran dari novel yang terakhir kamu baca. Dan kenapa kamu ada di ragaku? Hmmm, mungkin itu semua karena takdir yang tidak bisa diubah. Jadi kamu harus menerima semua itu. Jalanilah kehidupan mu dengan baik menggunakan ragaku, anggaplah dunia novel itu dunia asli, dan ubahlah ending menyedihkan ku. Kau harus menemukan kebahagiaan mu disana, Ryan... mengerti?"

Ryan melamun, jadi begitu... Ia sebenarnya tak masalah jika harus hidup kembali jika ini memang sudah takdirnya. Tapi ia takut dan tidak enak pada Shaka yang asli, ia tidak mau mengambil kebahagiaannya. Dan juga, kenapa tidak Shaka saja yang menjalaninya? Kenapa harus ia? 

"Kau tak perlu khawatir padaku, Ryan. Lagi pula aku sudah ikhlas dengan segalanya. Aku lebih bahagia di tempat ini dan aku akan lebih bahagia jika kau menggunakan raga ku. Jadi, apa kau mau membuat ku bahagia?" Seakan mengerti dengan kegelisahan yang Ryan rasakan, Shaka lantas menjawab dengan permintaan diakhirnya, dibumbui dengan sedikit drama untuk memprovokasi Ryan yang terlihat mudah dibodohi.

"B-Baiklah jika kamu bahagia aku juga bahagia, Shaka." Dengan senyum teduh dan tatapan lembutnya, Ryan pun menjawab dengan tulus. Shaka terharu, ia lantas memeluk Ryan yang dibalas sang empu.  

Shaka beruntung bisa bertemu dengan orang sebaik Ryan, ia tidak salah memberikan kehidupan nya kepada pemuda suci yang berada di depannya ini. 

"Waktu ku sudah habis, dan sudah waktunya juga untuk kita berpisah. Aku akan selalu mendoakan mu disini, semoga kamu selalu sehat dan bahagia dimanapun, kapanpun, dan dengan siapapun. Aku akan selalu berharap kamu bahagia di sana, Ryan." Dengan melambaikan tangannya, tubuh Shaka pun perlahan memudar dan berubah menjadi cahaya yang terbang terbawa angin.

Ryan tersenyum dan mengusap air mata yang mengalir di pipinya, ia berjanji akan selalu bahagia agar Shaka juga bahagia disini. Ia menutup matanya dan perlahan mulai menghilang juga...

...

"Eungh..."

" Hiks... T-Tu-Tuan... syukur lah hiks anda s-su-sudah sadar hiks..." Sela, maid sekaligus pengawal Shaka menangis tergugu. Padahal dua hari yang lalu tuannya dinyatakan sehat, namun kenapa ia menutup matanya kembali?

Ryan menatapnya lembut dan dengan lemah mengusap kepala Sela yang hanya berbeda satu tahun dengannya. Sebagai informasi, dikehidupannya kini Shaka berusia 17 tahun, dan Sela 16 tahun. Dan mari kita memanggil Ryan dengan nama Shaka mulai sekarang.

"Ha-us..." Dengan patuh Sela mengambilkan air dan meminumkannya pada Shaka dengan penuh kehati-hatian.

Dengan bantuan Sela, Shakapun terduduk dan menyuruh gadis itu untuk memeluknya. Sela lantas memeluk Shaka dengan ragu, air matanya kembali mengalir merasakan elusan dan kehangatan yang diberikan oleh Tuannya itu.

"Kamu gak usah khawatir, aku gak papa kok..." Sela mengangguk disela sela tangisnya, ia memeluk Shaka dengan erat yang dibalas tak kalah eratnya oleh Shaka. Gadis itu sangat menyayangi Shaka layaknya seorang kakak, dirinya takut sesuatu yang buruk terjadi pada tuannya itu. 

" Udah, ya... Cantiknya Shaka gak boleh nangis lagi, okey?" Dengan penuh perhatian Shaka mengusap air mata Sela yang sangat deras. Dirinya lantas mengusap punggung sela dengan penuh kasih sayang.

Ryan kini sudah mendapatkan ingatan Shaka yang asli. Keluarga tirinya hanya tidak menganggap Shaka, mereka tidak pernah menyakitinya dan bahkan masih memberi makan Shaka. Hal itu membuat Ryan bersyukur, walau di rumah itu hanya ia yang tinggal sendiri, mereka masih memperhatikan dirinya. Keluarga tirinya lebih memilih untuk tinggal di apartemen dan kantor mereka. Dan untuk Sela, Shaka sudah menganggap Sela sebagai adiknya sendiri karena mereka yang sudah bersama sedari kecil sampai sekarang.

Dan yang membuat Ryan semakin senang adalah kenyataan bahwa alur novel yang ditempatinya ini baru saja dimulai 1 minggu yang lalu. Sebenarnya ia tak begitu perduli dengan alurnya, tapi karena dirinya masih mengingat akhir dari Shaka, ia masih merasa takut... 

________

Transmigrasi RyanDove le storie prendono vita. Scoprilo ora