Enam Belas

20.1K 1.7K 99
                                    

William dan ketiga temannya (minus Zidan dan Varo yang belum menyusul) menduduki kursi yang biasa mereka tempati begitu tiba di kantin. Shaka mengecek ponselnya sejenak begitu menyadari Sela yang ternyata belum berada disana. Sebuah pesan Shaka dapatkan dari gadis itu yang mengatakan bahwa dirinya sudah istirahat lebih dulu karena kelasnya sekarang digabung.

"Haaah... Sela dah istirahat duluan ternyata." Keluh Shaka sembari merebahkan kepalanya di meja. Itu artinya dirinyalah yang harus memesan makanan mengingat ketiga temannya ini sedingin es batu.

"Biar gue aja yang mesan."

Namun belum sempat Shaka berdiri, Max sudah lebih dulu menawarkan dirinya. Shaka yang mendengarnya lantas menatap Max dengan berbinar. Ternyata dugaannya salah, Max dengan suka rela menawarkan diri untuk memesankan mereka makanan.

"Mau apa?" Tanya pemuda itu secara singkat.

"Samain aja deh. Tapi kalau kamu pesen makanan yang pedes yang aku jangan pedes pedes."

"Gua juga samain.

"Gua juga."

William dan Garapun akhirnya memutuskan untuk mengikuti Shaka. Ketiganya sangat pengertian mengingat Max sebelas dua belas dengan dua diantara mereka yang cukup irit bicara. Maka dari itu Shaka, William, dan Gara memutuskan untuk memudahkan perkerjaan Max dengan memesan makanan yang sama. Sementara Max yang mendengarnya hanya mengangguk dan beranjak dari meja mereka. Tak lama setelahnya

"Aku ke kamar mandi dulu ya." Ucap Shaka sembari berdiri dari duduknya.

"Biar gue anter."

Kali ini Garalah yang menawarkan dirinya. Dan Shaka hanya menatap temannya itu sejenak.

"Ngapain? Kayak cewe aja harus dianter segala. Dah tunggu aja disini, aku bisa sendiri." Pada akhirnya pemuda kecil itu memilih untuk menolak. Lagian untuk apa pula nganterin ke kamar mandi segala?

Setelahnya Shakapun berdiri dan pergi meninggalkan kantin. Namun baru saja dirinya sampai di pintu keluar kantin-

brukk!!!

Seseorang tiba-tiba saja menyenggol bahunya dengan keras yang membuatnya terjatuh.

"Shh!!!" Shaka meringis merasakan sakit di pantatnya yang terhantam lantai dan juga bahunya. Orang gila mana yang menyenggol seseorang sekeras itu? Itu pasti dilakukan dengan sengaja.

"Hiks..." Suara isak tangis tiba-tiba saja terdengar. Tidak, bukan Shaka yang menangis, melainkan seseorang di depannya yang juga terjatuh karena menyenggol Shaka.

"Ka? Lu gapapa kan?" Varo yang baru saja tiba di kantin bersama Zidan menghampiri Shaka dan menolongnya berdiri.

"Gapapa ko." Balas Shaka sembari membersihkan debu yang menempel di celananya. Mengabaikan Gadis yang masih menangis di depannya itu.

"Hiks... K-kamu ke-kenapa sengaja senggol aku? Hiks... A-aku tau aku salah karena udah nabrak kamu waktu itu. Tapikan aku udah minta maaf Hiks..." Ujar Aurelia. Ya, gadis yang baru saja menyenggol Shaka adalah tokoh utama di dunia yang Shaka tempati ini.

Shaka mengernyitkan dahinya dan menatap jijik pada tuduhan yang baru saja Aurelia layangkan. Jelas-jelas gadis itu yang menyenggolnya. Kenapa jadi dia yang disalahkan? Ugh... kalau dipikir-pikir, sejak awal Shaka melihat gadis di depannya ini semua insiden yang melibatkannya terasa seperti di buat-buat. Atau jangan-jangan semua alur di novel juga sudah gadis itu rencanakan sejak awal?

"Ka? Lu nyenggol dia?" Tanya Zidan. Namun belum sempat Shaka menjawab William dan Gara sudah lebih dahulu menghampiri mereka.

"Ada apa?" Tanya William. Jika bukan karena ada Shaka di tengah keramaian ini, William tidak akan sudi untuk ikut turun tangan.

Transmigrasi RyanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang