Enam

33.2K 2.6K 240
                                    

Hari menjelang malam. Alarm yang sebelumnya Sela pasang di kamar Shaka pada pukul 18.00 WIB kini tengah berbunyi nyaring.

'Kringgg!!!

'Brukk- Brakk!!

Shaka menggeram kesal, begitu dirinya berhasil membanting jam weker yang mengganggu tidurnya hingga hancur.

"Ck! Berisik banget sih!" Kesalnya, dengan suara parau khas seseorang yang baru saja bangun dari tidurnya.

Setelah mengerjapkan mata bulatnya beberapa kali, ia pun mulai duduk dan mengumpulkan nyawanya. Hingga-

'Brakk!!

"Anj-" Shaka yang memang nyawanya belum terkumpul langsung terperanjat kaget dan refleks bangun dengan mata yang mengerjap beberapa kali. Sela sang pelaku pendobrak pintu hanya menatapnya dengan tawa tak bersalah.

"Sela!" Seru Shaka, penuh penekanan.

"Glek...M-maaf, Bang..." Sela menegak salivanya dan meminta maaf dengan kepala tertunduk. Dirinya mulai merasa takut dengan amarah Shaka yang menurutnya terasa menyeramkan.

Sementara Shaka yang melihat ketakutan maidnya itu lantas menghela nafas sejenak. Setelahnya pemuda itupun membawa Sela ke sisi ranjangnya untuk duduk dan menanyakan keperluan gadis itu datang kemari.

"Haah... Yaudah, kenapa sampai dobrak pintu, hm?" Tanyanya, dengan tangan yang terulur mengelus surai yang lebih muda.

"Ah, iya!! Aku kesini mau ngasih tau kalau Tuan Besar mau pulang, Bang!" Sela dengan hebohnya memberitahukan niat awalnya kemari.

"APA?!" Mendengar apa yang baru saja disampaikan maidnya itu, Shaka pun refleks berteriak kencang yang nyaris membuat Sela terjengkak jika saja dirinya tak berpegangan. Beruntung pemuda itu memiliki suara yang lembut, jika tidak Sela tak tahu akan seperti apa nasib gendang telinganya saat ini.

"Abang! Bisa gak, gak usah teriak-teriak?! Sela kaget!" Jika sebelumnya Shakalah yang marah karena dobrakan Sela pada pintu kamarnya, sekarang giliran Sela yang marah karena teriakan Shaka yang tiba tiba.

"Hehehe, maaf..." Yang dimarahi hanya terkekeh dan menunjukkan wajah tak bersalah.

"Ya udah... Sekarang Abang mending mandi dulu. Tuan besar sebentar lagi pulang dan akan ikut makan malam bersama." Ucap Sela. Setelahnya Shaka pun bangkit dari atas ranjangnya dan melenggang ke kamar mandi. Sela yang melihat hal tersebut lantas turun ke lantai bawah dan menyiapkan makan malam yang dibantu oleh koki baru yang baru saja mereka pekerjakan.

...

Saat ini meja makan di Mansion Argantara sudah terisi oleh berbagai macam hidangan dengan seorang pria yang usianya sudah memasuki kepala enam terduduk di ujung meja makan dan pria baya lainnya yang berusia 20 tahun lebih muda duduk di sebelah pria itu.

Kedua pria yang tengah terduduk di meja makan itu tak lain adalah Tuan besar keluarga Argantara. Yaitu Opa dan juga Daddynya Shaka.

"Dimana dia?" Tanya Kalingga. Atau lebih tepatnya Kalingga Keano Argantara, ayah dari pria yang duduk di sebelahnya yang tak lain adalah Arkan, dan Opa dari Shaka.

"Kamar. Sebentar lagi." Arkan yang ditanya hanya menjawab acuh.

'Tap... tap... tap...

Tak lama suara langkah kaki yang berasal dari arah tangga terdengar menyapa indra pendengaran mereka. Hal itu lantas membuat kedua pria yang berbeda generasi itu mengalihkan pandangan mereka ke asal suara. Dan terlihatlah sesosok pemuda mungil yang tengah melangkah dengan mengenakan kaos oversize yang menutupi celana pendek sepaha yang juga ia kenakan, hal tersebut tentu saja membuat pahanya yang ramping dan mulus terekspose karena tak tertutup apapun.

Transmigrasi RyanWhere stories live. Discover now