19. Perkara Sandal Hilang

1.5K 99 19
                                    

Afnan duduk di ruang tengah sendirian. Umma yang berada tak jauh dari sana memandangi putra keduanya itu penuh kebingungan. Pasalnya setelah dari asrama putri, sedari tadi Umma perhatikan, Afnan senyum-senyum sendiri.

"Kelihatannya bahagia sekali, Mas. Ada apa ini? Umma jadi penasaran." Ucap Umma kemudian duduk disamping Afnan.

Dalam sekejap, Afnan langsung salah tingkah. Demi Allah, dia tidak menyadari apa yang dilakukannya tadi. "Astaghfirullah, maaf Umma, Afnan tidak sadar." Ucapnya dengan nada panik.

"Memangnya kamu sedang memikirkan apa?" Tanya Umma dengan lembut.

Afnan menggeleng tegas. "Bukan apa-apa Umma, Afnan tidak memikirkan apa-apa, hanya Afnan kepikiran sesuatu." Jawab Afnan sedikit berbohong.

"Sesuatu apa?" Umma jadi semakin penasaran.

"Tadi... Afnan sempat lihat vidio lucu di tiktok Umma." Kali ini, Afnan sepenuhnya berbohong.

Astaghfirullah. Maafkan hambamu ini yang telah berbohong, Ya Allah.

"Bohong itu, Ummah." Ratih yang baru saja masuk ke ndalem langsung membongkar kebohongan Afnan. "Wong atine lagi mekar kok." Ucap Ratih dengan bangga dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Afnan.

Umma sedikit terkejut mendengarnya. Wah! Fenomena langka. "Bener itu, Mas?" pertanyaan yang sederhana cukup jawab YA atau TIDAK tapi itu sangat sulit untuk dijawab.

"Jawab, Mas. Umma nanya tuh?" Titah Ratih seakan mengintimidasinya.

"Apaan sih, dek? Jangan sembarangan ngomong, takutnya nanti jadi fitnah." Sanggah Afnan membela dirinya sendiri.

Ratih mencebikkan bibirnya. "Trus, ngapain mesem-mesem dewe kalau bukan lagi jatuh cinta?"

"Memangnya senyum-senyum sendiri itu selalu menandakan orang yang lagi jatuh cinta?"

"OH JELLAS" Jawab Ratih dengan penuh penegasan. "Biasanya sih gitu." Lanjutnya dengan pelan.

"Jangan sembarangan ngomong, dek. Mas nggak suka kamu ngomong begitu. Ada saatnya pembahasan itu bisa dijadikan candaan dan ada juga pembahasan yang tidak bisa dijadikan candaan. Pahami itu, dek. Tidak semua orang suka mendengarkan candaan." Ujar Afnan.

"Yo wislah, Ratih salah. Ratih mau balik ke asrama. Assalamualaikum." Ucap Ratih dan langsung pergi. Malas, Masnya tidak bisa diajak bercanda.
Ratih keluar dari ndalem dengan rasa kesalnya, jengkel juga dengan Afnan. Padahalkan tadi dia hanya ingin bercanda dengannya. Tapi dianya tidak suka dengan candaan Ratih.

"Nyebelin ih! Wonge nggak seru." Gerutu Ratih sambil menghentakkan kakinya dilantai dengan keras hingga menimbulkan bunyi ketukan antara sandalnya dan lantai yang di pijaknya.

Tiba-tiba Ratih menghentikan langkahnya saat seseorang yang dia kenali wajahnya menghadang langkahnya.

"OPO MANEH, TUKANG MALING SENDAL?" Teriak Ratih sekalian meluapkan emosinya.

"WHAT? Lo sebut gue maling sendal? Bener-bener cewek aneh lo! Tadi pagi lo udah nabrak gue dan sekarang lo bilang gue maling sendal!" Sedikit jeda. "Cari gara-gara lo ya sama gue?" Ucap lelaki itu dengan suara keras yang seakan menantang lawannya.

Tubuh Ratih langsung gemetar mendengar suara keras yang dikeluarkan oleh lelaki itu. Sebenarnya Ratih tidak biasa mendengar suara sebesar itu. Huf~ Cukuplah Khalisa yang selalu berteriak di dekatnya, jangan lagi ada Khalisa yang kedua.

"Udah maling, gak mau ngaku, gak sadar diri lagi. Emang ya, yang namanya maling itu lebih belagu dari yang punya barang." Cibir Ratih saat dirinya merasa tertantang.

Diary Khalisa ✓Where stories live. Discover now