60. Penculikan

1.4K 82 3
                                    

Singkat cerita satu tahun telah berlalu. Setelah semuanya berdamai, semuanya sudah kembali membaik. Perlahan tapi pasti Ratih sudah menerima pernikahannya dengan Arga. Begitupun dengan Ammar yang kini sudah menyadari perbuatannya dan kembali mencintai Tyas lagi.

Dan kabar baiknya, saat ini Khalisa telah mengandung anak pertanyaannya yang sudah berusia 7 bulan didalam kandungannya. 2 bulan lagi kebahagiaan keluarganya akan menjadi lengkap.

"Mas, pengen makan yang manis-manis tapi pedes terus ada kecut kecutnya juga." Rengek Khalisa yang duduk disamping Afnan.

Saat ini mereka sedang perjalanan pulang dari rumah sakit. Hari ini Khalisa ada jadwal cek kandungan dan setelah itu selesai rencananya mereka ingin langsung pulang ke rumah. Tapi tiba-tiba saja Khalisa menginginkan sesuatu yang sangat sulit untuk dipahami Afnan.

Afnan menggaruk tengkuknya. "Nama makanannya apa?"

Khalisa mencebikkan bibirnya. "Ih, masa gitu aja nggak tau sih? Makanan yang ada manis-manisnya, yang ada pedes pedesnya terus ada kecut kecutnya juga."

Afnan melirik Khalisa sekilas, nampak perempuan itu sedang melihatnya dengan tatapan berbinar. Afnan pun tersenyum. "Sayang, kalau mau main tebak-tebakan jangan sekarang, nanti dirumah aja ya,"

Dahi Khalisa langsung berkerut mendengar jawaban Afnan. Segera ia memutar badannya menghadap luar jendela mobil. Ia mencebikkan bibirnya sambil mengelus perutnya yang buncit.

"Orang lagi pengen makan malah dikira main tebak-tebakan, gimana sih, nggak peka jadi suami, nggak tau apa anak dan istrinya lagi pengen makan." Cibir Khalisa tanpa melihat kearah Afnan.

Mendengar cibiran Khalisa, Afnan tertawa kecil. Semenjak kehamilan sang istri, Afnan sudah sering kali melihat Khalisa bertingkah seperti itu. Dan menurutnya perempuan itu sangat menggemaskan ketika sedang marah-marah seperti itu.

"Mau makan rujak?" Tanya Afnan.

"Nggak!" Sahut Khalisa.

"Kalau pempek mau?" Afnan tau, Khalisa tidak mungkin menolaknya lagi karena semenjak hamil perempuan itu sangat suka makan pempek.

Khalisa tak langsung bersuara, pelan-pelan ia memutar badannya menghadap Afnan. Kemudian dia tersenyum seperti anak kecil yang salah tingkah.

"Mau, tapi yang di tempat biasa ya?" Ucap Khalisa dengan antusias.

Beberapa detik Afnan menoleh melihat sang istri. Ia mengusap pucuk kepala Khalisa dan setelah itu beralih mengusap perut sang istri. Ia tersenyum sebelum kembali fokus menatap jalan. Sungguh bahagianya dia bisa merasakan hari ini. Tak lama lagi kebahagiaannya akan lengkap setelah kelahiran anak pertamanya nanti.

Tidak lama kemudian Afnan meminggirkan mobilnya di depan minimarket yang mana tak jauh dari situ ada penjual pempek kesukaan istrinya. Tak butuh waktu lama mereka pun keluar dari mobil, Afnan menuntun Khalisa menyeberangi jalan menuju tempat penjual pempek itu.

Sesampainya disana, Afnan langsung mengambilkan satu kursi untuk Khalisa. Dan setelah itu ia memesan dua porsi pempek.

"Pempeknya dua ya," ucap Afnan.

Setelah itu Afnan kembali menghadap Khalisa.

"Saya udah pesan, kamu tunggu disini dulu ya, saya mau beli minum di minimarket depan, kamu mau titip apa?"

Khalisa menggeleng pelan. "Air putih aja, tapi yang dingin ya?" Jawab Khalisa sambil senyum.

Afnan juga tersenyum, dia paham betul mengapa Khalisa tersenyum semanis itu. Afnan selalu melarang Khalisa untuk meminum minuman yang dingin tapi kali ini ia memintanya sambil tersenyum manis, jadi mana mungkin Afnan tidak menyanggupi permintaan sang istrinya itu.

Diary Khalisa ✓Where stories live. Discover now