18°

6K 161 3
                                    

"Bangun, Bangunn!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bangun, Bangunn!"

"Bangun~ Baskaraaaa~"

"Kebo banget, iw. Suami siapa, sih, iniii~"

"Baskara Wibisono~~ kebo~"

Kali ini Serana membangunkan Baskara yang mendadak sudah rapi dan siap berangkat masuk kuliah, tapi mendadak lelaki itu kembali tertidur di atas kasur dengan mata yang terpejam damai.

"Biarin, lo gak boleh tidur di sini lagi," ancam Serana, berbisik tepat di telinganya.

Sayangnya, Baskara tidak bisa melawan rasa kantuknya. Ia terus memejamkan mata dengan rasa nyaman Serana menindih tubuhnya.

"Baskaraaaaah," bisiknya lagi, kali ini seraya mengecup singkat rahang Baskara dari samping.

Shit. Bini gua nakal.

Ia langsung membalikkan tubuh Serana. Mengukung gadisnya, menatap sayu dengan seringai kecil.

"E-ehh ... mau ngap--" Baskara lebih dulu beralih menjadi berbaring di samping Serana. Mengunci tubuh gadisnya dengan kedua kakinya.

"Bentar," ucapnya, menggagalkan Serana beranjak dari kasur.

"Lo ada kelas hari ini, Baskara Wibisonooo ...."

"Tapi lo nakal, hm."

Serana tertawa kecil, mengarahkan tangannya, mengusap lembut tengkuk lelaki itu. Sesekali memainkan rambut kepala Baskara.

"Kalau gue pergi, lo bakal ke mana?" tanya Serana serius dengan nada pelan, hampir seperti bisikan.

Sontak mata Baskara terbuka. Mengernyit heran dengan ucapan istrinya. Ia menahan tangan Serana yang terus mengusap tengkuknya dengan gerakan lembut. Amat lembut.

Kini Baskara sudah sepenuhnya menghadap pada Serana. "Kok, gitu ngomongnya?"

Dengan wajah datarnya, Baskara mampu membuat Serana enggan berkutik. Keduanya semakin larut dalam tatapan yang tampak serius.

"Kalau lo pergi, gua bakal pergi lebih jauh lagi. Ke surga."

Serana tertawa lepas mendengar itu. Ia mengigit bibir bawahnya untuk meredakan tawa, dan kembali menatap Baskara. "Lo yakin bakal masuk surga?"

Baskara mendesis, mengapit singkat hidung Serana dengan gemas. "Intinya lo gak boleh pergi, Sayang. Gak boleh," tekannya.

Serana terkekeh.

"Lo kenapa, hm?"

"Udah sana lo berangkat. Sana kuliah, ish. Kalau telat aja baru tau rasa." Baskara mengernyit mendengar Serana mengusirnya.

Keduanya lagi-lagi terdiam. Setelah beberapa menit, Baskara baru ingat dengan pertanyaan untuk perempuan itu.

"Pertanyaan lo tadi, apa ada sangkut-pautnya sama obat yang semalem lo minum?"

BASKARA [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang