Part. 28

3.1K 107 1
                                    

Vote!

Komen!

Wajib!

Hapy Reading!!!

*********

“Kenapa? Kacau amat kayaknya, lu!”

Laki-laki dengan kaos hitam berlengan pendek itu hanya menghembuskan nafasnya pelan mendengar pertanyaan yang sahabatnya tanyakan.

“Gue ... gue cinta sama Amel, Mar.” lirihnya.

Ya, dia adalah Ray. Saat ini dirinya tengah santai didalam rumah. Tidak perduli hari ini bukan hari libur, Ray tetap tidak ada niat pergi ke kantor.

Sedangkan Umar, laki-laki itu sengaja ingin bertemu Ray, ada sedikit masalah yang selama ini mengganjal di hatinya dan belum di sampaikan pada Ray.

“Ya bagus dong kalau lu cinta sama Amel.” jawab Umar menatap Ray dengan dahi mengernyit.

“Tapi udah terlambat, Mar.” ucap Ray menundukan pandangannya.

Ray mati-matian menahan air yang siap keluar dari ujung matanya. Ah entahlah, kenapa akhir-akhir ini Ray mudah sekali menangis.

“Maksud, lu?”

“Amel, keluarga gue, Mertua gue, mereka udah gak ada yang percaya lagi sama gue.” lirih Ray.

“Whay?” tanya Umar menatap serius Ray.

“Clara fitnah gue, Mar.”

“Maksud, lu?”

Ray menggelengkan kepalanya pelan. Rasanya, Ray tak sanggup kalau harus kembali menceritakan masalah ini pada seseorang.

Tapi bisa apa?
Nyatanya lebih menyakitkan jika Ray tahan dan pendam sendirian.

“Clara ... Clara memberikan beberapa lembar foto serta vidio kepada mereka.”

“Ray, gue mohon sama lu, please lah, Ray. Lu kalau ngomong yang jelas!” gerutu Umar yang tidak mengerti maksud dari ucapan Ray.

Apa maksudnya?

“Iya, Mar. Clara memberikan foto, dimana didalam foto itu ... gue ... tidur bareng dia, Mar.” lirih Ray menjeda ucapannya. “Dan lebih parahnya ... dia ngaku hamil, Mar.” lanjutnya.

Jika saat ini Ray tengah mati-matian menahan tangisnya, maka tidak dengan Umar. Umar berusaha mati-matian menahan amarahnya karena mendengar penuturan Ray.

Ingin sekali dirinya memberikan bogeman mentah pada Ray, namun sekuat tenaga dirinya tahan.

Bagaimanapun, Ray belum tentu bersalah.

“Jangan bilang kalau lu bener nidurin dia, Ray!” ucap Umar menatap nyalang Ray.

Ray menunduk, tiba-tiba, fikirannya kembali teringat kejadian dua hari yang lalu. Saat dimana dirinya pulang ke rumah pukul 23:30.

“Jawab, Anjing!”

“Waktu itu ...

Flasback on ...

Maafkan Aku, Istriku (END) Where stories live. Discover now