52

1K 112 4
                                    

✨ Ara

Aku panik saat Abe sudah menindih ku di atas meja yang ada di ruang perpustakaan di rumahku.

Aku tidak mau memiliki momen yang tidak seharusnya di tempat favorit anak anakku.

"Jangan Be, aku gak mau" aku memperingatkannya lagi tapi dia tetap seperti dulu yang tidak suka mendengarkan rengekan ku.

"Ini tempat anak anak, aku gak mau" imbuhku dan dengan secepat kilat dia membawaku dalam gendongannya dan bertanya dimana kamarku berada.

Dan akhirnya kegiatan panas kami pun kami salurkan di atas ranjang kamarku, kamar yang beberapa tahun ini hanya ku isi dengan memori tumbuh kembang Rakai dan Luna kini menjadi saksi bisu pertemuanku kembali dengan Abe.

______________________

Aku membuka mata, menyesuaikan kemampuan mataku untuk menerima cahaya yang mulai terang di luar sana.

Astaga aku kesiangan, aku langsung duduk dan mendapati tubuhku hanya terbalut selimut yang kupakai semalam.

Oh Tuhan, untunglah ini hari Sabtu aku tidak perlu heboh untuk mengejar waktu agar tidak terlambat mengantar anak anak ke sekolah.

Aku mengamati sekeliling dan tidak mendapati Abe disana, aku ingat semalam dia bilang akan bermalam setelah sesi pergumulan kami, apa dia sudah pergi sekarang?

Aku memilih untuk membersihkan tubuhku dengan mandi, aku banyak mengeluh saat mendapati beberapa bekas yang berhasil Abe tinggalkan untukku semalam.

Saat aku selesai mengeringkan rambutku dengan hair dryer, aku beranjak keluar kamar dan mendapati suara tawa milik Luna dan Rakai dari ruang makan.

Disana aku mendapati Rakai, Luna yang sedang sibuk berbahagia menyantap makanan mereka, dan disana sudah ada Abe yang jadi juru masaknya.

"Pagi ma!" Sapa Luna ceria dan aku sedikit akward karena terlintas kejadian semalam bersama Abe, benar benar sangat kontras di mataku.

"Hai" balasku.

"Siapa yang masak?"

"Om cakep" balas Luna.

"Oh ya, enak?" Tanyaku penasaran.

"Lebih enak dari masakan mama" Rakai yang menjawab dan aku gemas sendiri dengan kejujurannya.

"Okay then" aku dongkol sendiri.

"Luna, udah siap kan? Hari ini kita mau ketemu tante loh" Luna mengangguk antusias.

Aku memang ada janji ketemu dengan Della, biasanya memang aku agendakan sebulan sekali agar Della juga bisa melihat langsung perkembangan putrinya walau Luna belum tahu bahwa Della ibu kandungnya.

"Ya sudah kalau gitu ganti baju dulu mama tunggu disini ya" Luna pun segera menuruti perkataan ku setelah selesai menghabiskan makannya.

"Kamu ikut mama kan bang?" Rakai menggelengkan kepala.

"Abang mau ikut om Abe, boleh kan ma?"

Rasanya jantungku berhenti sesaat, pertanyaan Rakai ini membuatku berpikir macam macam, apa Abe berencana membalas ku dengan cara membawa Rakai pergi dariku?

Abe sepertinya menangkap gelisahku ini kemudian dia sedikit menjelaskan "Bilang mama kita mau kemana bang" pinta Abe.

"Oh" Rakai melihatku sekilas sebelum menyendok lagi makanannya.

"Tadi Abang tanya ke om kenapa om masih disini, aku kira om pengangguran jadinya om mau ajak Abang ke tempat kerja om, boleh kan ma?"

"Nanti kamu bisa nyusul kami kok Ra kalau mau, aku sama Rakai nanti mau jalan jalan dulu sebentar"

"Please ma, boleh ya, aku bosan kalau ketemu Tante Della, kalian kan cewek semua aku mau keluar sama om, ya ma?" Rakai sudah memegang tanganku dan menggoyang goyangkan nya tanda dia merayu.

Aku akhirnya mengangguk "Tapi jangan bandel ya bang" dan seketika Rakai memelukku senang.

"Thanks Ma!" Tidak lupa satu kecupan mendarat di pipi kiriku darinya.

Abe  [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora