Prolog

170K 7.6K 102
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kembalikan!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kembalikan!"

Bocah laki-laki berumur 5 tahun itu nampak menggeleng cepat ketika pria dewasa yang berdiri di depannya berkecak pinggang menyuruhnya untuk mengembalikan mainan robot-robot yang ia curi dari temannya.

Karena ketahuan, akhirnya pria yang bergelar sebagai Ayahnya itu memarahinya abis-abisan di dalam kamar. Ia ingin menyembunyikan mainan itu, tapi Ayahnya malah melihat. Al hasil di sinilah dia sekarang, berdiri di ujung tembok sembari memeluk sebuah robot.

"Punya siapa itu?"

"Rehan," jawab bocah laki-laki itu masih pada posisi pertama, memeluk erat robot itu.

"Kembalikan, Papa bisa beliin buat kamu. Mainan kamu banyak Fawaz." Tak menghiraukan ucapan Ayahnya, bocah yang di ketahui bernama Fawaz itu sekali lagi menggeleng.

"Pawaz mau ini. Ini udah jadi punyaku."

"Itu namanya mencuri!"

Mendengar suara bentakan yang keluar dari mulut Ayahnya. Fawaz seketika cemberut menahan tangis, ia semakin memeluk erat robot itu.

"Ini punya Pawaz Papa, Pawaz gak mau balikin."

"Fawaz!"

"Kenapa mas?" Seorang wanita memasuki kamar, ia mengelus lengan suaminya agar emosinya meredah. Pria itu merebut paksa sebuah mainan dari bocah itu.

"Siapa yang ajarin kamu begitu, ha?"

Fawaz langsung menangis, ia memeluk Ibunya. Tersadar bentakannya yang sangat keras ke putranya yang masih kecil. Beni berjongkok menjajarkan tingginya dengan Fawaz. Tangannya terangkat membalik pelan anak itu agar mau menatapnya.

"Dengar papa ya Nak, ingat sampai kamu besar. Kita, gak boleh mengambil punya orang tanpa izin. Kalau dia marah gimana?"

Fawaz menghapus air matanya yang menetes ke pipinya yang sedikit gembul.
"Aku ambilnya diam-diam, dia gak bakal tau, Papa."

Tertawa Beni mendengarnya, ia menyewer pelan telinga Fawaz. "Tetap aja gak boleh, itu bukan punya kamu. Kalau kamu ambil, itu berarti mencuri."

"Kamu tau pencuri di tempatkan di mana?"

"Penjara."

"Bukan cuma penjara, tapi kamu bisa di hukum sama Tuhan. Tuhan itu punya tempat yang apinya banyak, nanti kamu di bakar kalau mencuri." Mendengar itu, Fawaz kembali menangis.

"Mama, Pawaz gak mau di bakar."

"Ini ambil, kembaliin punya orang."

Ratna--Ibunda Fawaz menghapus air mata bocah itu, lalu tersenyum sembari mengelus puncak kepala anak laki-lakinya.

"Mama gak suka kamu jadi pencuri, ambil dan kembalikan. Lalu minta maaf sama yang punya."

"Kalau dia gak mau maafin?"

"Yah, bujuk sampai dia mau maafin kamu. Kamu harus tanggung jawab, ini kan salah kamu udah ambil punya orang tanpa izin, berarti harus hadapi resiko."

Sejak satu Minggu yang lalu, Fawaz sangat sensitif jika ia melihat temannya merampas mainan punya temannya yang lain. Seperti saat ini, bocah itu berkecak pinggang saat teman kelasnya memakan donat dari hasil rampasan di cewek-cewek.

"Kamu harus minta maaf, kata Papa, kamu bisa di bakar sama Tuhan." Fawaz mengembangkan pipinya kesal, saat temannya itu tetap tak mau berpindah tempat.

"Papa kamu bohong!"

"Papa aku benar!" Fawaz melotot kesal. "Tuhan punya tempat yang banyak apinya, kamu kan ambil makanan punya Aurel. Berarti kamu mau di bakar sama Tuhan."

"Aku gak mau di bakar!" Teman sekelasnya itu berlari menghampiri bocah perempuan yang ia rampas makanannya. Lalu menyodorkan tangan meminta maaf.

Fawaz tersenyum, ia menepuk dadanya bangga. "Keren."

****

"Istri gue nanti modelan apa yah? Lo bisa tebak?"

"Gak ada yang tau jodoh. Lo tebaknya apa?

"Siapa tau Janda kembang."

"Di luar nalar."

"Canda Ab, siapa pun nanti yang jadi jodoh gue bakal gue ratuin deh. Mau itu janda kembang, janda pirang, perawan desa--"

"Yakin? Lo suka main cewek."

****

"Apa yang telah menjadi jalanmu itu yang terbaik."

***

"Dan sesungguhnya Allah menyukai orang yang jujur."

****

"Dia Syakila hadiah atas kejujuran mu."

****

"Bagaimana mungkin, saya yang sering menyakiti perasaan perempuan, mendapatkan kamu…wanita dengan ketaatannya?"

"Bagaimana mungkin, saya yang sering menyakiti perasaan perempuan, mendapatkan kamu…wanita dengan ketaatannya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana prolognya? Tipis-tipis yak..

Cerita ini aku terinspirasi dari sebuah cerpen yang di ceritain guru aku dulu. Kalian pasti tidak asing lagi sama kisahnya, walau begitu, ada beberapa yang tidak mirip. Baik itu krakter tokoh utamanya, ataupun latar. Dan juga, cerita ini hanya mengambil poin pentingnya yang ada di cerpen itu, saya hanya melanjutkan kisahnya melalui imajinasi saya.

Ambil baiknya buang buruknya...

Semoga bermanfaat yah...

Lanjut!



Pemuda ApelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang