Rasa Malu

67.1K 5.6K 696
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Siap komen di setiap paragraf ga nih?

Langsung saja

Happy reading, mblo!

"Harga diri seorang Ayah,
ada pada anak perempuannya."
~Syakila Shabira~
.
.
.

Pasangan yang baru saja bertemu itu, kini duduk bersama. Fawaz menoleh ke arah Syakila kemudian tersenyum tipis, ia mengangkat tangan kanannya, mengadah, lalu meminta perempuan itu untuk menyambungkan hingga menjadi sepasang tangan yang menyatu meminta kepada Allah.

Syakila menempelkan tangannya. Lalu menutup matanya berdoa. Begitu juga dengan Fawaz, mereka khusuk berdoa, hingga keduanya bersamaan membuka mata.

Syakila dan Fawaz sama-sama mengusap muka mereka, kemudian Fawaz mengubah duduknya hingga kini berhadapan penuh dengan Syakila. "Coba saya kepo, apa yang kamu minta."

Syakila mengerjabkan matanya kemudian ikutan mengubah posisinya agar berhadapan dengan suaminya, lutut keduanya saling bertemu. Perempuan yang masih memakai mukena itu tersenyum.

"Beneran mau tau?"

Fawaz mengerutkan dahinya. "Emang tentang apa?"

"Tentang laki-laki yang berusaha aku cintai." Mendengar itu, muka Fawaz terlihat tak suka. Entahlah, ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya ini.

Laki-laki yang berusaha dia cintai? Siapa? Dia adalah suaminya Syakila, masa perempuan itu mau berusaha mencintai laki-laki lain?

"Kamu pasti tau, hukumnya ketika membuat suami marah?" kata Fawaz tiba-tiba ketus.

Syakila tersentak.

"Tau, Allah melaknat orang itu, karena setelah menikah maka surga bagi anak perempuan terletak pada suaminya. Kamu kesal kak? Aku salah apa?" Cewek itu ingin menangis, ini baru setengah hari dirinya menikah, tapi sudah membuat Suaminya marah padanya.

Fawaz berpaling. "Itu kamu mau berusaha mencintai laki-laki, saya tau saya tidak pandai agama---"

"Kak, laki-laki itu kamu," jelas Syakila. Yang tadinya ia ingin menangis, sekarang ia malah ingin tertawa. Jadi, karena ini suaminya itu tiba-tiba kesal.

"Oh." Fawaz seketika menjawab dengan sangat singkat, ia menahan diri agar tak tersenyum, cowok itu berpaling lalu menggaruk pipinya yang tak gatal.

Syakila memiringkan kepalanya agar bisa melihat muka cowok itu.

"Kenapa kamu?" tanya Fawaz sewot.

"Kamu cemburu yah kak?" tanya Syakila polos.

Fawaz menatap Syakila, lalu mengangguk seperti anak kecil. "Iyaaa."

Syakila tersenyum. "Alhamdulillah."

Lho, kok Alhamdulillah. Fawaz melipat tangannya di depan dada lalu bertanya. "Kok Alhamdulillah, jodoh? Kan aku marah, gimana sih kamu."

Syakila terkekeh gemes. "Kak, itu artinya kamu benar-benar Nerima aku, jadi kekasih hati kamu."

"Kan emang Jodoh!" Fawaz gemes sendiri, ia ingin mengigit pipi Syakila asli dah demi apapun. "Saya sudah menerima kamu, jauh-jauh hari."

"Sekarang kamu istri saya, pasangan saya, kekasih hati saya, kesayangan saya, ratu saya--"

"Kak, aku baper." Muka cewek itu sudah memerah padam, pipinya bak udang rebut, memerah.

Syakila menutup mukanya.

Fawaz terkekeh, ia menarik Syakila kepelukannya. "Sini sembunyi di pelukan saya biar pipi kamu tidak memerah lagi."

Pemuda ApelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang