Dia bertingkah aneh

21.3K 2.1K 679
                                    

Assalamualaikum..

Hello!

Happy reading!

******

Saat ini Syakila bersama ibu mertuanya berkutat di dapur karena kedatangan tamu. Keduanya bercengkrama, sesekali berdiskusi mengenai resep baru yang akan mereka coba kedepannya.

Pernah juga ibu dan anak itu saling bercanda ingin membuka usaha kecil-kecilan karena keahlian memasak mereka yang cukup bagus, namun itu hanya candaan saja. Biarlah para semua mereka yang cari uang. Walaupun sebenarnya perempuan tidak boleh terlalu bergantung kepada lelaki. Karena pada dasarnya gak ada yang tau kedepannnya.

Saat ini, Syakila membawa beberapa kue yang ia buat begitu juga dengan Ratna yang membawa minuman. Keduanya berhenti sekejap, saling pandang beberapa detik ketika melihat kegaduhan di ruang tamu.

Terdengar jelas, saat Melly memaksa Fawaz untuk untuk membujuk Meisya. Syakila juga bisa melihat ketika tatapan suaminya melembut ke sepupunya itu, dan membujuknya. Ada perasaan cemburu dan panas, awal bertemu dengan Meisya, Syakila biasa aja namun setelah ia tau perasaan Meisya ia semakin was-was.

Apalagi suaminya itu juga tau bahwa sepupunya mencintainya, bahkan sudah lama. Syakilla harus yakin sama suaminya, namun selalu saja hatinya menjadi gelisah. Mungkin ini yang di rasakan setiap perempuan jika berada di posisinya, parahnya jika dia tidak bisa menahan kesabaran maka dia akan menjambak rambut lurus gadis itu.

Tapi ingat, Allah mencintai orang-orang yang sabar. Jika masih bisa menahan, maka tahanlah.

"Lo sayang gue kan?"

Syakilla menelan selivanya kasar, melihat tatapan lelaki itu semakin melembut saja.

Meisya mengangguk dengan muka yang berseri dan juga tersipu.

"Makanya nurut." Walaupun terdengar jengkel, tapi Fawaz tetap membujuk. Ucapan terakhir yang di keluarkan Fawaz itulah yang membuat Syakila kembali tenang. Lelaki itu menahan jengkel sedari tadi.

Ratna mengode Syakila agar mendekat. Kondisi kaki Syakila emang belum pulih, tetapi perempuan itu rutin melakukan terapi, untuk menyembuhkan sedikit demi sedikit. Dia tak bisa berlari, jalan pun harus terpincang sedikit. Tak apa, yang penting ia masih hidup, bernafas, dan mensyukuri semuanya dengan lapang dada.

"Kurang lembut yang terakhir," protes Mei. Ia melirik ke arah Syakila yang baru saja datang, setelah menyimpan makanan di meja, Syakila ambil tempat untuk duduk di samping suaminya.

"Gak mau pulang kalau gak di lembutin." Tingkah Meisya yang seperti itu menimbulkan kerutan singkat di dahi Ratna, namun, ia tetap ber positifthingking mengenai Meisya. Toh, dari dulu emang mereka berdua dekat.

"Ayo, lembutin gue," pinta Meisya sekali lagi membuat Fawaz jengah.

"Fawaz, lembutin Meisya cepat, biar dia nurut." Melly memohon.

Abraham menghela nafas. "Udahlah nak, tolong mengerti, Fawaz sudah bujuk kamu lho tadi." Pria satu itu emang tegas ke bawahannya namun jika bersama dengan istri dan anaknya, sulit sekali mengeluarkan bentakan.

Akan beresiko jika membentak putrinya itu di depan orang-orang. Tak cuma Meisya yang kembali merajuk, tapi istrinya juga.

"Pa…" Meisya merengek, ia menatap Papanya agar mau membujuk Fawaz. Mesiya ingin di lembutin layaknya kekasih.

"Adek abang nurut ya?" Fawaz berucap lembut, tapi menggunakan embel-embel abang seperti yang sering di lakukan dulu.

Namun nampaknya, Meisya kembali menolak itu, dia sudah tidak mau di anggap adik, dia mau di anggap kekasih. Egois dan sedikit gila emang.

Pemuda ApelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang