Hari Pertama Ramadhan

358 35 43
                                    

"Sahur"

Sekitar jam 3 pagi, seorang pemuda terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya lalu melirik kearah jam kecil nya yang terletak diatas meja, samping tempat tidur.

Pemuda itu mengerjapkan matanya, berusaha melihat angka didalam jam kecil itu. Kamarnya yang gelap membuat matanya menjadi rabun, ia berdecak sebal, lantas menyibak selimut untuk segera bangun.

Halilintar membuka pintu kamarnya, berjalan menuruni tangga menuju dapur. Niat awal pemuda itu hanya untuk sekedar minum lalu kembali kelantai atas untuk membangunkan Gempa.

"Hoamm."

Setelah menuruni tangga Halilintar berbelok, menuju dapurnya berada. Tepat saat ia melangkah ke dapur, ia dikejutkan dengan sosok pemuda yang tengah berkutat dengan alat-alat masak.

"Allahu Akbar." Pemuda itu terkejut, mendengar suara dari Halilintar.

Ia berbalik, sama terkejutnya dengan Halilintar, "Astaghfirullah! Ngagetin aja sih bang," kesalnya

Halilintar tak mengindahkan ucapan Gempa, "Masak lo?" Tanyanya

Gempa memutar bola matanya, "Gak, lagi main api," jawabnya acuh

"Serius woy!"

"Abang punya mata kan? Bisa liat kan Gempa lagi apa?"

Halilintar terdiam, ia hanya bertanya kenapa Gempa jadi sensi seperti ini? Pms ya?

"Gem, puasa kan?" Tanya Halilintar seraya mengambil gelas di rak dapur

"Hm."

"Kirain pms," ucap Halilintar lagi dan...

'BUK'

"Argh! Woy!" Halilintar menoleh dengan tangan yang mengusap kepala bagian belakangnya.

Ia menatap Gempa yang tersenyum kepadanya, senyum maut yang jarang sekali keluar.

"Sekali lagi abang ngomong gitu, siap-siap aja abang puasa di rumah sakit," sinisnya

Halilintar meneguk ludahnya kasar, ia menciut didepan Gempa jika Gempa sudah bersikap seperti ini.

"Siniin centong nasinya," pinta Gempa yang langsung dituruti oleh Halilintar

Pemuda itu tak ingin membantah lagi, sudah cukup kepalanya dilempar dengan centong kayu. Halilintar menyerahkan centong itu pada Gempa, lalu segera mengambil air untuk dirinya sendiri.

Setelah ia meneguk beberapa air, ia segera meletakkan gelas itu di wastafel, lalu beranjak hendak menuju kamarnya untuk rebahan.

"Mau kemana bang?" Gempa bertanya tanpa memalingkan badannya

"Kamar," jawab Halilintar

"Oh kekamar, enak ya rebahan? Padahal liat adiknya lagi masak."

Halilintar kembali meneguk ludah nya, ia membalikkan badannya, menatap Gempa yang membelakanginya. Sial, kenapa ia harus terjebak di situasi sepeti ini sih.

"Perlu bantuan gak Gem?" Tanyanya demi menyelamatkan perut nya

Kalau ia membantah lagi, bisa-bisa sahur ini ia tidak makan.

"Loh? Katanya mau kekamar, gak papa bang kekamar aja," sahut Gempa

Kalimat itu membuat Halilintar menganggukkan kepalanya, tidak salah kan? Gempa menyuruhnya kembali kekamar. Yasudah, ia memalingkan badannya, hendak beranjak dari sana.

"SELANGKAH LAGI LO MAJU! GAK MAKAN LO SAHUR!"

"Allahu Akbar, Gempaa!! Iya gw bantu!!" Halilintar dengan cepat membalikkan badannya, frustasi dengan kelakuan adiknya satu ini

Ramadhan Bersama Boboiboy ElementalWhere stories live. Discover now