Bab 38 Masalah

77 28 2
                                    

Info : Selama Bulan Ramadhan bab yang mengandung 18+ bakal di unpub dulu ya. Tenang kok, untuk bab yang lain bakal tetep ada. 

***

Happy reading

***

Langkah Gigi terasa berat setelah keluar dari ruang guru lebih tepatnya setelah bertemu dengan miss Diana, ya apalagi kalau bukan masalah olimpiade matematika. Tadi setelah jam kedua mata pelajaran selesai Gigi dipanggil oleh Miss Diana ke ruang guru. Sesuai dengan dugaan Gigi, gurunya itu meminta Gigi untuk ikut dalam ajang kompetisi olimpiade bulan depan.

"Ini otak gue bisa gak ya," lirih Gigi, melirik satu lembar kertas ditangannya.

"Liatnya aja udah mau muntah." Gigi menatap deretan tulisan yang berisi garis Haluan kisi-kisi soal yang akan keluar dalam olimpiade.

"Yudah deh, asal ikut dulu," semangat Gigi walau terpaksa.

Tubuhnya berbelok pada tangga yang akan membawa ke lantai tiga, lift sedang penuh saat jam istirahat membuat Gigi malas mengantri. Baru saja kakinya ingin menaiki anak tangga suara dentuman keras membuat tubuh Gigi berputar. Matanya menyipit ke arah ruang clun dance yang pintunya terbuka lebar.

Prank!

Suara benda jatuh sontak membuat tubuh Gigi terperanjat kaget, pasalnya suaranya sangat besar. Siswa lain yang tengah berjalan disekitar Gigi juga ikut kaget. Penasaran ada apa membuat Gigi melangkahkan kaki menghampiri ruang club dance, begitu juga dengan siswa lain yang kepo.

"Astaga," pekik Gigi saat melihat ada siswa laki-laki terbaring lemah diatas lantai dekat panggung dance.

Gigi lebih kaget lagi melihat Daffin yang bonyok berdiri memegang tongkat kayu, semua barang-barang dalam ruang dance berantakan. Cepat-cepat Gigi menghampiri Daffin yang ingin menghantam siswa yang terbaring di lantai dengan tongkat kayu.

"Kak wait-wait huuh... huuh...," cegah Gigi dengan napas terengah-engah karena dirinya berlari cukup kencang karena ruang club dance yang luas.

"Ini lo ngapain?" tanya Gigi mencoba menghalangi Daffin.

"Bukan urusan lo," sahut Daffin datar.

Oke, Gigi bukannya mau ikut campur karena Gigi masih memegang prinsip paling anti ikut dalam masalah orang lain, tapi disini masalahnya sudah beda. Siswa yang terbaring dilantai sudah banyak mengeluarkan darah, mukanya sudah babak belur habis-habisan, nah ditambah Daffin ingin memukulnya dengan tongkat kayu? Mati saja anak orang. Gigi tidak mau dirinya melihat mayat, itu mengerikan.

"Gue gak tau masalah lo sama dia, tapi gak mesti harus bikin dia sampe mampus kan," ucap Gigi sukses membuat Daffin menatapnya.

Tatapan Daffin berbeda dari biasanya, dingin dan tanpa rasa. Sorot mata yang sangat sering Gigi lihat saat Daffin tengah memukuli orang, tapi ini agak beda sedikit. Rahang Daffin mengeras ditambah aura mengerikannya.

"Lo bisa keluar, tutup pintu dan pura-pura gak liat," balas Daffin tanpa mengurangi sorot mata kejamnya.

Gigi menggaruk kepalanya yang tak gatal, dia ingin menghubungi Angga tapi lupa membawa hp. "Duh kak, lo berenti dulu kek, kasi dia napas, itu anaknya udah mau pingsan gitu." Mulut Gigi sudah tidak tahu mau berkata apa, yang penting Daffin berhenti memukuli anak orang, sudah itu saja.

Mulut Daffin berdecak, dia paling benci diganggu saat sedang emosi, posisi Gigi yang berdiri di depannya tidak mempengaruhi Daffin. Tanpa belas kasih Daffin mendorong tubuh Gigi kesamping, sedikit keras tapi tidak sampai membuat Gigi terjatuh. Gigi yang kaget hanya bisa melongo karena pertama kali mendapat perlakuan kasar.

INTO YOUWhere stories live. Discover now