Bab 53 Trouble

81 22 12
                                    

Happy reading

***

Daffin tidak langsung ke apartmen miliknya, dia memilih waktu sendiri sejenak dipinggir jalan. Mengembuskan asap rokok yang dirinya sesap dari setengah jam yang lalu. Pikiran Daffin tentang bagaimana Gigi menangis tadi masih membekas.

"Gak seharusnya gue mundur dari awal," bisik Daffin.

Melempak punting rokok yang hanya tersisa kapasnya saja, itu sudah yang kelima. Daffin tidak sinting untuk merokok sampai lima batang lebih dipinggir jalan, dia hanya butuh menenangkan kepala sedikit.

Ting!

Satu pesan masuk ke dalam ponselnya, Daffin melihat nama Arak tertera disana.

'Angga udah di apartemen lo.'

Daffin tidak membalas pesan Arka, berjalan masuk ke dalam mobil dan tancap gas ke apartemen miliknya. Daffin memang sengaja, menunggu Angga lebih dulu sampai baru menyusul.

Kebetulan saja tempat Daffin tadi berhenti tidak terlalu jauh dari apartemen, jadilnya hanya lima menit mobil Daffin sudah parkir rapi di basement. Pria yang masih dengan setelan sekolah itu menunggu pintu lift terbuka, dia menunduk menatap kedua sepatunya.

Tap.

Bahu Daffin ditepuk pelan membuat kepalanya mendunga, menatap Aiden yang menyengir lebar.

"Gue kira lo udah di apartemen lo," ujar Aiden melihat wajah datar Daffin.

"Gue baru sampe," balas Daffin santai.

"Anjing emang Arka, dia panik gue kira ada apa-apa," kesal Aiden mengingat bagaimana Arka menelponnya menyuruh cepat-cepat ke apartemen Daffin.

Daffin tidak membalas, dia hanya mengendikkan bahu dan berjalan masuk ke dalam lift setelah pintu lift terbuka. Jelas Aiden menyusul, dia juga ingin ke apartemen Daffin. Mereka semua minus Daffin diminta berkumpul oleh Arka.

"Lo lagi gak marah kan Fin?" tanya Aiden, sedikit memastikan.

"Kagak, buat apa." Daffin berkata demikian tapi dengan raut wajah datar ingin memakan orang.

"Nanya aja sih gue, mastiin kalau lo gak gelud abis ini." Aiden sedikit was-was.

"Santai, gue lagi gak mau bonyokin orang," balas Daffin.

"Gue harap gitu," bisik Aiden tidak bisa didengar Daffin.

Lift yang mereka naiki berhenti dilantai 15, tempat di mana unit Daffin berada. Ah ya satu hal yang harus kalian tahu jika unit apartemen Daffin dan Angga ada disatu gedung, hanya beda lantai saja.

Daffin berjalan santai, beda dengan Aiden yang sudah cenat cenut takut. Oke, memang tidak ada hal yang wajib dirinya takutkan karena memang masalah yang kata Arka hanya ada pada Gigi dan Angga. Tapi siapa tahu kan, tidak ada yang bisa menebak.

"By the way, lo tadi udah nganter Gigi pulang?" tanya Aiden saat melihat Daffin menekan password pintu unitnya.

"Udah." Singkat, padat dan jelas Daffin menjawab.

Cklek.

Daffin mendorong pintu unitnya, berjalan masuk disusul Aiden dengan mulut komat-kamit entah merapalkan mantra apa. Kedua masuk kebagian tengah apartemen, disana sudah ada Arka, Haris, Satria dan Angga.

"Lo gak bawa makanan Fin?" tanya Satria saat pemilik apartemen langsung duduk disamping Haris.

"Emang lo nitip?" balas Daffin bertanya.

"Ya setidaknya lo berbudi pekerti luhur, tahu kalau punya tamu seenggaknya siapin makanan," ujar Satria sambil mengelus perutnya.

"Lo gak bilang ya gue gak beli." Daffin membalas santai, memejamkan kedua mata.

INTO YOUWhere stories live. Discover now