Bab 59 I Believe You

77 19 8
                                    

Happy reading

***

Mata Gigi tak lepas dari banyaknya desain hasil tangan Jena, begitu cantik. Jika Gigi punya banyak uang maka sudah pasti dia ingin membeli gaun hasil desain Jena, melihat dari sketsa desainnya pada kertas saja bagus apalagi yang sudah jadi.

"Bagus banget," puji Gigi saat tangannya melihat salah satu sketsa desain gaun.

Dari warna sketsa gaun yang Gigi lihat, peach dan putih menjadi satu dengan aksen kupu-kupu kecil. Tangan Gigi menyusuri sketsa gaun, senyumnya mengembang saat merasakaan ada getaran aneh dalam hatinya. Tiba-tiba saja Gigi membuka tas dan mengeluarkan sketchbook miliknya. Membuka halaman pertama, disana tergambar satu desain gaun bewarna mirip dengan gambar gaun milik Jena, hanya saja gambar gaun buatan Gigi polos tanpa aksen apa pun.

"Jauh banget," lirih Gigi saat membandingan gambaran miliknya dengan milik Jena.

Gigi tidak sedih ya walaupun sempat merasa insecure, dia justru langsung mendapat ide baru, dengan cepat tangan Gigi mengambil pensil warna yang selalu dibawa dalam tas. Menatap lamat tumpukan gambar desain milik Jena, setelahnya Gigi mulai menggambar. Tangan lincahnya bak menari di atas kertas kosong, fokus Gigi hanya pada sketchbook miliknya saat ini, tidak memperhatikan banyak pegawai Jena yang berlalu Lalang disampingnya.

"Pagi Bu Adela," sapa salah satu pegawai butik Gigi.

"Pagi, saya kesini mau ambil gaun pesanan saya," ucap perempuan yang dipanggil ibu Adela.

"Ibu silahkan duduk dulu, gaunnya saya ambilkan," ujar pegawai menuntun ibu Adela duduk pada salah satu sofa.

Hanya lirikan singkat dari gerakan mata Gigi saat ada pengunjung yang dipanggil ibu Adela masuk ke dalam butik, setelahnya kembali fokus pada sketchbook. Tanpa sadar Gigi senyam senyum melihat gambar miliknya yang masih dia selesaikan.

"Permisi ibu, ini gaunnya silahkan dilihat sulu." Pegawai membawa gaun milik ibu Adela yang dipasang pada manekin.

Ibu Adela hanya tersenyum. "Saya tidak perlu berkomentar lagi, Jena selalu memberikan hasil yang memuaskan," ucap ibu Adela senang melihat gaun pesanannya.

"Langsung saya bungkuskan ya bu Adela" tanya pegawai.

"Ah sebentar." Bu Adela menahan tangan pegawai yang baru mau meninggalkannya.

"Ada yang bisa saya bantu bu?"

"Saya kesini mau memesan gaun lagi untuk pesta pertunangan anak saya, apakah Jena senggang?" tanya Bu Adela.

Pegawai yang ditanya diam, menoleh menatap ke arah ruangan bossnya. Sangat jelas jika Jena masih belum bisa diganggu karena ada yang diurus bersama Daffin adiknya. Menatap tak enak ke arah ibu Adela.

"Maaf ibu sebelumnya, Bu Jena saat ini belum bisa diganggu karena ada urusan urgent," ujar pegawai menjelaskan.

"Apa ibu mau melihat-lihat desain beberap gaun Bu Jena, nanti bisa dimodif sesuai kemauan ibu," saran dari pegawai.

Ibu Adela langsung mengangguk. "Boleh," jawabnya.

"Ibu bisa ikuti saya, desain Bu Jena ada diruangan sebelah," ajak si pegawai.

Keduanya berjalan menuju ruangan dengan pembatas kaca di mana Gigi berada. Saking fokusnya Gigi sampai tidak sadar jika ada dua orang yang sudah berdiri di depan meja tempat dirinya duduk menggambar desain.

"Mbak Gigi."

"Astaga!" kaget Gigi saat namanya dipanggil tiba-tiba. Pensil warna yang ada ditangan Gigi bahkan sampai terlempar saking kagetnya. Wajah kaget Gigi membuat pegawai yang memanggil namanya merasa tak enak.

INTO YOUWhere stories live. Discover now