Tragedi Sahur Pertama

780 65 1
                                    

Rabb kita tabaroka wa ta'ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman: "Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni." (HR Al-Bukhari dan Muslim).

-

"Bersahur itu adalah suatu keberkahan, maka janganlah kamu meninggalkannya, walaupun hanya dengan seteguk air, karena Allah dan para malaikat bersalawat atas orang-orang yang bersahur (makan sahur)," (HR Ahmad).

-

"Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah." (HR Bukhari).

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Karena adanya covid-19, para santri terjebak di pesantren, tidak diperbolehkan pulang ke rumah, apalagi jika yang rumahnya di luar kota, jelas saja dilarang keras.

Terpaksa para santri harus menjalani bulan Ramadhan sekaligus lebaran nanti di pesantren, di saat seharusnya mereka sudah liburan pulang ke rumah.

Walau rindu rumah, tetapi menjalani puasa di pesantren tak kalah seru.

Seperti pagi ini, asrama sudah ramai oleh seruan yang membuat telinga pekak, dan suara kentungan yang nyaring bukan main. Kalau sudah di luar jam pelajaran memang begini, kelihatan sudah bobrok-bobroknya.

Para ustadz yang tengah sahur di ruangannya hanya mendengarkan sambil makan.

"Memangnya gak papa dibiarkan begitu?" tanya Ustadz Takeda cemas.

"Biarin aja. Udah pada gede, kok," balas Ustadz Tengen santai.

"Mending lanjut makan aja," tambah Ustadz Ego sambil menyeruput mienya.

Jangan ditiru ya, kakak-kakak. Sebagai manusia yang baik kita harus bertanggung jawab.

Apalah daya, Ustadz Takeda akhirnya memilih tetap melanjutkan sahur. Sebenarnya sih khawatir, tetapi kalau hanya ia sendiri yang mendatangi para santri yang macam reog itu, Ustadz Takeda tidak kuat.

Dalam hati, ia hanya dapat memercayakan para santri reog pada santri-santri yang masih memiliki sisa-sisa kewarasan.

Masalahnya, akibat dari gaduhnya asrama pagi ini adalah karena para santri yang waras tengah sibuk memasak untuk sahur di dapur.

"Bang Suga, tolong ayam gorengnya diangkat!" seru Osamu sambil memasukkan garam ke dalam sup.

Garam yang asli ya, bukan Tsukishima. Nanti kalau yang dimasukkan Tsukishima masakannya malah pahit.

"Samuu! Ini kentangnya udah gua potong-potong, yak!" seru Semi.

"Iya Bang, masukin aja ke sopnya."

"BANG! BANG SUGA! BANG SEMI!"

Kedua santri tahun ketiga itu menoleh ke arah pintu dapur.

"Kenapa, Isagi?" tanya Sugawara pada sang adik kelas yang tengah mengatur napas.

"Asrama kelas 11 kacau banget! Tolong bantuin, aku gak tahu mau gimana lagi ngatur mereka. Barou sama Kunigami lagi masak. Mana Tanjiro ke toilet gak balik-balik lagi," lapor Isagi sekaligus memohon pertolongan kakak-kakak kelasnya yang waras.

𝗣𝗘𝗦𝗔𝗡𝗧𝗥𝗘𝗡 𝗔𝗟-𝗔𝗦𝗔𝗗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang