Forum Perghibahan

186 36 8
                                    

"Siapa yang berkata tentang seorang mukmin dengan sesuatu yang tidak terjadi (tidak dia perbuat), maka Allah SWT akan mengurungnya di dalam lumpur keringat ahli neraka, sehingga dia menarik diri dari ucapannya (malakukan sesuatu yang dapat membebaskannya)" (HR. Ahmad).

-

"Ghibah itu lebih berat dari zina. Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah SAW menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,'" (HR. At Thabrani).

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Di kala para santri kelas 11 menyapu, Chigiri hanya diam menunggu di depan gudang bersama Kunigami dan Suna. Bukan karena mereka tidak mau bekerja, tetapi karena tugas mereka adalah membuang sampah, jadilah kini ketiganya menunggu teman-temannya selesai menyapu.

“Gabut bener nungguin orang nyapu,” keluh Chigiri.

Kunigami meringis. “Bentar lagi juga kelar paling. Sabar aja.”

Suna? Bocah sipit itu sibuk sendiri sejak tadi, scroll Instagram, Twitter, kalau ada kejadian aib buka kamera, foto buat koleksi aib.

Santri emang boleh bawa ponsel? Kok gak disita?

Tentu saja disita, disimpan baik-baik di dalam brankas malah. Namun, tolong diingat kalau beliau ini rubah licik, mencuri ponsel bukan apa-apa bagi Suna, sudah berpengalaman. Sejak zaman kelas satu sampai kini kelas dua, Suna sudah bolak-balik mencuri ponselnya dari brankas.

Sebenarnya selalu ketahuan, tetapi Suna masa bodoh karena sudah terbiasa dihukum.

“Anji--”

PLAK! Kunigami dengan sigap menggeplak bahu Suna, memelotot galak. “Mulutnya dijaga, heh! Lagi puasa pula,” tegur Kunigami tegas.

Chigiri yang awalnya berjongkok karena capek berdiri akhirnya kembali beranjak berdiri. Ia berjalan ke sisi Suna, Chigiri kepo Suna tengah melakukan apa dengan ponselnya sedari tadi.

“Ngeliat apa sih lu?”

“Anj-- subhanallah gua gak nyangka banget!” pekik Suna, matanya yang sipit sedikit melebar.

“Apa, sih?” Chigiri makin kepo.

“Artis yang baru nikah bulan lalu itu, lho! Masa katanya KDRT--”

“HEH! HEH!” Cepat-cepat Kunigami memotong kalimat Suna, lalu mengambil ponsel milik sipit pengghibah itu. “Gak ada ye ghibah-ghibah. Lagi gak puasa aja haram, apalagi pas puasa!” omel Kunigami.

“Yaahh, Kunigami gak asik,” protes Chigiri.

“Minimal ponsel gua jangan diambillah.” Suna mengulurkan tangan, meminta ponselnya dikembalikan.

“Gak. Kalo kerjaan kita dah kelar, bakal kubalikin ke Ustadz Gyomei,” tolak Kunigami, memasukkan ponsel Suna ke kantong celananya.

Suna berdecak sebal, tetapi tidak dapat melakukan apa-apa. Kunigami jelas lebih gesit darinya, Suna tidak punya peluang mengambil kembali ponselnya.

“Maaf bikin nunggu!”

“Nah, dah kelar tuh.”

Tanjiro membawa dua kantong sampah dengan Kageyama yang mengikuti di belakangnya dengan dua kantong sampah pula.

Sebenarnya kerjaan anak 10 tidak ada sangkut-pautnya sama sekali dengan membersihkan halaman pesantren, tetapi karena Isagi selaku santri tahun kedua yang waras harus mengurus teman-teman reognya, jadilah Kageyama yang membantu Tanjiro.

𝗣𝗘𝗦𝗔𝗡𝗧𝗥𝗘𝗡 𝗔𝗟-𝗔𝗦𝗔𝗗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang