Keseharian para santri bersama para ustadz mereka di Pesantren Al-Asad selama Ramadhan.
•
"Masyaa Allah, es krim siapa ini? Menggoda banget."
"Masyaa Allah, santri kelas berapa ini? Siang-siang malah di dapur."
"WAAAAGHHH!"
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━...
"Wahai orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaiman telah diwajibkan kepada umat sebelummu agar kamu bertaqwa." (QS Al-Baqarah : 183).
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Siang hari terutama pada jam bebas memang waktu yang meresahkan dan paling menggoda iman. Sebab pada jam-jam segini rata-rata penghuni pesantren tengah tidur siang, jadilah orang-orang yang tidak tidur bebas berkeliaran.
Seperti oknum gembul yang satu ini, siang-siang tidak ada kerjaan, malah pergi ke dapur. Sudah tahu sedang puasa, buat apa coba pergi ke dapur? Gak bisa makan juga.
Kecuali kalo berniat makan diam-diam, ya. Itu sih beda kasus lagi.
Osamu menghampiri kulkas, lalu membuka pintunya, memperhatikan isi kulkas beberapa saat, lalu ia tutup lagi. Lalu buka lagi, tutup lagi. Buka lagi, tutup lagi. Begitu saja terus berulang-ulang, sambil berharap ia bisa segera memakan cokelat-cokelat yang berlimpah di kulkas itu.
Setelah selesai dengan kulkas, Osamu membuka pintu freezer, dan sontak matanya berbinar-binar bak melihat harta karun.
Eh, memang harta karun sih, karena bagi Osamu, harta karun sama dengan makanan.
Terdapat tiga kotak es krim dengan rasa yang berbeda-beda di sana, tampaknya masih baru karena Osamu baru melihatnya hari ini.
“Masyaa Allah, es krim siapa ini? Menggoda banget,” ucap Osamu sambil mengelus dada, mencoba bersabar. Kelihatannya sih begitu, tetapi sebenarnya dalam kepala Osamu tengah membayangkan betapa lezatnya ketiga es krim tersebut bila disatukan.
“Masyaa Allah, santri kelas berapa ini? Siang-siang malah di dapur.”
“WAAAAGHHH!” Osamu berteriak kaget, refleks melompat ke samping.
Ustadz Douma yang tahu-tahu muncul di belakangnya tertawa dengan wajah tanpa dosa. “Samuu, ngapain kamu di sini? Hayoo, mau coba-coba batalin, ya?” tebak Ustadz Douma tepat sasaran.
Osamu meringis tipis, menggaruk pipi kanannya yang gembul. “Hehe ... cuma ngecek bahan-bahan buat nanti buka puasa, Ustadz. 'Kan ana yang masak,” katanya beralasan.