✧ 10 ✧ Pudding

83 2 0
                                    

✧ H E L E N A ✧

10. PUDDING

Helena melakukan gerakan demi gerakan dengan indah. Ia meniru persis gerakan tubuh Caitlin selaku Leader. Tubuhnya tidak mungkin kaku. Helena sudah lentur karena terbiasa bergerak di sekolahnya yang dulu, dance.

Namun, tak dapat dipungkiri bahwa seperempat fokusnya tertuju pada cowok yang duduk di tribun. Dekat pintu masuk utama dan sendirian, sangat mencolok.

Dia Grey. Dan satu-satunya hal yang membuat Helena gagal fokus adalah ... sejak tadi cowok itu memperhatikannya. Helena yakin, seratus persen. Matanya tidak mungkin salah.

"Latihan selesai sampai di sini dan bakal dilanjutin besok. Ada pertanyaan?" ujar Caitlin menggunakan toa-nya.

Seseorang mengangkat tangan kanannya dengan cepat, hendak bertanya.

"Name?"

"Queenie," balas gadis yang barusan mengangkat tangan. "Starlight Cheerleader bakal latihan setiap hari? Atau ada jadwal latihan?"

Pertanyaan itu mewakili banyak sekali orang, terutama para anggota baru termasuk Helena.

"Everyday," jawab Caitlin. "Karena kita harus pastikan badan kita selalu bugar dan terlatih. Ditambah lagi, kita mau ikut event Cheerleader se-Bandung sekaligus jadi cheerleader di pertandingan MHS Basketball."

Gadis bernama Queenie itu mengangguk-anggukkan kepalanya, menandakan kalau ia sudah paham. Namun, Caitlin menambahkan kalimat lagi.

"Tambahan. Gue juga pasti kasih info di grup chat kalo ada hari yang mengharuskan kita libur latihan."

Kemudian, latihan hari ini benar-benar diakhiri. Susunan para gadis yang tadinya rapi menjadi terpecah belah, menuju ke ransel masing-masing dan bersiap untuk pulang. Sebab, langit sudah berubah menjadi orange. Menandakan kalau malam akan segera tiba.

Begitu pun dengan Helena dan Kaylee. Mereka segera menuju ke tribun, ke tempat di mana barang-barang mereka diletakkan.

"Gue balik sama Liam. Lo bawa motor kan?" tanya Kaylee.

Helena mengangguk singkat, lantas menegak air putih dari botol minumnya. Banyak, ia sangat kehausan.

"Ya udah, hati-hati pulangnya."

"Lo juga hati-hati," balas Helena setengah berteriak karena Kaylee keburu berlari. Sahabatnya itu sudah menghilang di balik tembok menuju pintu utama lapangan.

Tiba-tiba, hal yang sudah Helena duga sebelumnya pun terjadi. Grey—cowok bermata abu-abu yang merupakan ketua Geng White Wolf menghampirinya. Mengundang sorot mata orang-orang sekitar, namun tidak bertahan lama karena semua orang buru-buru untuk pulang.

Bahkan, anak-anak Lion MHS Football juga sudah membubarkan diri. Benar-benar membuat lapangan outdoor MHS itu nyaris kosong, meninggalkan Helena dan Grey berdua.

"Ada apa?" tanya Helena, tak dapat menutupi rasa penasaran yang sudah ia simpan sejak tadi.

"Emm ...." Grey malah menggaruk-garuk alisnya. "Gimana ya ngomongnya?"

Helena diam, menunggu. Sementara tangannya sibuk mencari-cari kunci motor yang terselip di ransel sekolahnya.

"Jadi ... ah gue nggak enak ngomongnya!" Grey kesal sendiri. Ia sampai mengacak-acak rambutnya sendiri, terlihat bingung.

"Udah, ngomong aja," ujar Helena. Kini, ia sudah memusatkan perhatian sepenuhnya kepada cowok itu. "Ada apa?"

Grey diam sebentar. Pandangannya menatap ke depan, pada lapangan berumput yang sudah kosong melompong. Otaknya sibuk merangkai kata-kata untuk menjelaskan keadaan yang tengah ia alami.

HELENA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang