4. Istana 🖤

8.9K 939 19
                                    

Lenuta tidak habis pikir dengan alur cerita Novel yang sedikit berbeda. Lenuta masih sangat ingat tidak ada pertemuan anatara Brigitta dengan Raja Lennon. Tidak mungkin kan perubahan itu terjadi hanya karena Lenuta keluar dari kamar? Ia hanya keluar selama 20 menit. Kalau begini akhirnya Lenuta tidak akan berpikir untuk keluar dari kamar.

Omong-omong Lenuta sudah kembali kedalam kamar bersama Livin dan sekarang Lenuta sedang duduk diatas kasur menatap tajam Livin.

"Hukuman apa yang didapat saat menolak perintah Raja? " Tanya Lenuta pada Livin.

"100 cambukan. "

Lenuta menghela nafas pelan. "Apakah tidak ada cara lain untuk menolak perintah Raja agar tidak mendapatkan hukuman? "

"Nona bisa meminta kemurahan hati Raja dengan mengirim surat jika anda sakit. "

"Apa kau yakin itu bisa? "

"Tentu hanya saja nanti akan datang seorang Tabib dari Istana untuk melihat kondisi anda. "

Ck! Itu sih sama aja nggak guna.

"Cara lain selain itu? "

"Emm.. Saya kurang tau. " Jawaban tidak memuaskan dari Livin membuat Lenuta berpikir keras untuk mencari cara lain.

Sudah 10 menit Lenuta berpikir tapi ia tidak menemukan satupun cara untuk menghindari panggilan Raja. Entah Lenuta merasa hari-harinya akan menjadi lebih berat.

Benar saja, esoknya Lenuta mau tidak mau harus mendatangi Istana Utama Kerajaan Everont. Dan disinilah Lenuta berdiri, didepan pintu besar tempat singgasana Raja berada.

Rasa tidak suka jika ia mengakui dirinya adalah Brigitta tapi mau bagaimana lagi, sekarang dirinya sudah berada di dalam tubuh Brigitta. Jadi mau tidak mau Lenuta harus membiasakan untuk memanggil dirinya "Brigitta" .

Brigitta menghembuskan nafas kasar bersamaan dengan pintu terbuka. Kakinya melangkah dengan anggun tidak lupa sorot tajam menatap lurus kedepan, memperlihatkan sosok angkuh yang 180 derajat berbeda dengan sifat asli Brigitta.

Brigitta menunduk hormat ala bangsawan yang sudah ia pelajari dari buku sebelum datang ke-Istana. "Salam untuk Pemimpin Kerajaan Everont, semoga senantiasa dalam kemenangan dan keadilan. "

Raja Lennon menatap Brigitta dengan senyuman hangat. "Bangkitlah. "

"Terima kasih atas kemurahan hati Baginda. " Ucap Brigitta lalu mengangkat kepalanya menatap Raja Lennon.

"Bagaimana kabarmu Brigitta? Aku dengar kau sedang sakit. "

"Saya baik-baik saja, Baginda. "

"Apa kau yakin? Apa perlu ku panggilkan tabib untuk memeriksa kondisi mu. "

"Tidak perlu. Maaf tapi bisa langsung saja Baginda mengatakan tujuan memanggil saya kesini? "

Raja Lennon tertawa, tawa yang membuat Brigitta kebingungan. Dimanakah letak lelucon diucapannya? Pikir Brigitta heran.

"Aku tidak percaya jika gadis dihadapanku yang dulu selalu bersikap malu kini bisa menatapku dengan sorot tajam. "

Weh ape nih! Jangan bilang nih Raja tau kalau gue bukan si Brigitta asli! Batin Brigitta sedikit panik.

Sekali lagi Raja Lennon menatap Brigitta dengan tatapan hangatnya. "Bagaimana pertunangan kalian? "

"Buruk. " Ucap Brigitta terus terang dan jujur ia lega mengetahui jika Raja Lennon tidak mengetahui siapa dirinya.

Masih dengan senyumannya Raja Lennon berucap. "Lalu apa yang akan kau lakukan untuk memperbaiki hubungan kalian? "

Sipp kesempatan gue buat mutusin tunangan sama si Pangeran Gay! Batin Brigitta senang.

Antagonist Pride! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang