32. Hey, Pretty

259 27 0
                                    

happy reading, babes
💋

###

Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan Aaron saat ini tengah berdiri di depan pintu megah sebuah rumah yang dulu sering menjadi tempat berkumpulnya Scorpion dan Logaskar saat Aaron masih menjabat sebagai ketua Scorpion.

Ringisan terdengar dari mulutnya saat jarinya tak sengaja menyentuh luka di tulang pipinya. Siapa lagi kalau bukan ulah tiga anggota Vegas selain dirinya.

Sialan emang.

Jarinya yang pada semula meraba-raba wajahnya, kini ia ulurkan untuk memencet tombol doorbell di hadapannya. Sesudah itu, ia kembali memegang wajahnya yang rasanya sakit semua, seolah tak bisa lepas. Tidak apa, ia suka menantang rasa sakit tersebut. Stubborn.

Kepalanya menoleh ke belakang, melihat taman yang sangat luas sekaligus melihat gerbang tinggi yang jaraknya jauh dari teras rumah saking luasnya. Gerbang tinggi itu dipanjat Aaron setelah ia membuat satpam rumah ini tak sadar diri. Senyuman miring terbit di bibirnya saat melihat betapa rapi mainnya. Kalau tidak begitu, mana bisa ia sampai di teras ini sekarang. 🤷🏻

Saat ia menoleh ke depan lagi, gagang pintu terlihat digerakkan dari dalam rumah. Aaron menarik napas untuk sesaat.

Napasnya baru terbuang saat pintu tersebut terbuka, memperlihatkan seorang gadis yang rambutnya dibuat high messy bun, bersweater putih, dan bercelana pendek. Gadis yang selama beberapa hari ini tidak ditemuinya.

Lilith yang sangat ia rindukan.

"Hey, pretty ...," Aaron menyapa lembut dengan suara seraknya.

Mata Lilith melebar, dipenuhi binar-binar saat melihat sosok Aaron sedang berdiri di depan rumahnya tanpa ia duga. Tanpa mengeluarkan satu kata pun, kaki Lilith segera berlari kepada Aaron dan melompat naik ke tubuh itu, menerjangnya dengan pelukan erat.

Aaron mendesah lega saat merasakan tubuh Lilith pada dirinya. Rasanya sungguh melegakan saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Lilith. Lelahnya, capeknya, gelisahnya ... semua itu terasa sirna saat dirinya dengan erat memeluk Lilith yang saat ini juga tengah memeluknya bak koala.

Pekikan tertahan Lilith yang masuk ke telinga Aaron, membuatnya tertawa pelan.

"Kangen ...." Lilith menghirup dalam wangi musk dari Aaron yang bercampur dengan bau rokok.

"Mhmm ... I missed you, too, sweetie." Aaron memasukkan kepalanya ke ceruk leher Lilith untuk melakukan hal yang sama seperti Lilith. Menghirup dalam-dalam aroma harum tubuh Lilith yang sangat memabukkan. Kecupan basah diberikannya pada leher Lilith untuk beberapa detik, membuat Lilith merengek untuk sesaat.

"D– don't leave a mark, please ...," Lilith berbisik lirih. Napasnya sedikit terputus-putus, mencoba menahan gejolak dalam tubuhnya saat merasakan lehernya dijamah oleh mulut Aaron.

Respon Aaron hanya berdehem tanpa niat sembari lanjut melancarkan kegiatannya.

Kewarasan Lilith seakan baru balik lagi setelah benda keras yang tumpul dipermukaan kulit lehernya sudah ikut berperan untuk beberapa saat. Saat itulah Lilith menjerit, "Okay, stop. You've had enough."

Shit, Aaron keenakan.

Lilith terlalu terbawa suasana dan tidak mengingat bahwa Aaron will always be Aaron. Ia dapat bertaruh, pasti sudah ada tanda samar di lehernya.

Burning HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang