Just Friend

239 26 8
                                    

"Jadi?" Tanya Theo saat berhasil mendudukkan dirinya di atas tempat tidurku.

Aku bergerak menuju lemari, hendak mengganti seragam yang ku kenakan dengan pakaian rumah tanpa memperdulikan tatapan Theo yang masih terus memperhatikanku.

"Jadi apa?" Tanyaku balik sambil beranjak ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

"Tentang Rayhan nes. Kamu kenal dimana sama dia?" Sesaaat aku seperti mendengar nada kesal dalam suara Theo.

"Kamu mau tahu aja atau mau tahu benget?" Godaku dari dalam kamar mandi.

"Vanes!" Teriak Theo kesal.

Aku terkekeh di dalam kamar mandi. Sahabatku ini, mudah sekali di buat kesal. "Aku juga serius Theo." Ujarku dengan suara yang sengaja ku buat-buat agar terdengar serius.

"Vanes! Kasih tahu nggak, kalau enggak..."

"Kalau enggak apa?" Potongku saat keluar dari kamar mandi.

"Lupain. " Theo terlihat kikuk. "Sekarang ceritain."

Aku menghelah nafas pendek, kemudian ikut mendudukan diri di kasur-sedikit menjaga jarak dari Theo sebenarnya, demi diriku sendiri. Setiap berdekatan dengan Theo, tubuhku seperti tersengat listrik.

"Kamu tahu Renata? Murid baru di kelasku?" Aku yakin Theo pasti tahu. Kedatangan Renata kan sudah membuat gempar mata laki-laki di sekolah. Dia kan cantik. Theo mengangguk. "Dia itu saudara kembarnya Renata."Jelasku pada Theo.

Theo mendengus. "Kalau itu sih aku juga tahu nes. Maksud aku, kenapa Rayhan sepertinya akrab banget sama kamu?"

"Dia kakaknya Renata. Setiap aku main atau nginap di rumahnya dulu, aku pasti ketemu Rayhan. Mungkin itu alasannya." Perasaan, aku sama Rayhan biasa-biasa saja tadi. Tapi kenapa Theo malah berpikir aku akrab dengan Rayhan?

"Kamu kok gak pernah cerita?"

Keningku berkerut menatap Theo. "Ngapain di ceritain yo, itukan jaman aku SMP. Kalau bukan karena ketemu lagi sama dia, mana mungkin aku ingat-ingat dia lagi."

"Kamu pernah ada masalah sama dia ya? Dari nada kamu, sepertinya kamu gak suka sama dia, nes?"

Aku menghelah nafas lagi, sepertinya aku sedang di introgasi sekarang. Ini bukan karena Theo cemburu, kan?

Aku tertawa hambar dalam hati karena pertanyaan konyolku itu. Mana mungkin Theo cemburu. Lagi pula siapa aku. Aku tidak lebih dari sahabatnya. Sadarkan dirimu Vanessa!

"Bukan sama Rayhan, tapi Renata."

"Renata?"

Aku mengangguk. "Iya, Renata. Dulu aku sama Renata teman dekat yo."

"Kenapa kamu gak pernah cerita ke aku, kalau dulu itu kamu punya teman yang namanya Renata?" Tanya Theo dengan alis bertaut.

"Aku gak mau ingat-ingat dia lagi yo. Setidaknya sampai tadi pagi, sebelum aku ngelihat dia lagi."

"Memang kamu pernah punya masalah apa sama Renata?"

Aku memandang Theo ragu. Ini bukan cerita yang bisa ku beberkan walaupun pada Theo. "Bisa tidak kalau kita sekarang gak ngebahas ini, yo?" Aku tidak mau Theo berubah jadi seperti Renata kalau dia tahu yang sebenarnya. Aku belum siap.

Aku sedikit bersyukur, setidaknya sampai saat ini Renata belum mengungkit masalah itu lagi. Dia tidak mungkin lupa. Cepat atau lambat, pasti dia akan mengolokku lagi. Bagaimana kalau itu justru yang membuat Theo menjauh? Ugh, semoga mulut wanita itu bisa terkunci untuk sementara waktu. Tapi sampai kapan?

You Belong With MeWhere stories live. Discover now