Who I Am?

282 29 3
                                    

Bertemankan cerutu yang ia selipkan di antara jari telunjuk dan jari tengahnya. Dan sebotol wiski, lengkap dengan gelasnya. Remang-remang cahaya lilin yang semakin meredup. Sengaja. Ia suka seperti ini. Sendiri di sebuah ruangan khusus miliknya, yang tak seorang pun bisa memasukinya. Duduk di kursi, dengan kaki menyilang, dan punggung lebarnya yang disandarkan pada kepala kursi. Meja bundar di hadapannya, botol wiski, dan sekotak cerutu. Mengingat dirinya yang telah menjalani hari yang cukup berat. Mengurus perusahaan warisan Ayahnya, sekaligus menyelesaikan skripsi akhirnya, yang harus selesai esok lusa.

Menghembuskan asap dari cerutu. Ia merasakan semua penatnya ikut terhembus keluar, dari mulutnya, bersama kepulan asap. Tenang, hening, sunyi. Tiga kata untuk ruangan yang sedang ditempatinya. Hanya dengan cahaya lilin di tengah meja, dan semakin redup, sumbunya yang terbakar semakin pendek. Hampir habis.

Sekali lagi. Ia menghisap cerutu, dan menghembuskan asapnya. Kemudian meniup lilin yang meleleh, hanya menyisakan sumbu yang hangus. Kini ruangan itu benar-benar gelap, bahkan dirinya sendiri sampai tidak terlihat karena pakaian yang berwarna gelap.

Terakhir. Ia menghisap, dan menghembuskan cerutunya, sebelum menekan ujung cerutu yang menyala ke atas meja, untuk mematikan baranya. Lalu memejamkan matanya, dan pergi ke alam bawah sadarnya.

Peristiwa 16 tahun lalu, kembali melintas di kepalanya. Peristiwa saat ia sehabis memburu dan memanen hasil hutan, bersama saudara laki-lakinya. Saat itu hari menjelang sore, udara semakin dingin, dan langit berwarna oranye keunguan.

Dan saat itu mereka menemukan sesuatu yang aneh di bawah pohon besar dan rindang. Dia dan saudara laki-lakinya memutuskan untuk melihat ada apa di sana. Lebih tepatnya, saudara laki-lakinya memaksa untuk melihat ada apa di sana. Tidak bisa menolak, akhirnya ia mau untuk mengikuti saudara laki-lakinya yang sudah lebih dulu berjalan.

"Build, biarkan saja.."

"Kak Nhutta! Ayo.. kalau itu manusia bagaimana?" Rengek saudaranya yang berusia 15 tahun. Dia menarik tangannya, agar mengikutinya ke arah yang dimaksud. "Build.. ini sudah hampir malam. Nanti nenek mencari kita. Lagipula siapa yang
akan memasuki hutan ini? Hanya kita yang tinggal di sini, Build." Anak laki-laki yang dipanggil Build itu, menggelengkan kepalanya. Dia memang keras kepala. Nhutta, hanya bisa menghela nafas kasar, mengikuti Build membawanya.

"Kakak! Dia manusia!" Pekik Build menunjuk ke arah di bawah pohon yang mereka hampiri. Anak laki-laki dengan jubah biru laut, tergeletak di tanah tak sadarkan diri, dengan keadaan telapak kakinya terluka, tanpa alas kaki. Wajah putih, dan tampannya dibasahi peluh, dan debu.

"Lalu?" Nhutta memutar bola matanya malas. Lalu Build lebih mendekat ke tempat anak laki-laki itu tergeletak. "Hish! Kakak memang tidak peduli dengan orang lain." Build menurunkan kepalanya, lebih dekat ke dada anak laki-laki di hadapannya. Kemudian menempelkan telinga kirinya pada dada kiri milik anak laki-laki yang tidak sadarkan diri. Mungkin, Build mencoba memeriksa detak jantungnya? Nhutta yang melihatnya tersentak dengan wajah merona, kesal. Bagaimana tidak? Saudaranya ini secara tidak langsung, seakan memeluk tubuh yang terkulai itu. Apalagi mereka tidak mengenal dari mana anak ini berasal, dan mengapa bisa masuk ke dalam hutan, yang tak semua orang tahu, dan hanya ditinggali oleh mereka?

"Build!" Build mengangkat kepalanya kembali, dan menatap wajah dengan hidung sedikit bengkok, rahang tegas, dan mata bulan sabit. Entah mengapa ada sesuatu yang aneh dari lubuk hatinya, ketika menatap wajah asing di hadapannya. Ia bahkan lupa, tujuan awal dirinya menghampiri anak itu.

'Siapa, ya?'

'Tampan.'

"Kakak tahu dia siapa? Sepertinya dia dikejar sesuatu, dan tersesat di hutan ini." Nhutta menautkan alisnya, heran. Mengapa saudaranya bertanya seperti itu? Padahal sudah jelas mereka tidak pernah lagi berbaur dengan para warga lainnya, selama 8 tahun terakhir. Bahkan saat masih tinggal di desa pun, Nhutta tidak pernah bergaul dengan anak-anak desa. Dan, apa yang membuat Build begitu memperhatikan orang ini, dan mengapa ia Ingin tahu siapa dia? Pernyataan dan pertanyaan yang terlintas di kepala Nhutta.

Prince of the Night [BibleBuild]Where stories live. Discover now