Unveiled 3

1 2 0
                                    

Desa Solandis, Adarlan

2001

*

Beberapa hari setelah berita kehamilan Sagira, tentu saja membuat William merasa sangat bahagia. Terlebih kehamilan sang istri sudah lama dinantikan oleh William sejak lama.

"Hei William, aku dengar istrimu hamil. Benarkah?" tanya salah seorang pekerja yang tiba - tiba menghampiri William yang sedang bekerja memecah batu tambang dengan palunya.

William langsung berhenti saat mendengar salah seorang pekerja yang menghampirinya. Ia pun menyeka keringatnya dengan handuk kecil yang tersangkut di lehernya.

"Iya, benar," jawab William sambil menyeka peluh keringatnya.

"Selamat! Aku tidak menyangka akhirnya keinginanmu tercapai juga. Doakan aku segera menyusul ya!" ujar pria itu lalu pergi meninggalkan William.

"Terima kasih," balasnya lalu kembali melakukan pekerjaannya lagi.

Matahari kian meninggi. Membuat banyak pekerja lain mulai menghentikan pekerjaannya dan beralih pada makanan yang telah disiapkan oleh tempat kerja mereka.

"Hei William, mau makan siang tidak? Aku sudah lapar," pekik Nico sembari berjalan ke arah pria itu.

William mengedarkan pandangannya, dan hanya tersisa beberapa dari mereka yang teteap bekerja. Tangannya pun akhirnya melepas pegangan pada palu yang ia gunakan.

"Ayo kita makan," ujar William lalu berbalik dan berjalan menghampiri Nico.

Akhirnya kedua pria itu memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum akhirnya melanjutkan pekerjaan mereka. Mereka pergi menuju tempat yang memang digunakan untuk membagikan makan siang mereka.

Sesampainya di tempat itu, beberapa kursi telah di tempati. Suasananya bahkan sangat ramai, karena pekerja di tambang itu terdiri dari ratusan atau bahkan hingga ribuan orang.

Nico dan William langsung mengambil makanan mereka dari salah seorang pekerja yang bertugas untuk memasak untuk para pekerja tambang.

"Apa menu makan siang hari ini?" tanya kepada wanita paruh baya yang sibuk menyiapkan beberapa porsi makanan sekaligus.

Wanita itu kemudian terdiam dan menatap Nico.

"Roti gandum seperti biasa. Jangan mengambil ganda, karena semuanya telah dihitung sesuai porsi jumlah karyawan," ujar sang wanita itu lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

William langsung mengambil 1 porsi roti gandum yang telah disiapkan lalu mengambil air mineral, begitu pula dengan Nico yang turut mengikutinya.

Setelah mendapatkan makanan mereka, mereka pun mencari tempat duduk kosong. Untunglah salah satu kursi yang terletak diujung tidak diisi oleh siapapun.

"Duduk di sana saja," ajak William lalu berjalan mengarah ke tempat itu dan bersama Nico mereka akhirnya duduk di sana.

William meletakkan piring miliknya dan mengambil posisi ternyamannya. Ia langsung menyantap roti gandum dan telur miliknya dengan lahap.

"Astaga wanita tua yang memasak tadi sangat tidak enak dilihat sekali. Dia bahkan begitu jutek. Padahal aku hanya bertanya dan berusaha mencairkan suasana, tapi dia begoitu dingin," ujar Nico lalu memulai makan siangnya.

"Mungkin saja dia sedang lelah. Bagaimana jika ternyata yang bertanya tidak hanya kau saja? Mungkin kau akan merasa kesal jika terus diberi pertanyaan sama meski dari orang yang berbeda," jawab William sembari menyantap makan siangnya.

Nico menghentikan makannya dan menatap WIlliam.

"Istrimu benar - benar hamil? Aku bahkan sangat terkejut mendengar beritanya," ujar Nico.

UNVEILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang