Seorang anak kecil sibuk dengan setumpuk buku dengan sampul cokelat yang telah ia baca sejak 3 jam yang lalu. Anak itu terus berkutat seolah dunia hanya ada dirinya beserta buku yang telah ia baca. Hanya dalam waktu 3 jam, Gerhard menghabiskan waktunya dengan membaca 9 buku.
Dan sekarang anak itu meletakkan buku ke 10 yang telah ia baca ke atas tumpukan 9 bukunya, "Hah sudah habis lagi. Kenapa aku tak pernah merasa puas dengan segala informasi dan cerita tentang Lacoste beserta makhluk asing seperti bangsa elf dan juga vampire?" gumamnya.
Matanya kembali mengedarkankan pandangannya, mencari buku yang akan ia baca. Tempat ini mungkin lebih mirip dibilang sebagai perpustakaan, terlebih buku - buku disana terhitung sangat banyak dan menyimpan ratusan bahkan ribuan buku tentang sejarah Lacoste yang dibuang oleh orang - orang seolah tak ingin mengingat tentang bangsa makhluk fantasi lagi selain manusia.
Gerhard pertama kali mengetahui tempat ini melalui kenalan Sagira. Saat itu Sagira bertemu dengan rekannya dan Gerhard melihat sebuah gudang yang berisikan buku tua. Karena kesukaan Gerhard yang gemar membaca buku sejak usianya 5 tahun, akhirnya sang pemilik rumah mengizinkan Gerhard untuk membaca buku - buku tua itu yang ada di gudang belakang rumahnya.
Dalam 1 minggu, Gerhard bisa datang 2 sampai 3 kali. Karena sering datang, Melior -- sang pemilik rumah dan gudang buku itu, memberikan kunci gudangnya kepada Gerhard. Tak hanya membaca buku, Gerhard juga kerap merapikan buku itu dan menyusunya sesuai abjad. Bahkan Gerhard tahu mana saja buku yang ia baca dan hafal setiap posisi buku yang telah selesai ia baca.
Setelah membaca 10 buku, Gerhard pun menyusun buku - buku yang telah ia baca ke rak dan menyusunnya berdasarkan abjad. Setelahnya, Gerhard mengambil buku baru untuk ia baca.
Mata Gerhard memicing saat ia menyadari sebuah rak yang jauh lebih usang dan bahkan keropos. Di dalam rak itu hanya berisikan 3 buku yang juga sama usangnya seperti rak buku. Kaki kecil Gerhard melangkah mendekati rak buku lalu mengeluarkan ketiga buku itu.
"Noblesse?" gumam Gerhard saat membaca judul ketiga buku yang memiliki tulisan yang sama.
Gerhard berpikir sejenak, berusaha mengingat kata yang baru saja ia baca namun nyatanya ia baru membacanya kali ini.
"Bangsa baru? Atau aku baru membacanya?" gumam Gerhard karena seingatnya, di tempat negeri ia tinggali sekarang hanya ada bangsa vampir dan elf.
Gerhard kembali ke posisi duduknya lalu mulai membaca buku pertama. Gerhard sendiri sempat membalik buku itu beberapa kali karena buku itu tak terlihat mana yang lebih dulu harus dibaca dan mana yang tidak.
"Apa bedanya dari ketiga buku ini?" gumam Gerhard.
Karena bingung, alhasil Gerhard memilih buku Noblesse secara acak. Saat membukanya, Gerhard membulatkan matanya menyadari jika buku Noblesse yang ia buka itu kosong dan tak ada tulisan apapun.
"Apa - apaan ini?" gumam Gerhard.
Gerhard membuka setiap halaman buku dan benar saja, hanya ada lembar kosong di sana. Gerhard pun meletakkan buku yang ia pegang, mengambil buku Noblesse yang lain dan sama saja, kedua buku Noblesse yang lain pun sama - sama kosong.
"Ini buku diary atau apa?" gumam Gerhard lagi.
Mata Gerhard pun menangkap sebuah pena yang ada di atas meja, lalu kaki kecilnya melangkah ke meja itu dan membuka buku yang ia pegang di atas meja. Satu tangannya mengarahkan pena yang ia pegang. Tangan Gerhard menarik sebuah garis lurus seolah ingin menjajal apakah buku itu bisa ia gunakan untuk buku hariannya atau tidak.
Sreeng !
Tiba - tiba goresan garis dari pena yang dibuat oleh Gerhard menghilang. Sontak, Gerhard membulatkan matanya karena tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNVEIL
Fantasy[ Lacoste Universe Series #1 ] Sudah 600 tahun berlalu sejak kepergian bangsa Elf dan bangsa Vampire dari Negeri Lacoste. Kepergian kedua bangsa dengan kekuatan sihir luar biasa itu selalu menyimpan tanda tanya, mengapa dan apa alasan mereka pergi d...