Disclaimer yang harusnya udah gak perlu hehe: f-i-k-s-i. Fiksi!
Enjoy <3
***
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Kathrina sekali lagi mematut diri pada cermin besar di hadapannya, menilik keseluruhan penampilannya. Ia poleskan sentuhan terakhir pada bibir hingga warna merah cerah terlukis, kontras dengan kulit wajahnya yang putih. Atasan cropped yang nantinya akan ditutupi dengan outer membingkai sempurna di atas abs ratanya. Celana high-waist menunjukkan keindahan kaki jenjangnya.
Sempurna.
Subuh ini—berhubung masih pukul tiga pagi—Kathrina bersiap untuk jadwal photoshoot-nya pada pukul empat nanti. Setting foto nanti adalah indoor, jadi tidak perlu khawatir akan ketiadaan cahaya matahari.
Mereka sering mengadakan pengambilan gambar di waktu tidak normal seperti ini—orang lain saat ini mungkin sedang sahur, Bo!—karena waktu yang match antara para model dan kru agensi biasanya hanya pada jam-jam ini. Pada jam kerja normal, para model biasanya melakoni pekerjaan dengan pihak eksternal, biasanya foto katalog brand atau runway jika sedang ada event, sehingga proyek internal untuk agensi dilakukan setelahnya karena memang waktunya lebih fleksibel.
Jam kerja mereka sebagai model memang sangat tidak beraturan. Tak heran banyak model yang mengalami gangguan tidur. Gangguan nomor satunya tentu saja gangguan pencernaan. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pola makan mereka amburadul wasweswos demi mendapat bodi "ideal" berdasarkan standar industri.
Gita yang baru saja selesai berkumpul dengan teman-teman dari agensi lamanya di sebuah pub—yang untungnya tak jauh dari apartemen Kathrina—hendak mengantar Kathrina ke lokasi foto. Sambil menunggu, Kathrina kembali menatap layar ponselnya untuk mempelajari kembali beberapa detail yang diminta klien, agar nanti ia dapat menyalurkan pesan yang ingin disampaikan lewat pose dirinya dalam jepretan kamera.
I'm only one call away~
Mendengar nada dering khusus yang ia pasang untuk Gita terlantun, Kathrina segera menyampir tas di bahu dan berjalan menuju pintu kamar. Kathrina segera mengusap layar ponsel menjawab panggilan itu. "Iya, Kak, aku turun—"
"Kath, bisa minta tolong bawain air mineral satu?"
"Oke." Meskipun sedikit bingung karena biasanya Gita selalu menyetok sedus air mineral di dalam mobil, Kathrina tetap mengambil sebotol dari ruang tengah. Tak mau banyak bertanya karena jadwal photoshoot-nya akan dimulai sekitar 45 menit lagi. Tak jauh memang jarak lokasinya, tetapi ia harus memastikan dirinya tidak terlambat. Ia harus menjaga profesionalitasnya.