Part 19

11.2K 556 26
                                    

***

Daven tentu saja sangat tidak suka melihat cara Nando memperhatikan Lovely, Nando sepertinya begitu sangat memahami Lovely jauh dibandingkan dengan Daven yang selama ini tak tahu apa-apa mengenai sang istri. Padahal sejak Lovely kecil Daven selalu ada disampingnya, tapi meskipun begitu sampai saat ini pria itu selalu merasa begitu jauh dengan istri sekaligus keponakannya itu.

"Sudah selesai? Bisa kita pulang sekarang?" Tanya Daven yang tiba-tiba saja datang membuat Lovely dan Nando begitu terkejut.

"Wah-wah-wah... Kemana aja dari tadi? Bukannya nemenin istrinya makan, ini datang-datang malah mau ajak pulang." Sindir Nando pada Daven yang tampak begitu dingin dan menatap Lovely dengan tatapan tajam.

"Om ajak Loly pulang karena ini sudah siang dan waktunya dia untuk istirahat. Kamu, bukannya kamu sibuk? Restoran kamu sangat ramai, harusnya kamu membantu para pegawai kamu, bukannya malah menemani Loly disini." Ujar Daven membuat Nando tersenyum geli.

"Inikan restoran aku, kok malah om yang ngatur-ngatur aku? Suka-suka aku dong mau ngapain aja, lagian aku kasihan sama Loly, dia sendirian nangis-nangis, masak aku diem aja lihat dia sedih. Dia juga mantan pegawai aku om, jadi aku harus memperlakukan dia dengan baik. Apalagi dia juga termasuk keluarga aku kan? Emangnya salah?" Daven terdiam telak mendengar penuturan Nando, apalagi setelah mendengar istrinya menangis, ya Tuhan, suami macam apa dia ini.

Melihat suasana semakin panas, dan Lovely merasa tidak nyaman, akhirnya iapun memilih untuk pergi saja, lagipula ia sudah cukup kenyang setelah makan masakannya Chef Jonas.

"Kak, kayaknya aku udah kenyang deh, nggak masalah kok walau aku nggak bungkus sekarang, nanti kakak bisa kirim makanannya ke rumah." Tutur Lovely pada Nando.

"Kamu serius?"

"Iya kak." Angguk Lovely dengan wajah lelahnya. Lelah menghadapi sikap Daven.

"Ya udah kalau itu mau kamu, nanti aku kirim makanannya, biar aku bilang sama chef Jonas nanti."

"Makasih kak, kalau gitu aku pulang dulu." Setelah mengatakan hal itu, Lovely pun tiba-tiba pergi begitu saja tanpa mengajak Daven yang masih berdiri mematung.

"Kenapa masih berdiri disini? Kejar tuh istri om! Emang mau aku yang kejar? Aku rebut baru tau rasa nanti." Ucap Nando dengan penuh ancaman.

"Kamu! Awas kamu!" Daven menunjuk-nunjuk Nando dengan tatapan membunuhnya, sedangkan Nando hanya tersenyum geli melihatnya. Nando tak habis pikir dengan kelakuan pamannya itu, sudah berumur tapi sifatnya masih seperti anak kecil, sungguh kekanak-kanakan kalau sedang cemburu.

***

Daven mengejar Lovely, ia membuka kunci mobil menggunakan remot kontrol dari kejauhan supaya istrinya itu bisa masuk ke dalam mobil. Setelah masuk ke dalam mobil, Lovely tampak lelah dan pucat, ia lalu bersandar pada jok mobil dengan mata terpejam.

Daven yang melihat istrinya mengabaikan dirinya seperti ini tentu saja merasa kesal dan marah. Lovely seolah menganggapnya tidak ada, tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya untuk Daven.

"Apa maksud kamu bersikap seperti ini? Kamu mau membuat saya gila karena mengkhawatirkan kamu yang main pergi seenaknya? Lalu sekarang kamu tidak mau bicara sama sekali dan menganggap saya tidak pernah ada, kam-"

"Aku cuma mau ketenangan, tolong jangan cecar aku sekarang. Aku capek, aku lelah." Sahut Lovely dengan suara lemah.

Melihat itu Daven jadi tak tega, ini semua salahnya tapi kenapa sekarang ia malah yang menyalahkan Lovely karena emosi akibat cemburu buta.

UNCLE DAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang