Part 22

19.6K 618 65
                                    

***

Kesehatan Lovely berangsur membaik setelah Daven memutuskan untuk absen dari kantor dan merawat istrinya itu selama beberapa hari. Meskipun sikap Lovely masih ketus dan sedikit tak bersahabat namun Daven masih tetap berusaha untuk mengambil hati istrinya itu. Terkadang pria itu merenung, merenungkan sikapnya dulu yang memang selalu ketus bahkan sering marah-marah kepada Lovely dan sekarang keadaannya malah menjadi terbalik.

Sekarang Daven lah yang harus bersikap lembut pada istrinya itu, menjaga sikap dan perilakunya untuk meluluhkan hati Lovely yang masih beku akibat ulahnya sendiri.

"Eunghhh..." Lovely merasa berat dalam tidurnya, ia seperti sedang dipeluk oleh beruang yang besar dan membuatnya sulit untuk bernafas. Wanita itu lantas menoleh kesamping dengan kondisi setengah sadar, dan setelah melihat wajah Daven berada sangat dekat dengan wajahnya, iapun langsung terkejut bukan main. "Ngapain sih kamu tidur disini? Punya kamar sendiri ngapain ikutan tidur disini coba?" Lovely tiba-tiba menyingkirkan wajah Daven dan mendorong tubuh besar suaminya itu, tapi rasanya sangat berat sekali karena tenaganya memang kalah besar dengan tenaga Daven.

"Kenapa sayang? Ini sudah malam, besok saja ya, saya lelah sekali." Bujuk Daven dengan nada seraknya. Semenjak ia kecanduan tidur memeluk Lovely, sekarang Daven jadi tidak bisa tidur jika tidak memeluk istrinya itu.

"Uhhh... Tapi aku nggak suka kamu peluk-peluk begini... Aku nggak bisa gerak." Keluh Lovely membuat Daven mengucek-ucek matanya dan segera bangkit dari tidurnya.

"Tapi saya mau tidur disini, saya tidak bisa tidur jika tidak memeluk kamu." Aku Daven membuat Lovely memicingkan matanya, sejak kapan Daven suka blak-blakan seperti ini? Oh iya, sejak pria itu mulai tergila-gila padanya katanya.

"Oh ya? Dulu kamu bisa tidur tanpa aku."

"Itu dulu sayang, sekarang tidak lagi. Ayolah... Saya sangat mengantuk." Pinta Daven dengan tatapan memelas, melihat Daven tampak lelah, Lovely jadi tak tega, beberapa hari ini suaminya itu begitu giat merawatnya bahkan menurut Lovely Daven sudah bertingkah seperti pelayan saja. Padahal dulu saja pria itu enggan untuk melayani, maunya dilayani terus, tapi sekarang pria itu bahkan lebih terlihat seperti budak cinta.

"Ya udah, tapi jangan peluk-peluk."

"Peluk sedikit saja."

"Enggak!"

"Peluk tangan saja, ayolah..."

"Aku risih."

"Loly..."

Tatapan mereka berdua bertemu, Daven menatap Lovely dengan teduh tak lagi tajam seperti yang dulu-dulu, kali ini tatapan penuh permohonan membuat Lovely akhirnya tak mampu lagi menahan egonya.

"Ya udah terserah." Wajah Daven yang begitu tampan dan memikat selalu membuat Lovely tak bisa berkutik, padahal ia sudah berusaha untuk tidak terkecoh oleh pria bule bertubuh besar itu, namun nyatanya, Lovely tetap kalah. Biarlah kali ini ia membiarkan ayah anaknya itu dekat padanya, toh Sonya bilang jika ia tetap harus melanjutkan misinya untuk membuat Daven bucin sebucin-bucinnya.

"Terimakasih banyak sayangku." Daven merasa begitu lega, dan iapun kembali membaringkan tubuhnya disamping Lovely lalu merangkul perut istrinya itu dengan penuh sayang.

"Jangan kenceng-kenceng! Ada anak kamu nih!" Ujar Lovely tetap dengan nada ketuanya.

"Iya sayang maaf, maafkan Daddy sayang maaf." Ungkap Daven sembari mengusap-usap perut Lovely lalu kembali melanjutkan tidurnya. Jika dulu pria itu begitu sulit untuk mengatakan maaf, tapi sekarang entah kenapa Daven malah begitu gampang mengucapkannya. Itu karena ia tak ingin membuat Lovely marah dan lebih memilih untuk mengalah demi sang istri. Daven tak mau jika Lovely sampai memilih untuk pergi setelah melahirkan anaknya, tidak boleh dan tidak akan pernah Daven biarkan hal itu sampai terjadi, oleh sebab itu kenapa sekarang ia akan melakukan segala hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya untuk membuat istrinya itu luluh kembali.

UNCLE DAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang