✞༒ Ðâℜřҟᤂ໔ ༒✞
☬
.Sudah dua minggu semenjak kejadian itu. Dimana ia memasuki rumah tua yang sangat menyeramkan.
Anehnya mereka juga tidak pernah masuk lagi. Benar, Arin dan teman-temannya seperti menghilang.
Kabarnya orang tua mereka juga tengah kebingungan atas kehilangan anak-anaknya. Mereka yang dari golongan atas mengancam akan menuntut sekolah jika terjadi sesuatu pada anak-anak mereka bahkan lebih parahnya akan membeberkan berita ini ke media masa.
Akan tetapi Pak Baron selaku pemilik yayasan sekolah tidak tinggal diam. Pasti ia sudah menyuap para orang tua agar mau menunggu lebih lama lagi. Selama ia masih berkuasa di sini, tidak ada siapapun yang berani mengusik ketenangannya khususnya bagi anak angkatnya.
Entah mengapa dalam hatinya, Anna merasa senang karena ia tidak diganggu lagi. Namun jika dipikir-pikir itu jahat sekali mengingat mungkin dialah penyebab mereka tidak pulang. Ia memainkan penanya dan menatap ke luar jendela kelas.
'Kira-kira apa yang terjadi pada mereka di rumah itu?'
Kalau dipikir-pikir, memang tidak usah dipikirkan.
Hari ini Anna ingin tidur di rumahnya yang asli. Iya, rumah peninggalan orang tuanya. Ini sudah menjadi aktivitas rutinnya selama paling sering seminggu sekali ia akan menginap di sana.
.
.
Dunia silih berganti ketika malam mengambil alih.
Suara berisik mengganggu ketenangan Alejandro dalam tidurnya. Ia membuka matanya seiring dengan bunyi hentakan penutup peti yang terbuka. Alejandro mengeluarkan kakinya dari dalam sana dan melangkah keluar. Ia mendengus kasar kala aktivitas tidurnya terganggu.
"Igor!" panggilnya dengan nada tinggi. "Ada apa ribut-ribut dan mengganggu ketentramanku di sini!"
Igor berjalan ke arah tuannya kikuk, ia tampak gelisah dan ketakutan.
"M-Mereka tuan," Igor terbata-bata sambil menggiti jarinya yang pucat.
"Hah, mereka siapa?"
Sebuah langkah kaki muncul dibalik kegelapan. "Wah-wah, akhirnya kami bisa melihatmu lagi ya anak nakal." ucap seseorang yang Alejandro kenal.
Alejandro menegang, "Victoria?"
"Jangan lupakan aku hehehe." Sebuah suara muncul kembali. Ia menampilkan seringai menyebalkannya.
"Linus? Mengapa kalian kemari?" tanya Alejandro sedikit membungkukkan badannya waspada.
"Tentu saja membawamu bodoh!" jawab Linus dengan kesal dan ingin rasanya mencabik-cabik Alejandro.
Victoria menahan Linus yang mempunyai kebiasaan grusak grusuk.
"Tuan Lestat memberi perintah padaku dan Linus untuk membawamu pulang ke kastil. Dia bilang merindukanmu dan akan mengadakan acara penyambutan untukmu." jelas Victoria dengan wajah datarnya.
Bukannya merasa cemas akan hal itu, Alejandro justru tertawa terbahak-bahak seakan mengejek.
Victoria menghela napas pelan. "Sudah kuduga ini tidak akan berjalan lancar." gumamnya.
"Ucapan macam apa itu, bajingan itu? Merindukanku? Jangan bercanda!!" teriaknya di akhir kalimat dengan mata yang menyorot tajam.
Linus yang terpancing melayangkan pukulan ke wajah Alejandro. Namun tidak kena karena pria itu meloncat ke atas pinggiran balkon dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Vampire
FantasyArthanna bukan siapa-siapa, hanya gadis yatim piatu yang tidak memiliki semangat hidup. Suatu hari ia malah ketiban sial karena tidak sengaja bertemu dengan vampir gila bernama Alejandro dalam perjalanan pulangnya dari sekolah. Alejandro mengancam A...