CH 4. Rumah Tua (2)

193 73 20
                                    





***Saya mau ngeluarin koleksi foto-foto saya dari pinterest!






°°°





Anna berdiri di sebuah pagar tua yang sangat besar. Di sekelilingnya dikelilingi oleh tanaman dan ilalang yang melilitnya. Tangannya di seret oleh perempuan-perempuan licik itu.

"Apa yang kau lakukan disini? Lepaskan aku Arin!" pekik Anna seraya ia melihat temannya melepaskan kawat yang mengunci pagar tersebut menggunakan tang.

GRIEEEETTT

Pagar itupun dibuka menimbulkan suara besi yang bergesekan tanda bahwa sudah lama tidak ada siapapun yang membukanya.

Seketika angin berhembus, aura yang menyeramkan seperti memperingatkan kehadiran mereka. Kedua tangan Anna dipengangi erat oleh Arin dan Miya.

"Masuk!"

"Hah, kenapa gak kamu aja?!" balas Anna membuat Arin geram. "Bilang aja kamu cemburu dan haus perhatian karena aku dekat dengan Felix kan?" ledek Anna berusaha melawan.

Arin langsung menjambak rambut Anna dan menatap tajam. "Oh si cupu ini udah berani melawan ya?"

"IYA GUE CEMBURU KARENA FELIX LEBIH DEKET SAMA LO! DAN BENER GUE SELALU HAUS PERHATIAN FELIX SAMPAI RASANYA GUE MAU CEKIK LO SAKING KESELNYA KENAPA?!

"Awhh, sakit Arin lepaskan." Anna memengangi rambutnya yang ditarik dengan paksa.

"Ututu sakit ya, makanya nurut kalau dibilangin anak cantik."

Arin menghempaskan jambakannya dengan kasar sampai gadis itu tersungkur ke tanah. Anna merasa sangat direndahkan, ia sangat lelah dengan pembulian yang dialaminya.

"Kenapa kau menyuruhku masuk ke dalam?" tanya Anna dengan nada pelan.

Arin melipat kedua tangannya di dada sambil menatap rendah gadis itu. "Yah, desas-desus berkata kalau di dalam ada semacam harta karun atau peninggalan yang berharga dan kau.." Ia menunjuk ke arah Anna. "Tugasmu adalah mencarinya dan membawanya padaku."

Seketika Anna melotot, "Apa! Aku tidak mau. Aku ingin pulang saja." Ia bangkit, dan berjalan hendak meninggalkan perempuan sinting itu.

"KAU YAKIN?" teriak Arin menghentikan langkah Anna.

"Jika kau mau melakukannya, maka kami tidak akan lagi mengganggumu. Dan, kau bisa masuk dalam lingkaran pertemanan kami. Menarik bukan?"

Anna meremas tangannya, ia bingung harus bagaimana. Di satu sisi ia ingin pulang saja namun penawaran perempuan itu memberatkan hatinya.

Ia memekik dalam batinnya. Tidak apa-apa masuk ke sana. Toh cuma sebentar, setelah itu hidupnya akan tenang di sekolah. Kakinya berbalik dan kembali menghadap Arin.

"Berubah pemikiran?" tanya Arin dengan menyeringai.

"Jika aku masuk, kau akan berhenti menggangguku?"

"Tentu, tapi itu tergantung dari keberhasilanmu."

"Baiklah, aku mau. Tapi kau janji ya."

"Iya dasar cerewet kau. Cepet masuk, jangan keluar sampai dapat barangnya!"

Deal With The VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang