5: Terima Kasih, Adion

170 34 3
                                    

Pada nyatanya hidup berjalan tak semulus yang diinginkan. Seperti Audrey yang saat ini sedang mengunci dirinya di kamar dengan keadaan emosi luar biasa. Padahal niatnya ia ingin bersantai ria menonton televisi di ruang tamu, tetapi kedatangan saudara tirinya itu mengurungkan niatnya.

Huh, saudara tiri? Bahkan Audrey malas menerima fakta bahwa ia memiliki saudara tiri. 3 tahun yang lalu, ayahnya menikah kembali dengan wanita lain bernama Sarah, Ibunda dari Sekala dan Kaluna. Audrey berdecak sedih mengingat perceraian orang tua kandungnya saat ia berumur 13  tahun, tangannya kini menutup seluruh wajahnya frustasi.

Chandra Pradipto, ia muak dengan nama itu.

Dia rindu dengan Ibu kandungnya, jika diberi pilihan, ia lebih memilih untuk tinggal bersama sang Ibu dibanding lelaki dewasa berstatus ayahnya itu.

Kini, Chandra dan Sarah sedang berada di rumah, tak seperti biasanya. Mungkin karena kedatangan Sekala dan Kaluna, mereka memilih menetap di rumah besar milik Pradipto untuk menyambut kedatangan kedua anak kesayangan mereka yang baru saja tiba setelah 3 tahun tinggal di Jepang.

Tok tok

Audrey tersadar dari lamunannya, kakinya ia langkahkan dengan malas untuk membuka pintu kamarnya. Objek yang pertama kali ia lihat saat membuka pintu adalah Kaluna dengan wajah datarnya. Sontak, Audrey turut mendatarkan wajah cantiknya.

"Disuruh makan sama mamah."

"Mamah lo?"

Kaluna semakin menatap tajam saudara tirinya itu, ia menghembuskan nafasnya kesal.

"Kenapa masih gak terima sama takdir?"

Audrey tertawa sinis, matanya ia fokuskan pada bingkai album sang Ibu yang tersenyum bahagia saat itu, sebelum semuanya kacau seperti sekarang.

"Lo bayangin aja, hidup lo yang tadinya bahagia bareng keluarga tercinta, terus tiba-tiba ada penghancur datang gak tau malu."

Kaluna menarik kerah baju Audrey, kini matanya terlihat jelas bahwa ia sedang marah besar dengan ucapan gadis itu. Tak peduli jika gadis di hadapannya saat ini lebih tua darinya, memang terkadang mulut kurang ajarnya harus diberi pelajaran.

"Ayah sama mamah gue nikah waktu kedua orang tua lo udah cerai dan mamah gue gak seperti yang lo bayangkan, Audrey."

"Benarkah?" Audrey menghentak kasar tangan Kaluna dari kerah bajunya, sedikit merapihkan pakaiannya, lalu berucap dengan kesal, "Ayah gue nikah sama mamah lo tiga bulan setelah kedua orang tua gue cerai, gak masuk akal kalau mereka gak selingkuh dari awal."

"Bangsat!"

Kaluna menjambak rambut Audrey penuh emosi, ia keraskan tarikan itu saat mendengar rintihan yang keluar dari celah bibir Audrey. Hatinya tidak terima jika kakak tirinya itu menjelekkan ibunya.

"Mending lo ceramahin ayah lo, brengsek banget maksa Ibu gue buat nikah setelah cerai sama istri sebelumnya."

Manik Audrey memanas, bukan karena tarikan kuat pada rambutnya, tetapi hatinya yang justru sakit seperti disayat pisau. Ingin rasanya ia berteriak jika Tuhan tidak adil.

"Udah cukup, Kaluna!" Sekala melepaskan tangan Kaluna dari surai coklat milik Audrey. Entah sejak kapan laki-laki itu berada di depan kamarnya, tetapi sepertinya Audrey sedikit berterima kasih pada Sekala karena jambakan itu terlepas dari rambutnya.

Kaluna tak menjawab lagi, ia memilih untuk turun menghampiri sang Ibu yang sedang menyiapkan makan malam. Sekala sempat menundukkan kepalanya, ia mendongak kembali dengan senyuman tipis miliknya.

"Turun ke bawah, makan malam sama ayah ibu," ucap Sekala dengan hati-hati, ia tidak mau nada suaranya terdengar memaksa gadis itu.

"Kenapa lo harus peduli banget sama gue? Gak usah peduli, sana kalian makan berempat aja," ujar Audrey, tangannya hendak menutup pintu kayu itu, tetapi Sekala lebih dahulu menahan pergerakan gadis itu.

BAD VIBES (ON GOING)Where stories live. Discover now