5

444 32 0
                                    

Sudah sekitar 1 jam para Elemental menunggu disana, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam 'Mengapa dokter belum keluar juga?' 'Apa separah itu lukanya?' 'Apa Thorn belum sadar?' Banyak sekali pikiran seperti itu pada kepala para Elemental tentu saja mereka khawatir.

Lalu terdengar suara pintu yang terbuka, para Elemental yang awalnya sibuk dengan pikiran masing masing menoleh ke sumber suara. Terdapat seorang dokter yang keluar dari ruangan itu, para Elemental sigap berdiri dan berjalan menuju kearah sang dokter.

"P-permisi kami dari keluarga pasien bernama Thorn, apa Thorn baik baik saja?" tanya Gempa kepada sang dokter. Dokter disana yang masih membersihkan pakaiannya lalu menatap ke arah pemilik suara tersebut, dokter melihat manik mata bewarna emas itu.

"Pasien Thorn telah sadar, meski begitu ia masih perlu istirahat yang banyak agar keadaan tubuhnya lebih stabil lagi" jawab sang dokter. Para Elemental yang mendengar jawaban dari sang dokter bernafas lega, akhirnya orang yang mereka tunggu telah sadar.

"Tapi sebelum kalian menjenguknya bisakah saya bertanya satu hal?" tanya sang dokter. Para Elemental menatap satu sama lain bingung lalu menganggukkan kepala mereka secara serentak.

Dokter yang melihat hal tersebut tersenyum. "Apa sudah sering pasien Thorn ketika pulang sendiri mendapatkan luka seperti itu? " tanya dokter. Para elemental bingung dan terkejut dengan pertanyaan dari sang dokter.

"Ini hanya lah sebuah pemikiran saya bahwa pasien Thorn telah dipukuli secara fisik selama berkali kali" jelas sang dokter. Para Elemental lebih terkejut lagi, jadi maksudnya Thorn di bully?

"Bajingan macam apa yang berani pada Thorn.." kata Solar dengan mengepalkan tangannya. Ice yang melihat hal itu memegang pundak Ice dan berkata pelan di telinga Solar. "Tenangkan diri, apa kau sudah lupa?" mendengar perkataan dari Ice itu Solar pun menghela nafas berat dan kembali tenang.

"Bagian mana saja yang terdapat luka pada tubuhnya dok?" tanya Gempa, dapat terdengar dari suaranya yang tengah bertanya kepada sang dokter bahwa Gempa sekarang sangat lah khawatir.

"Lengan, siku, paha, perut, leher bagian belakang, punggung" jelas dokter. Para Elemental yang mendapatkan jawaban itu sangat terkejut, Thorn mendapatkan luka kekerasan sebanyak itu dan mereka tidak menyadarinya.

"Saya sudah memberikan obat oles kepada luka pasien, luka pukulan yang diterima pasien sudah menjadi memar jadi saya rasa luka itu sudah ada dari 3 hari yang lalu" jelas dokter lagi. Para Elemental mempunyai ekspresi masing masing setelah mendengar penjelasan dari sang dokter, Halilintar yang memalingkan pandangannya, Taufan yang menaruh kedua tangannya didepan badannya dengan gelisah, Gempa yang menundukkan kepalanya, Ice yang terdiam, Solar yang menggertakkan giginya dengan tangan yang ia kepal, sedangkan Blaze? ia sedang tidak ada disana.

"Maaf jika kalian baru mendengar berita ini tapi saya harap anda lebih perhatian kepada pasien Thorn. Tidak hanya kepada pasien tapi perhatian satu sama lain." ucap sang dokter. "Kalian bisa menjenguknya sekarang, saya permisi" kata dokter lalu meninggalkan mereka disana.

"Aku pasti akan membunuh keparat sialan itu, ia tak akan lolos dariku" ucap solar dengan mengangkat tangannya yang ia kepalkan. Gempa tersadar dari lamunannya karna mendengar perkataan yang menurutnya kurang baik dari mulut Solar, Gempa berjalan kearah Solar lalu memukul kepala Solar.

Solar memegang kepalanya ditempat dimana kepalanya terkena pukulan dari Gempa. "Jaga omongan mu itu, jika aku mendengar kau berkata seperti itu lagi kau akan menerima hukuman apa kau paham?" kata Gempa berikan peringatan kepada Solar dengan jari telunjuknya yang mengarah kepada Solar.

"E-ekhem bagaimana jika kita masuk terlebih dahulu melihat keadaan Thorn disana" Taufan membuka suara, Elemental yang lain menganggukkan kepala mereka. Semua sudah berjalan masuk keruangan Thorn tapi tidak dengan Ice, ia masih menunggu kehadiran seseorang.

LEAFing [HIATUS]Where stories live. Discover now