10

437 37 4
                                    

Blaze terus berlari mencari tempat yang aman dan jauh dari tempat kejadian, Solar juga ikut terus berlari dari belakang Blaze.

Blaze mulai berjalan lalu menghentikan jalannya begitu ia melihat tempat yang sangat cocok baginya dan mungkin juga cocok untuk saudaranya yang lain “Lar ke lapangan aja lah yok” ajak Blaze dengan membalikan badannya pada Solar yang berada di belakangnya.

Solar berjalan mendekati Blaze “Hah ngapain?” Solar bingung mengapa kakaknya ini mengajaknya ke lapangan disaat matahari sedang terik teriknya.

“Main aja disana lari dari tempat kejadian” ternyata Blaze mengajaknya ke lapangan untuk lari dari tempat kejadian agar tidak ketahuan oleh guru.

Solar benar benar tidak paham dengan jalan pikir yang dimiliki kakaknya ini, bagaimana mungkin mereka lari dari tempat kejadian ke tengah lapangan bukan kah itu semakin membuat mereka tambah mencolok?

“Gila kali lo, ogah ah gw masih pake seragam” tentu saja Solar menolak tawaran dari Blaze selain karna ia tidak ingin berdiri di tengah lapangan dengan matahari yang terik Solar juga tidak ingin terlihat mencolok disana dikarenakan ia yang masih menggunakan seragam.

“Yaelah ga asik lo, ayolah~” Blaze pantang menyerah merayu sang adik untuk pergi ke lapangan, Blaze menarik narik lengan Solar agar ia beranjak pergi ke lapangan bersamanya.

Solar malas meladeni kakaknya ini ia memilih untuk diam, tiba tiba tarikan pada lengannya menjadi sangat kuat hingga hampir membuatnya terjatuh. Blaze telah berhasil menarik Solar beranjak menuju ke lapangan.

“K-kak apaan sih!” Solar ingin menarik lengannya tapi tarikan dari Blaze lebih kuat dari dirinya jadi mau tidak mau Solar mengikuti kakaknya itu.

Blaze dan Solar sekarang sudah berada di tengah lapangan dengan Solar yang meletakkan telapak tangannya untuk menghalangi sinar cahaya pada dirinya.

Blaze hanya memantul mantulkan bola basketnya tanpa peduli sinar matahari yang panas mengenai tubuhnya.

Solar benar benar heran dengan kakaknya yang satunya ini dia sudah melebih dari akal sehat yang dimiliki oleh orang biasa, bagaimana mungkin kakaknya itu tetap bersemangat saat sedang terik teriknya matahari.

“Ngapain lo berdua di tengah lapangan sana ha?” Solar dan Blaze menolehkan pandangannya pada sumber suara, itu adalah kakak sulung mereka Halilintar yang telah menyusulnya. 

Blaze berlari menuju Halilintar meninggalkan Solar di sana sendirian, Solar juga tak ingin tertinggal lagi lagi ia menyusul Blaze dari belakang.

“Apa lo udah ketularan ga sehat pake seragam ditengah tengah lapangan?” Halilintar membuka suaranya lagi bertanya pada seseorang yang menggunakan seragam selain dirinya.

Solar menatap tak senang “Enak aja asal nuduh, nih ya adek lo tuh yang ngajak gw” jari telunjuk Solar ia arahkan pada Blaze. “Bohong!” Blaze bersuara dengan spontan berusaha melindungi dirinya.

“TANGAN GW SAKIT YA ANJIR GARA GARA ELO TARIK!” Solar mulai berteriak tidak terima pada jawaban Blaze. Tentu saja Blaze yang mempunyai temperamen buruk juga ikut terselip dalam amarah “ALAH ALASAN, KENAPA LO GA NYOBA TARIK TANGAN LO DARI GW?” Blaze dan Solar saling berteriak satu sama lain mencari kesalahan masing masing sang empu.

Halilintar yang ada disana hanya diam menyaksikan aksi kedua adiknya, tidak ia bukan lah diam tidak berani untuk melerai pertengkaran mereka namun Halilintar masih ancang ancang untuk melakukan sesuatu.

“Ekhem” deheman itu sontak membuat keramaian pada Blaze dan Solar terhenti, mereka baru menyadari bahwa tidak hanya ada mereka berdua disana namun juga ada kakak sulungnya yang menatapi mereka tajam.

LEAFing [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang