Penolakan yang Tegas.

1.8K 120 70
                                    

“Ini adalah ending terbaik untuk, kita berdua”

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Ini adalah ending terbaik untuk, kita berdua

_Annatasya Zuhra A, Syahreza_

Ramai.

Satu kata yang menunjukan riuh nya lapangan pondok pesantren Al-Zawary saat ini, terlihat ratusan santriwati dan santri putra yang mengelilingi lapangan, bahkan ustadz /ustadzah pun berada di sana.

Gus Adzhar terduduk lemah dengan jubah putih nya yang sudah bersimbah darah, matanya ditutup kain hitam, bahkan kedua tangan nya pun terikat oleh tali. Ia lemas, terlalu lemas.

Satu hari berlalu sekarang adalah dimana hukuman rajam Gus Adzhar dilaksanakan, Bahkan Abi Umar sendiri yang mencambuk anak nya, tanpa belas kasihan sekalipun.

Ctas!

"Delapan puluh dua!" lagi lagi dan lagi, suara seruan para santri memenuhi area lapangan kala Abi Umar kembali mencambuk putranya. Tak ada yang berani melerai

Umi Umayra memeluk putrinya yang sama sama dipenuhi deraian air mata, termasuk Tasya. Wanita itu nekat datang kembali ke Surabaya untuk melihat hukuman suaminya. Ingin melerai, tapi rasanya Tasya tak bisa. Kakinya terlalu berat untuk melangkah ketengah lapangan.

Ctass!

"Delapan puluh tiga!"

Ctass!

"Delapan puluh empat!"

"Astagfirullah, astagfirullah , astagfirullah." laki laki itu terus menggumamkan kalimat istighfar, meskipun sekujur tubuh nya perih, bahkan ini belum cukup untuk menebus semua kesalahan nya, pada istrinya.

Ctass!!

"Delapan puluh lima!"

"ABI!! UDAH ABI." teriakan dari Umi Umayra membuat Abi Umar menghentikan kegiatan nya sejenak, ia melihat Umi Umayra memberontak dipelukan putrinya karna ingin menghampiri putranya, yang sudah terbatuk darah.

Tak ada air mata di kain hitam itu, laki laki itu tak menangis, tapi hatinya yang menangis.

Tasya yang berada dihimpit oleh Jaziel dan Amara, mengusap kasar air mata yang turun begitu saja. Dadanya sesak kala melihat suaminya sudah terududuk lemas, degan darah disekujur badan, tak ada ringisan sama sekali, tapi sekali kali terdengar suara terbatuk dari pria itu.

"Aku tidak mengizinkan kamu untuk menghentikan ini  May," seru Abi Umar. Lalu ia kembali memposisikan cambukan nya dipunggung bawah putranya.

GUS ADZHAR [END] Tahap RevisiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant