02.

3K 303 22
                                    

~my dad~

Tangan lentik haechan memilih satu persatu baju yang menurutnya sangat cocok untuk Jeno dan juga chenle.

"Jeno akan terlihat bagus jika memakai ini"
Ucapnya pada dirinya sendiri menatap baju kemeja berwarna biru di tangannya.

Brukkk...!

"Maaf... Aku ti__"

Deg...!

Detakan jantung haechan berubah menjadi lebih cepat saat menatap orang yang menabraknya.

"Haechan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haechan.."
Panggil orang itu saat haechan memutar balik mencoba menghindar darinya.

"Hei..."
Hendery menarik haechan dengan sekali tarikan membuat submisive itu berhadapan dengan nya.

"Kenapa menghindar dari ku..."
Lirih hendery pada haechan.

Haechan mendongak menatap dominant yang tinggi di hadapan nya, hendery Kakak kandung haechan.

"Sayang..."

Hendery dan haechan dengan kompak menoleh ke arah suara yang terdengar memanggil haechan.

Mata jeno sempat membulat saat melihat ada nya hendery di depan sang istri.

"Hyung.."
Ucapnya pada hendery.

Hendery menatap Jeno dan haechan secara bergantian kemudian melirik anak yang bersembunyi di balik kaki Jeno.

"Kau benar benar melakukannya?"
Ucap hendery pada Jeno dengan desahan kecil terdengar dari dominant yang lebih tua.





~my dad~

Disinilah haechan, Jeno dan Hendery berada, rumah sederhana milik Jeno yang berada di Beijing.

Haechan meletakkan teh tepat di depan kakaknya kemudian mendudukkan dirinya di samping Jeno.

"Kenapa tidak pulang Chan?"
Ucap hendery pada haechan dengan menatap dalam adiknya.

Haechan mengulum bibirnya pelan enggan menjawab pertanyaan kakaknya, Jeno melirik istrinya yang terlihat hanya diam.

Tangan Jeno beralih mengelus tangan sang istri, itu semua tak lepas dari pandangan hendery.

"Kami akan pulang jika haechan siap Hyung"
Ucap Jeno pada hendery.

"Bahkan setelah 4 tahun, kalian masih belum siap?"
Balas hendery.

"Bukankah kalian yang mengusir ku dulu"
Ucapan lantang itu haechan keluarkan dengan menatap kakaknya.

"Kau lupa? Jika Daddy dan Mae mengusirku dari rumah? Malam itu.. hujan hujan..? Aku yakin kau masih ingat Hyung.."
Lanjutnya lagi dengan nada yang terlihat marah dan kecewa.

"Sayang..."
Jeno mengelus tangan haechan mencoba menghentikan ucapan istrinya pada hendery.

"Untuk apa aku kembali? Aku bahagia hidup disini bersama keluarga kecil ku"
Ucap haechan lagi pada hendery.

Jeno menghembuskan nafasnya mendengar ucapan haechan, "sudah sudah..."
Jeno mengelus bahu haechan yang mulai bergetar menatap Hendery.

Haechan menyingkirkan kasar tangan suaminya kemudian berdiri dan berjalan dengan cepat menuju kamar anaknya.

Jeno menghembuskan nafasnya melihat kepergian sang istri.
"Hyung.. haechan dalam kondisi yang tak baik, jangan membahas masa lalu yang membuatnya sakit.."
Ucapnya setelahnya pada hendery.

"Kenapa kau melakukan ini Jen? Kau tau siapa saja yang terluka...? Mommy mu.. keluarga mu.. dan juga.. jaemin..."

"Lalu aku harus bagaiman Hyung? Membiarkan haechan mengugurkan janinnya?"
Jeno memijit keningnya pusing.

"Aku tak bisa membiarkan dia melakukan itu.." lirihnya lagi.

Hendery terdiam mendengar ucapan Jeno, "aku melakukan ini karna kakak ku.."

"Jen..."

"Haechan sendirian..., Kalian tak bersama nya... Kau tak tau bagaimana hancurnya haechan malam itu Hyung.." lanjutnya menatap hendery.

"Tolong jangan ganggu haechan setelah ini Hyung.. biarkan dia hidup dengan ku"

"Lalu bagaimana dengan jaemin?"

Jeno menatap hendery saat mendengar kalimat itu keluar dari mulutnya.
"Sampai kapan kau membohongi perasaan mu? Kau tidak berfikir tentang submisive itu? Submisive yang kau tinggalkan?"

Jeno menelan ludahnya perlahan, "jaemin mempunyai keluarga yang menyayanginya, dia tidak membutuhkan ku"
Balas Jeno dengan yakin.

Hendery mendesah berat mendengar ucapan dari Jeno.

Sementara disisi lain, haechan kini menangis kuat dalam memeluk chenle yang terlihat bingung dengan posisi yang seperti ini.

Tak ada yang bisa bocah itu lakukan, anak berumur 4 tahun itu hanya mengelus tangan ibunya.

"Ada yang jahat sama mama ya?"
Tanya chenle mendongak menatap haechan.

"Siapa mama? Lele akan pukul orang yang jahat sama mama"
Lanjut anak itu, haechan menunduk menatap sang anak dengan air mata yang enggan untuk berhenti.

Tangan chenle terulur untuk menghapus air mata sang ibu. "Jangan menangis mama.. mama boleh cium lele kok"
Celetuk sang anak memberikan pipi kanan nya pada sang ibu.

Tangisan haechan enggan berhenti, pelukannya pada sang anak semakin mengerat, chenle tau ibunya tidak akan menciumnya.

Chenle mendekatkan wajahnya pada pipi ibunya dan memberi satu kecupan disana.

Cup
"Lele sudah cium mama jangan menangis lagi..."






TBC

my dad?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang