Bukan Thanu, tapi Dalior

829 136 7
                                    

Kaisar Ariga memasuki Istana Pangeran dengan berapi-api. Langkahnya lebar dan tangannya terkepal. Melihat Kaisar Ariga datang, Drata langsung membungkuk hormat.

"Hormat hamba, Yang Mulia Kaisar Negeri Alrancus."

Tanpa basa-basi, Kaisar Ariga mendorong bahu Drata. Tapi tak disangka Drata sangat kuat sehingga hanya bergeser sedikit sebelum akhirnya kembali berdiri tegak menghalangi pintu. Tentu saja Kaisar Ariga melotot semakin marah.

"Ampun Yang Mulia. Hamba hanya menjalankan titah Pangeran Xiendra."

Drata tahu apa yang terjadi di dalam. Tadi sebelum menjaga pintu, ia melihat pintu sedikit terbuka. Karena penasaran, ia mengintip sedikit dan melihat Pangeran Xiendra sedang memejamkan mata sambil meletakkan telapak tangan di atas kening Chandi. Ia juga bisa melihat Chandi berkeringat dengan satu tangan menggenggam erat tangan kiri Pangeran Xiendra. Chandi tampak kesakitan.

"Aku Kaisar Alrancus, kau mau melawanku?" Ada nada ancaman pada ucapan Kaisar Ariga.

Drata membungkuk lagi. "Ampun Yang Mulia, tapi tuan hamba adalah Pangeran Xiendra. Perintah Pangeran Xiendra lebih utama dari perintah siapapun. Jika Pangeran Xiendra tidak memerintah, maka perintah Yang Mulia adalah yang utama."

Kaisar Ariga memejamkan mata frustrasi. Ia lupa jika Drata adalah orang yang paling setia pada Pangeran Xiendra dan paling penurut. Jika Pangeran Xiendra meminta Drata bunuh diri, maka pasti akan dilakukan oleh nya.
Maka tak ada cara lain, ia harus memaksa.

Bugh!

Tiba-tiba Kaisar Ariga melayangkan pukulan yang sangat mematikan. Karena Drata tidak siap, Drata langsung tersungkur ke lantai. Dan pada saat itu datang Raja Elton. Raja Elton diminta oleh Permaisuri Sharma untuk memenangkan Kaisar Ariga yang tadi pergi dengan amarah meluap-luap.

"Yang Mulia-"

Drata hendak menghentikan Kaisar Ariga yang membuka pintu, akan tetapi ia terlambat.

"Kalian-"

Tak langsung masuk, Kaisar Ariga malah berdiri di ambang pintu. Kaisar Ariga mengamati Pangeran Xiendra dan Chandi yang tampak aneh. "Apa yang sedang kalian lakukan?"

Drata yang baru bisa berdiri langsung menghampiri Kaisar Ariga. "Yang Mulia, mungkin yang mereka lakukan ada hubungannya dengan Putri Xianna. Lebih baik kita menunggu," ucap Drata sambil mencoba menarik Kaisar Ariga mundur.

Kembali lagi pada alam mimpi buatan, Pangeran Xiendra tengah bertarung dengan sosok yang tak kasat mata. Serangan itu sangat cepat sehingga Pangeran Xiendra kesulitan untuk menentukan sumber serangan yang sebenarnya.

"Pangeran, jangan melawan. Itu hanya akan menguras tenaga. Itu semua hanya ilusi! Dia ada di dekat hamba! Dia tidak melakukan apapun!" Terdengar suara Chandi.

Pangeran Xiendra langsung berhenti begitu mendengar ucapan Chandi. Benar, ini adalah alam mimpi buatan, akan banyak ilusi sehingga ia harus bisa membedakan mana ilusi dan nyata. Dan benar saja, saat serangan mengenai tubuhnya, ia tidak merasakan apapun.

"Kau terlalu banyak bicara gadis kecil!"

"Akh!" Chandi berteriak kesakitan.

"Chandi!" Pangeran Xiendra panik mendengar jeritan kesakitan itu. "Kau di mana Chandi."

Baru akan melangkah, tiba-tiba muncul cahaya obor tak jauh dari tempatnya berdiri. Bersamaan dengan itu, ia melihat Chandi diikat di pohon besar, dan di samping Chandi ada Putri Xianna pula.

Berbeda dengan Chandi, Putri Xianna dibaringkan dan dirantai di atas batu besar. Di perut Putri Xianna menancap beberapa pisau sehingga mulut dan perutnya mengeluarkan banyak darah.

Amora Gadungan Dan PawangnyaWhere stories live. Discover now