4

929 73 0
                                    

Gelapnya malam berselimutkan cahaya bulan purnama, dapat dengan jelas Dunk mendengar bunyi jangkrik di dekat jendela. Tak pernah dirasakannya sebelum ini, karena sepanjang malam dia akan tertidur dengan suara keras televisi di dalam kamar. Akhirnya, dia membunyikan melodi indah dari hanphone saja.

Harap-harap bisa mengusir rasa takutnya, Dunk memejamkan mata berusaha nyaman ditemani alunan musik keras dari handphone. Tiba-tiba ketukan pintu terdengar, dia nyata tak peduli siapa yang mengetuk dari luar sana. Lelaki manis itu bahkan menyelimuti diri dengan selimut seluruh tubuh, gawat... dadanya berdetak kencang. "Dunk?, kau baik-baik saja?, buka pintunya"

Helaan nafas panjang pertanda dia sangat lega, tubuhnya menggeliat menuruni ranjang. Dibukanya pintu kamar menampilkan sosok lelaki tegap dengan wajah khawatir. "Joong?, ada apa?"

"tidak apa-apa, aku hanya khawatir kau tidak keluar kamar sepanjang hari"

"kau juga tak keluar kamar sepanjang hari"

Game nya belum tamat, dan lagi teman-temannya selalu memintanya untuk bergabung dengan tim. Bagaimana Joong bisa memiliki waktu luang membawa lelaki manis itu berkeliling? "nanti, jika ibuku datang, katakan saja kita sudah berkeliling Hua Hin sepanjang hari"

"kau berbohong..."

"ckk.. Dunk, ingat pepatah ini. Diam adalah emas" Joong tersenyum miring, tangannya menepuk pundak lelaki manis itu percaya diri "bagaimana?, kau mau jadi anak emas tidak?"

"diam adalah emas, jika aku bicara emasnya menjadi 24 karat"

Joong termangu, dia sangat syok. Hey, Dunk ini semena-mena padanya yah? "kau ini, ya ampun. Tak kusangka seberani itu pada senior di rumah ini"

"ahh... terserah, aku mau tidur. Joong jangan menggangguku lagi" pintu kamar di banting keras, matanya membulat. Rupanya Dunk bukan lawan yang mudah, apakah pria disana sedang berusaha menguasai seisi rumah? "tidak bisa di biarkan"

Joong bersedekap, merapatkan telinga pada pintu kamar Dunk "menyingkir dari depan pintu kamarku"

Dia terlonjak kaget menatap kakinya yang tentu saja terlihat pada Dunk didalam kamar sana, dengan uring-uringan Joong berjalan kembali ke kamarnya.

.
.
.

'Maaf Joong, malam ini ibu dan ayah belum sempat kembali ke sana, tolong jaga saudara mu'

Joong melihat keluar jendela kamar, cuaca buruk melanda belakangan ini. Tak heran memang jika ayah dan ibunya memiliki kendala dalam perjalanan, tugasnya saat ini menjaga saudara angkatnya. Perihal sang ibu mengirim pesan sudah pasti sangat khawatir pada lelaki manis itu, secara... Joong sudah biasa sendirian dirumah. Tak mungkin dia yang dikhawatirkan, miris sekali.

"Apa aku cek kondisi nya lagi?"

Firasatnya buruk, saat mengecek keadaan Dunk tadi memang baik-baik saja. Namun entah mengapa hatinya tak tenang, daripada banyak pertanyaan tak jelas di otaknya. Joong keluar dari kamar berusaha mendekat ke arah pintu kamar Dunk, tangannya mengetuk pelan.

"Dunk?, Apa sekarang sudah tidur?"

Tak ada jawaban apapun, dia curiga saudara angkatnya itu sudah tidur. "Humm.. sebentar lagi aku tidur"

Tiga jam yang lalu Dunk mengatakan hal yang sama, dia yakin sekali ada yang tak beres. Pintu itu kembali di ketuk "kau yakin?"

Derap langkah menjawab pertanyaan, siluet wajah lelah menatapnya "aku mengantuk, tapi tak bisa tidur"

"Kau tak biasa tidur sendirian?"

Bukannya tak biasa, namun sekarang situasinya berbeda. Ini bukan rumahnya, dan lagi dia merasa sangat asing dengan suara-suara ribut dari hewan-hewan tak jelas di luar jendela "Tak tahu juga, aku kesusahan memejamkan mata"

"Ayo tidur bersamaku saja" saat Joong menarik tangannya, lelaki manis itu enggan. "Kenapa?, Kau tetap mau tidur sendirian?"

"Iya, tak masalah. Aku mau tidur sendirian saja"

"Dunk, ku peringati bahwa air sedang tak mengalir. Kau masih mau tidur di sini?" Baiklah, kini tak ada pilihan lain. Dunk memeluk guling nya erat, mata itu menatap Joong meminta agar lelaki tegap berjalan duluan "sial.. penakut sekali"

"Aku tidak penakut, aku hanya tak terbiasa dengan situasi di rumah ini" Kenop pintu kamar Joong terbuka, dengan sigap Dunk memeluk lengan lelaki itu. "Cepat masuk, cepat"

"Sabar..." Tubuh tegapnya terdorong ke dalam kamar, dan Dunk siaga menutup pintu dengan rapat.

"Rumah ini Menakutkan sekali..."

"Shia,.. kau sepertinya di jaga 24 jam meski di dalam rumah"

Dunk tak peduli, ocehan penambah beban pikiran tak akan dia gubris. Sekalipun Joong berusaha meminta perhatian sambil mengejeknya, Dunk tak ambil pusing.

"Jangan ribut, aku mau tidur"

Joong melempar selimut dengan asal-asalan, wajahnya nampak dongkol. Menyesal sekali memasukkan mahluk tak tau terima kasih ini dalam kamarnya, apakah Dunk tak berpikir dia baru saja di selamatkan dari rasa takut?

Tak ada gunanya juga, Joong menaikkan tubuh ke atas ranjang. Wajah manis di sisinya sudah memejamkan mata sangat nyaman "aww.. tuan putri mau tidur duluan?"

"Apasih?, Aku pria" Dunk hendak memberontak, namun lelaki tegap lebih dulu menahan tangannya

"Tak ada pria dengan wajah semanis ini" tawa khas dengan suara berat, sial.. ujung telunjuk Joong menyentuh pipi Dunk "bagaimana menurutmu?, Apa kau tak merasa aneh memiliki wajah secantik ini?"

Sontak saja Dunk termangu, harus menjawab apa? Dia sendiri merasa tak paham dengan maksud pertanyaan Joong, sudah jelas dirinya seorang lelaki. Lalu soal kecantikan dan keindahan bukankah takdirnya memang sudah seperti ini?

"Kenapa kau diam?"

Dunk berdehem pelan, hangat nafas hangat menerpa wajahnya "minggir..."

"Dunk.. kau sangat cantik"

"Joong.. jangan menindih tanganku, sakit.."

Joong menyingkirkan tangan kekarnya, beralih menarik selimut menutupi tubuh mereka. Satu tangannya menjadi bantal, hingga ia menatap langit kamar yang pekat. "Kenapa kau mau menjadi saudara angkat ku?"

"Tak ada alasan khusus"

Joong mengangguk samar, dipastikan Dunk tak akan melihat wajahnya di tengah kegelapan. Hingga dia berusaha meraih nakas di seberang tempat Dunk, tangannya berusaha menyalakan lampu kamar. Tak nyaman tidur dalam kondisi kamar gelap gulita begini, jadi mau tak mau dia menyalakan pencahayaan.

Warna jingga yang hangat, siluet manis dengan mata membulat membuat netra keduanya bertemu. Joong meneguk saliva, dan si manis disana tak kunjung memberi perlawanan agar dia menyingkir "kenapa kau tak pulang kembali ke bangkok?, katakan pada ayah dan ibumu untuk membatalkan ini"

"Hah?"

"Tak usah menjadi saudara ku Dunk.. kita tak cocok menjadi saudara"

Terlalu dekat, Dunk merasa mabuk dengan terpaan hangat nafas berbau mint menusuk indra penciuman. Matanya berbinar merasakan tiap helai rambut mulai menyentuh permukaan wajahnya, dia menggeleng cepat. "Apa yang kau lakukan?"

"Tak ada.." Joong terkekeh menjauhkan wajahnya, kembali tidur dengan posisi nyaman. Dia membelakangi Dunk, wajah mengagumkan beribu-ribu kali bertambah cantik dibawah cahaya remang. "Sial..."

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa tinggalin jejak kak maaf masih berantakan, makasih udh mampir 🙏🏻










Cruel Temptation [Joongdunk]18+[END]Where stories live. Discover now