6

800 68 0
                                    

"hahaha..."

Wanita paruh baya disana memegang tepian meja, tangannya tak berhenti memukul pelan lelaki manis tepat di sampingnya. "Dunk... Lihat lelakinya terjatuh"

Dunk mengangguk antusias "ibu.. tolong berikan tempat sedikit, ibu tertawa dan menguasai semua sofa"

"Ahh.. iya maaf maaf sayang"

Dengan muka masam Joong membanting gelas ke atas meja makan, berharap dua orang di depan televisi menoleh padanya. Namun sial, tak ada respon apapun. Dan harapannya mendapatkan simpati tentu saja perlakuan bodoh.

"Joong, kau kenapa?"

"Tak ada.." sang ayah mengangkat bahu, umur segitu memang saatnya emosi meledak-ledak "AKHH..."

kini semua perhatian mengarah pada Joong, bahkan sang ayah terlampau syok "Joong, kau kenapa sih?"

"Sialan.." hanya makian tak masuk akal, dia kembali berjalan cepat ke kamar.

"Kenapa sih anak itu?" Ibu Joong kembali fokus pada layar televisi, sedang Dunk mulai merasa tak nyaman.

Difikirkannya lelaki tegap itu pasti marah karena Dunk terlalu akrab dengan ibunya, bukankah Joong sudah lama mengatakan tak suka mereka jadi saudara.

"Dunk mau kemana?"

Pergerakannya terlihat jadi mau tak mau Dunk mengatakan dia ingin menyusul Joong ke kamar, "aku ingin menemui Joong.."

"Ohh.. okay, okay"

Langkahnya menuju ke depan pintu kamar berwarna hitam, dadanya bergemuruh. Takut-takut Joong akan mengabaikannya, namun tetap saja dia merasa tak enak. "Joong..."

Ternyata mudah saja pintu langsung terbuka, Dunk membulatkan matanya dan memasuki kamar itu. Nuansa sama dengan terakhir kali dia masuk ke kamar Joong "kau ada perlu apa?"

"Kau marah yah aku dan ibu terlalu akrab?"

Joong memicingkan mata, tatapan aneh itu membuat Dunk semakin tak paham. Sedang lelaki tegap disana tak kunjung memberi sahutan, apakah sangat sulit hanya sekedar menjawab lalu menjelaskan letak kesalahan Dunk?

Dunk duduk di sisi Joong, cukup penasaran dia menatap lebih jelas wajah tampan itu. Hingga kilatan mata Joong cukup tajam tak membuat gentar, dia masih menunggu jawaban.

Tapi bukan itu yang dia dapatkan, hanya Joong yang tiba-tiba menggenggam tangannya. Mengelus dengan pelan, lelaki tampan itu enggan mengalihkan pandangan darinya. Sumpah, Dunk semakin bingung. "Apa kau suka menjadi saudara ku?"

"Joong.."

Deru nafasnya tak karuan, entah kemana ujung pembicaraan ini akan selesai. Dunk tak berani mengalihkan matanya dari wajah Joong, semuanya terhenti. Sarafnya tak bekerja, dan lelaki tegap itu mulai menyentuh permukaan wajahnya.

"Dunk... apa yang kau pikirkan tentangku?"

"A-aku.." Dunk berdehem, salivanya susah tertelan "kau baik kok.. tak ada masalah"

Joong mengangguk, dia berhenti mengelus tangan mungil itu. Matanya beralih pada pintu kamar "maaf membuatmu bingung, aku ingin istirahat. Bisa kau keluar dari kamarku?"

"Ahh.. iya"

Dunk melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan tersebut, tak ingin banyak cakap lagi dia agak merinding menerima perlakuan Joong padanya. Terlebih lelaki itu nampak suka sekali berbicara terlalu dekat, ya ampun... Debaran hati Dunk tak tertahan saat Joong melakukannya.

"Dunk..." Sang ibu menatap padanya curiga saat keluar dari kamar "kau kenapa sayang?"

"Dunk sudah mengantuk"

Cruel Temptation [Joongdunk]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang