ALULA RUBY JANE

25 2 0
                                    

Alula

Ngngngngngngng............ Ngngngngngngng ..........

Sirene berbunyi kencang, suara itu berasal dari lapangan asrama. Kali ini aku mendengarnya dengan jelas. Baju olahraga, kaos kaki, dan sepatu sudah siap kupakai. Begitu juga dengan Yeri dan Salsabila. Kali ini, kami tidak mau mendapatkan sanksi lagi. Dan aku tidak mau menjadi bahan tontonan teman-teman LATSAR lagi.

Tumbler berisi minuman kami pegang dengan erat. Tanpa aba-aba, kami bertiga turun ke lapangan. Yaps, berhasil! Kali ini kami tak terlambat.

"CPNS dari DISPORA ada?" tanya panitia. Apalagi sekarang? Yeri dan Salsabila mendorongku agar segera mengaku pada panitia. Aku mendatangi panitia dengan langkah yang berat, lalu disusul oleh Faza.

"Hari ini instruktur senam sengaja belum kami hadirkan karena kami tahu di angkatan ini ada CPNS dari DISPORA. Nah, tugas kalian berdua menjadi instruktur senam memimpin teman-teman lain," kata panitia.

"Siap," kata Faza dengan yakin. Aku menatap Faza penuh curiga. Aku tak yakin Faza bisa memimpin senam.

"Aku serahkan ke kamu La," kata Faza berbisik padaku.

"Aku nggak hafal senam apa pun," kataku panik.

Maumere da gale kota ende

Pepin gisong gasong

Le'le luk ele rebin ha

Maumere da gale kota ende

Pepin gisong gasong

Le'le luk ele rebin ha

Lagu Maumere diputar oleh panitia, aku panik, sementara Faza dengan penuh keyakinan padaku mengambil ancang-ancang untuk debut sebagai instruktur senam dadakan.

"Ayo teman-teman baris dengan rapi! Rentangkan lengan dan apa pun gerakan yang saya peragakan harap mengikuti tanpa protes!" kataku mengarahkan semua peserta LATSAR dengan penuh keyakinan. Jujur saja, aku tak hafal semua gerakan senam. Halo, aku baru menjadi CPNS di DISPORA beberapa bulan lalu. Mana mungkin aku langsung menguasai semua jenis olahraga di Indonesia. Lagi pula, formasi yang kuambil adalah Analis Kepegawaian bukan atlet ahli dalam semua bidang olahraga. Musik Maumere diputar ulang oleh panitia, sepertinya panitia itu sangat yakin denganku.

Maumere da gale kota ende

Pepin gisong gasong

Aku memimpin senam dengan sangat yakin. Namun, Faza mulai tak yakin denganku.

"La, gerakan apa ini?" tanya Faza ragu.

"Sudah, ikuti saja!" kataku.

Siapa suruh percaya padaku untuk menjadi instruktur senam. Aku tak mengerti gerakan senam dan yang kutahu hanya dance K-Pop.

"Ini mah gerakan dance lagu Solo Jennie Blackpink!" kata salah satu peserta LATSAR protes.

"Aturannya kan ikuti apa yang Alula lakukan, sudah ikuti saja!" kata Ghani membelaku. Ia dengan santainya mengikuti gerakan-gerakan yang kulakukan.

Aku malu! Namun akan lebih memalukan jika aku tak melakukan apa pun di hadapan semua teman-teman LATSAR. Aku sudah berkali-kali menjadi tontonan gratis mereka dari hari pertama, kali ini sekalian saja kusuguhkan penampilan spesialku.

"Baik, Alula dan Faza. Minggu depan saya harap kalian sudah menghafal dengan baik senamnya!" kata panitia saat senam pagi berakhir.

"Siap," kata Faza semangat. Siap-siap katanya, ujung-ujungnya ia pasti menghandalkanku lagi. Dasar ketua angkatan tak berguna!

"Sekarang pimpin teman-teman kamu ke ruang makan Faza!" kata panitia.

Faza memimpin kami untuk masuk ke ruang makan. Aku, Salsabila, dan Yeri buru-buru masuk ke ruang makan agar bisa duduk di meja makan yang paling jauh dari panitia agar tak menjadi bulan-bulanan panitia. Kulihat Ghani dan Faza duduk di salah satu meja makan, buru-buru aku dan Salsabila duduk di sebelah mereka. Sialnya, Yeri tak kebagian tempat duduk di meja kami. Ia harus puas duduk bersama circle bapak-bapak beristri.

"Duduk siap .... Grak!" kata Faza memberikan aba-aba. Setelah aba-aba dari Faza, kami semua secara serentak menghentakkan kaki ke lantai dan bersamaan dengan itu kedua tangan kami diletakkan di atas paha masing-masing dengan posisi duduk tegak, tidak bersandar pada kursi. Faza menghadap dan melangkah ke arah panitia. Ia mengangkat tangannya tanda hormat lalu dibalas oleh panitia.

"Lapor! Peserta Latihan Dasar CPNS Provinsi Kalimantan Timur angkatan XIX, Siap Makan Pagi," kata Faza melapor.

"Pimpin doa, lanjutkan!" kata panitia. Faza mengulang instruksi panitia lalu balik kanan ke arah kami.

"Sebelum kita makan pagi, marilah kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai ...... Selesai. Istirahat di tempat.......Grak!" pimpin Faza. Secara serentak kami menghentakkan kaki.

"Selamat makan!" kata kami serentak.

Faza kembali ke meja makan. Dengan hati-hati aku membagikan piring pada Faza, Ghani, dan Salsabila supaya tak membuat keributan.

"La, kapan-kapan ajari aku dance Blackpink yang lainnya ya!" kata Ghani mengolokku. Salsabila dan Faza menahan tawanya karena takut dimarahi oleh panitia.

"Okay!" kataku membalas Ghani.

***

Hari ke dua LATSAR berlalu dengan cepat. Hari ini kami mendapatkan materi nilai-nilai bela Negara. Nilai Dasar Bela Negara adalah Cinta Tanah Air, sadar berbangsa dan bernegara, setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara, Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara dan Kemampuan Awal Bela Negara. Ghani sangat ahli dalam bidang ini sepertinya, karena ia mampu berdiskusi dengan baik di kelas.

"Yakin nggak sih? Materi yang dibahas tadi di kelas bisa kita terapkan dengan baik kalau kembali ke kantor? Sementara lingkungan kita belum tentu mendukung untuk itu?" kata Faza membuka diskusi.

Setelah makan malam, Geng 207 berkumpul di balkon. Faza dengan ide sok rajinnya mengajak kami berdiskusi dan membahas materi yang disampaikan tadi pagi.

"Mending kita bahas dance Blackpink Lula," kata Ghani mulai mengolokku.

"Harusnya kamu debut sih La," kata Yeri.

"Gara-gara ketua angkatan kita yang bijaksana ini nih!" kataku sambil mengarahkan tanganku pada Faza.

"Kapan lagi, aku memimpin kalian nge-dance kan?" kata Faza.

"Tetapi kamu lentur loh La," timpal Salsabila yang mulai merasa nyaman dengan kami. Pelan-pelan ia membuka dirinya.

"Aku kan Alula Ruby Jane Kim," kataku.

"Huhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh," kata mereka bersamaan.

Malam itu, kami belajar beradaptasi dengan lingkungan asrama. Mencoba menerima lingkungan baru ini. Balkon dekat kamar 207 akan menjadi tempat favorit kami berlima, geng 207. Tempatnya sangat nyaman dan lokasinya sangat strategis karena menghadap ke arah belakang gedung sehingga tak akan mengganggu penghuni asrama yang lain.

I'm going solo-lo-lo-lo-lo-lo, I'm going solo-lo-lo-lo-lo-lo

Handphone berdering, entah handphone milik siapa. Yang jelas ia memutar lagu Solo milik Jennie Blackpink.

"Punyamu La?" tanya Salsabila. Aku menggeleng.

Ghani tiba-tiba beranjak meninggalkan kami sambil mengangkat telepon dari seseorang. Ternyata suara itu berasal dari handphone-nya.

"Sok banget mengejek aku! Ternyata ia penggemar sejatinya Jennie, dasar!" kataku. Ghani tertawa puas dan berlari meninggalkan kami. 

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang