AKHIR

24 3 0
                                    

ALULA

Tak terasa, hari ini adalah materi ANEKA terakhir yang akan kami pelajari. Besok, materi pendahuluan habituasi kemudian sorenya kami sudah kembali ke rumah masing-masing. Banyak hal baru dan hikmah yang kudapatkan di asrama ini. Ya, tak terasa namun kadang aku merasa sudah sangat lama berada di sini. Saat pulang ke rumah nanti, mungkin banyak hal yang akan terasa berbeda. Ayah, aku harus belajar lagi untuk terbiasa di rumah tanpa Ayah. Mungkin sedikit aneh nantinya, namun lama-lama aku pasti terbiasa.

"Walaupun besok masih ada satu materi lagi. Namun hari ini adalah hari terakhir nilai-nilai ANEKA kalian pelajari. Sebelum saya meninggalkan ruangan ini, saya ingin sekali mendengarkan alasan kalian ada di sini sekarang. Kenapa kalian ingin menjadi PNS?" tanya Widyaiswara kepada kami. Kulihat Faza, si ketua angkatan kami dengar percaya diri mengangkat tangannya.

"Sederhana alasan saya Bu. Saya merasa dengan saya jadi PNS, saya bisa memberikan manfaat yang lebih kepada masyarakat sebagai abdi Negara. Khairunnas anfa'uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaat bagi orang lain," kata Faza menjelaskan. Semua peserta bertepuk tangan untuk Faza, kecuali Sabda yang kulihat sepertinya tak setuju dengan penjelasan Faza. Ia mengangkat tangan dengan muka sedikit membuatku kesal.

"Saya Bu. Sebelumnya, saya merasa klasik sekali alasan Faza. Mohon maaf sebelumnya, jika saya sedikit kasar membahasakannya. Saya yakin, banyak yang di sini terpaksa karena orang tunya meminta jadi PNS. Mungkin karena keluarganya kurang mampu atau mungkin karena orang tuanya pejabat. Mau jadi orang yang bermanfaat? Agak jijik saya mendengarnya. ANEKA, kita ini calon-calon anti ANEKA nantinya. Di sini kita masih semangat, nanti kitalah pelaku anti ANEKA itu. Nasionalisme, ujung-ujungnya bolos upacara. Anti Korupsi? He, klasik! Jadi realistis saja. Kita akan kembali pada budaya-budaya anti ANEKA itu juga nantinya," kata Sabda panjang lebar. Widyaiswara tertawa sinis mendengar pernyataan dari Sabda. Ya, aku juga sangat sebal mendengar pernyataan itu keluar dari mulut generasi muda sepertinya. Kupikir ia memiliki pemikiran sesuai usianya, nyatanya pikirannya sangat kolot dan lebih jompo dari usianya. Ingin rasanya aku membantah kata-kata Sabda, namun Salsabila yang biasa sangat kalem di kelas tiba-tiba jadi sangat emosi. Ia langsung berdiri dan membantah pernyataan dari Sabda.

"Ya, benar Sabda! Saya adalah salah satu orang yang terpaksa menjadi PNS karena ingin membantu ekonomi keluarga saya. Saya nggak munafik soal itu. Namun, pernyataan Anda tadi sangat melukai diri saya yang masih percaya dan optimis bahwa generasi kita akan membawa perubahan yang lebih baik untuk pemerintahan dan Bangsa ini. Saya akui, saya terlambat untuk sadar. Tetapi, saya percaya satu orang yang membawa kebaikan akan berpengaruh besar terhadap kebaikan satu kantor, satu instansi, satu pemerintahan, dan satu Indonesia. Terima kasih," kata Salsabila lalu duduk kembali. Kami semua tercengang dengan pernyataan Salsabila. Sejak kapan anak ini belajar berbicara dan sebagus itu. Aku bangga padamu Salsabila. Widyaiswara mengangguk dan membiarkan yang lainnya berpendapat. Kemudian, Yeri mengangkat tangannya dan dipersilakan oleh Widyaiswara untuk berbicara.

"Terima kasih Bu. Saya sangat bersyukur karena saya berada di kamar yang sama dengan Alula dan Salsabila karena banyak diskusi-diskusi yang membuat saya sadar akan banyak hal. Baik, terkait Sabda, mungkin lingkungan Sabda yang membuatnya berpikiran demikian. Namun, tak semua PNS seperti yang Sabda katakan. Masih banyak PNS yang masih memegang nilai-nilai ANEKA di luar sana dan mungkin Sabda belum menemukannya. Tidak untuk saya. Contoh terdekat dari kita adalah almarhum ayahnya Alula. Beliau semasa hidupnya mengabdi dengan ikhlas untuk Bangsa ini. Dan itu, yang menginspirasi kami bertiga untuk menjalani profesi ini dengan baik, tanpa keterpaksaan, dan niat yang lurus. Karena segala sesuatu berawal dari sebuah niat, niat yang baik akan mendatangkan hal baik. Begitupun sebaliknya," kata Yeri. Sabda duduk dan terdiam mendengar ucapan Salsabila dan Yeri. Ia tak membantah kata-kata mereka.

Kemudian, Widyaiswara menutup materi itu dengan penjelasan yang akhirnya membuat Sabda tertunduk malu. Widyaiswara berkata kepada kami bahwa potensi menjadi PNS seperti yang Sabda pikirkan bisa jadi akan terjadi pada kami. Namun, alasan awal kita menjadi PNS akan menjadi pondasi kuat untuk kita menjalani proses panjang hingga masa purna bakti. Jika alasan itu benar dan lurus, maka ia akan tetap pada koridor. batas, dan dasar dalam melakukan apa pun itu. Ia akan menjadi prinsip yang terus dipegang dan pengingat saat mulai kehilangan arah. Ya, benar kata Yeri, apa yang akan terjadi di masa depan tergantung pada niat kita di masa sekarang. Jika baik, maka ia akan baik. Dan, jika buruk, maka ia akan buruk.

Aku menghela nafas panjang di balkon lantai dua setelah materi hari ini selesai. Ternyata sudah jauh aku berjalan. Dahulu, kupikir caraku memandang hidup sudah sangat tepat. Nyatanya, aku masih sedikit keliru. Dan, Tuhan sangat Tahu bagaimana caranya menyadarkanku. Kupikir cara sempurna hidup adalah menjadi seorang PNS, ternyata cara sempurna hidup adalah menikmati dan bahagia menjalani profesi apa pun itu yang dimiliki saat ini. 



Catatan:
LATSAR XIX (ON CAMPUS) TAMAT
Cerita akan berlanjut di LATSAR XIX (OFF CAMPUS)

LATSAR XIX (ON CAMPUS)Where stories live. Discover now