14 - MENYESAL

1.6K 169 15
                                    


Lisa tampak berjalan tergesa masuk ke dalam apartemen. Dari mimik wajahnya, terlihat ia sedang menahan amarah. Entah apa penyebabnya. Padahal waktu masih menunjukkan pukul delapan malam dan tidak biasanya ia sudah berada di apartemen. Teman-temannya yang lain masih berkumpul di bar, tetapi Lisa memilih untuk pulang lebih dulu. Ada hal yang harus ia bicarakan dengan saudara tirinya.

Begitu Lisa masuk ke dalam apartemen, langkahnya langsung tertuju ke kamar Jennie yang tidak tertutup rapat. Segera ia mendorong pintu tersebut dengan cukup keras, sampai-sampai Jennie yang sedang duduk di meja belajar terlonjak kaget. Kedua tangannya memegang dada akibat jantungnnya yang berdegup dengan kencang.

"Lo sekarang udah pinter bohong yah" Lisa menekan setiap kata yang di ucapkan. Matanya menatap Jennie nyalang.

"Lisa-" Jennie menelan salivanya susah payah. Orang yang ada di hadapannya kini sangat menyeramkan. Ia benar-benar ketakutan.

"Udah berani bohongin gue? Punya nyali juga lo" Lisa melangkah lebih dekat membuat Jennie terjebak, bersandar pada kursi, merasa terpojok.

"Lisa, aku-" suaranya terdengar gemetar dan sangat pelan.

Jennie terlihat belum mengerti dengan situasi saat ini. Lisa yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya dan tampak sangat marah. Berkata bahwa ia berbohong. Tentang apa? Jennie yang syok dan terlanjur ketakutan tidak bisa berpikir.

"Lo pulang sama siapa tadi?"

Akhirnya pertanyaan yang di lontarkan oleh Lisa membuat Jennie memahami tentang apa yang terjadi. Hal yang membuat saudaranya itu marah.

Ya, ini soal Jennie yang lebih memilih di antar oleh Hanbin dan berbohong pada Lisa jika ia akan pulang lebih dulu menggunakan kendaraan umum. Entah itu bus atau taksi.

Bukan apa-apa, Jennie terpaksa berbohong karena posisinya terpojok saat itu. Ia takut rahasianya dan Lisa terbongkar kalau sampai Hanbin melihat jika ternyata saudara Jennie adalah temannya sendiri, Lisa.

Jennie tidak bisa membiarkan itu, atau kalau tidak, Lisa bisa sangat marah padanya. Maka dari itu ia memilih opsi untuk berbohong pada Lisa dan menerima tawaran Hanbin untuk pulang bersama.

Pada kenyataannya, Jennie juga sebenarnya berbohong pada Hanbin karena berkata bahwa saudaranya menyuruh ia untuk pulang lebih dulu karena ada keperluan yang akan memakan waktu sampai malam. Jadi secara teknis, ia telah berbohong kepada dua orang sekaligus. Apa ia sudah mulai ahli dalam berbohong? Tidak! Buktinya saja saat ini kebohongannya langsung diketahui oleh Lisa.

"Maaf..." lirih Jennie. Ternyata, berbohong pada Lisa juga bukan pilihan yang tepat. Kemarahan Lisa tidak bisa ia hindari.

"Bukan itu jawaban yang gue mau!! JAWAB! Lo pulang sama siapa? HAH!?" Lisa berteriak tepat di depan wajah Jennie membuat orang di hadapannya itu memejamkan matanya erat.

"A-aku pulang bareng H-Hanbin" jawab Jennie terbata dengan mata yang masih terpejam, enggan menatap mata Lisa.

"Lo bohong ke gue cuma demi bisa pulang bareng cowok? Bagus, sekarang makin keliatan kalau lo itu cewek gatel, murahan" Lisa berkata dengan tawa menghinanya, membuat Jennie tidak bisa lagi membendung air matanya dan mulai menangis.

"Lisa... aku- aku kepaksa" ucap Jennie sambil terisak.

"Lo gak cape apa? Terus nyari alesan buat pembelaan diri? Gue aja yang dengernya udah muak tau gak!"

Jelas saja Lisa berkata seperti itu. Tadi saat di bar, Hanbin menceritakan dengan bangganya ia bisa mengantar Jennie pulang. Walaupun katanya, hanya sampai halte dekat rumah Jennie. Namun ia sedikitnya berhasil maju satu langkah. Ia berkata bahwa awalnya Jennie menolak tetapi pada akhirnya memilih menerima ajakannya. Hanbin beranggapan bahwa Jennie mungkin hanya mencoba jual mahal padanya. Karena bagaimana mungkin yang awalnya terus menolak, malah dengan suka rela meminta untuk di antar pulang? Menurutnya, ia sangat beruntung!

SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang