37 - KETIDAKSENGAJAAN

1.3K 189 35
                                    

Ini hari kedua Lisa berada di rumah.

Ya, jika kalian lupa, Lisa pun ikut pulang di hari Jennie keluar dari rumah sakit. Namun meskipun begitu, Jennie belum mengetahuinya sebab ia yang selalu berhati-hati jika akan keluar dari kamar. Ia berusaha untuk tidak berpapasan dengan saudaranya. Kedua orang tuanya pun bekerja sama untuk tidak memberi tahu Jennie. Mereka membiarkan Jennie untuk merasa lebih baik terlebih dahulu. Bersamaan dengan itu, mereka juga tidak memaksa Lisa untuk pulang ke apartemen. Lagi pula, mereka tidak sejahat itu untuk tega mengusir putrinya dari rumah, bukan? Mereka malah setuju Lisa yang ikut tinggal sementara waktu di rumah. Sangat langka melihat Lisa betah berada di rumah. Dulu, Daddy Marco bahkan sangat jarang bertemu dengan putrinya itu yang lebih senang pergi bersama teman-temannya hingga larut malam. Kesempatan seperti ini membuat Daddy Marco bisa mengobrol lebih banyak dengan putrinya.

Sebenarnya sekarang waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam dan tampaknya semua penghuni rumah sudah tertidur lelap, kecuali Lisa. Jujur, ia tidak terbiasa tidur di bawah jam dua belas malam. Di paksa bagaimanapun caranya, tetap ia tidak akan mengantuk. Apalagi selama di rumah, ia tidak memiliki kegiatan berarti yang bisa membuat tubuhnya kelelahan. Dua hari ini yang ia lakukan hanya menonton film secara marathon. Jujur, ingin sekali ia berenang di siang atau sore hari tetapi takut jika saudaranya itu tiba-tiba berada di sana. Jadi, ia menghabiskan lebih banyak waktunya di kamar dan menonton film adalah salah satu pilihan yang tepat untuk membunuh waktu. Ia akan keluar kamar hanya pada saat makan. Ia akan sarapan setelah keluarganya menyelesaikan sarapan. Ia yang meminta. Padahal Daddy atau Mommynya berkata bahwa salah satu dari mereka akan menemaninya. Namun Lisa menolak dan meminta mereka berdua untuk sarapan bersama Jennie. Begitu pun waktu makan siang dan makan malam. Ia akan melakukannya setelah mereka.

Satu rahasia Lisa yang mereka tidak tahu adalah bahwa ia sesekali mengintip Jennie dari jauh, hanya untuk menghilangkan sedikitnya rasa rindu kepada saudaranya itu. Termasuk salah satunya pada saat mereka mengobrol di pinggir kolam. Lisa lihat itu dan mendengar semua percakapan mereka. Pada saat itu, Lisa merasa sangat berterima kasih kepada Daddy dan Mommynya yang terus berusaha melakukan apapun cara untuk memberi tahu kebenaran tentangnya kepada Jennie.

Ia sungguh terharu.

Lisa yang masih melakukan kegiatan menonton film di kamarnya merasa tenggorokannya kering. Gelas di atas nakas pun sudah kosong dan di atas selimut telah berserakan bungkus snack, baik yang masih berisi makanan di dalamnya atupun yang sudah habis.

Turun ke lantai bawah, Lisa langsung melangkahkan kakinya menuju dapur. Mengisi ulang gelasnya dengan air dingin, kemudian kakinya melangkah menuju kulkas dan membukanya. Ia hanya terdiam beberapa saat, membiarkan tubuhnya di terpa hawa dingin dari dalam kulkas. Matanya terus mencari-cari makanan apa yang sekiranya ingin ia makan. Dan pilihannya jatuh kepada makanan kesukaannya, cokelat. Lagi. Tangan kanan itu kemudian terulur untuk mengambil satu bungkus cokelat batang yang tersisa di sana.

Saat ia kembali menutup kulkas dan berbalik untuk mengambil gelas yang ia simpan di atas meja makan, matanya menangkap sosok yang tengah berdiri mematung, menatap ia dengan tatapan terkejut dan tubuh yang seketika menegang.

"J-Jennie ..." bisik Lisa dengan tergagap.

Jujur, ia pun terkejut dan tidak berharap akan bertemu saudaranya di tengah malam. Lagi pula, mengapa Jennie belum tidur? Bukankah ia seharusnya sudah masuk ke alam mimpi? Jelas-jelas saudaranya bukan orang yang suka dan terbiasa untuk begadang.

Tidak ada pergerakan yang berarti dari saudaranya. Yang bisa Lisa tangkap hanya tatapan yang berganti menjadi tatapan penuh ketakutan dan dada Jennie yang mulai naik turun dengan cepat. Lisa yang sedikitnya sudah percaya diri karena telah mendengar Daddynya menjelaskan semua kebenaran pada Jennie tentang dirinya, perlahan melangkahkan kaki untuk mendekat secara hati-hati. Namun sayang, lagi dan lagi, Lisa malah mendapati Jennie yang melangkah mundur dengan kaku. Tidak ada yang berubah. Saudaranya itu tetap merasa takut dengannya.

SISTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang