5

15 3 0
                                    

2 years ago.

"Han han!"

"Gue Hanna, bukan Hanhan, Lang,"

Laki-laki itu terkekeh lucu, lalu dengan santainya meletakkan lengan kanannya keatas bahu Hanna, membuat gadis itu sedikit mengerang kesal.

"Lo berat tau, Lang!"

"Biarin, gendut itu lucu tau." jawabnya sambil sedikit menekankan kata 'tau' diakhir.

"Iyaa iyaa,"

"Omong-omong lo mau kemana?" tanya Galang, masih dengan setia merangkul leher Hanna layaknya boneka.

"Kepo lo,"

"Hayoo mau kemana?? Bakal gue ikutin sampai lo berhenti di tempat yang lo tuju,"

"Gak usah repot-repot, nanti capek gue yang disalahin!"

"Hahaha! Di mata lo gue seburuk itu ya, Han? Tapi tenang, gue gak akan capek kok,"

Hanna mendelik, menatap ke arah Galang yang berada disampingnya dengan tatapan kesal.

"Gak ada yang ngelarang lo buat capek juga, udah sana minggir!"

"Gak mau."

Hanna menghela nafas, kelakuan Galang memang sangat kekanak-kanakan, tapi Ia tidak ingin mengelak, sifat itulah yang membuat Hanna menyukainya.

"Selama tujuan gue itu buat ngelindungin lo, gue gak akan pernah capek walau lo pergi sampai sejauh penjuru dunia pun."

Hanna tertegun. Tiba-tiba saja, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ini bukan Galang yang Ia kenal.

"Gak usah sok keren, biasanya aja ngejekin gue mulu!"

Galang tertawa, "Tapi serius, Han. Lo harus deket sama gue terus,"

Hanna hanya menjawab perkataan Galang tersebut dengan memutar bola matanya, membuat Galang yang melihat itu juga ikut mengarahkan pandangannya kedepan.

"Lo tahu kenapa nanti pas kita masuk ke SMA yang sama gue mau jadi ketua OSIS?"

"Kenapa?"

"Gue mau jadi pemimpin, gue mau membenarkan apa yang salah, dan memberi contoh apa yang benar,"

"Itu alasan pertama, alasan kedua,"

Tanpa Hanna sadari, ternyata sedari tadi Galang sedang menggenggam sesuatu didalam sakunya yang seperti baru akan Ia keluarkan sekarang.

"Nih, buat lo."

Galang menyodorkan sebuah kotak kacamata yang membuat Hanna langsung membulatkan matanya.

"Ini apa?"

"Kacamata, buat lo. Jangan sampai kacamata lo dirusak lagi sama anak kelas, mahal belinya,"

"Dan iya, itu alasan kedua gue kenapa mau jadi ketua OSIS."

Hanna berhenti berjalan, sekarang yang ada dipandangannya hanyalah Galang yang terlihat sangat indah dibawah teriknya sinar matahari. Hatinya meleleh bersamaan dengan es krim yang mencair karena sinar matahari yang terlalu panas.

Dan sejak saat itu, Hanna memandang Galang sebagai mataharinya, matahari yang berhasil melelehkan hatinya hingga mencair seutuhnya, bahkan mungkin tidak akan dapat terbentuk lagi seperti sedia kala.

"Makasih, Lang."

-

"Lang, gue minta tolong."

Laki-laki yang sekarang sedang duduk disalah satu bangku perpustakaan tersebut langsung mengenali suara yang baru saja Ia dengar, suara yang sangat tidak penting untuknya.

"Apaan?"

Laki-laki bertubuh jangkung tersebut menjawab dengan malas, tanpa memiliki adanya niatan untuk meneruskan percakapan mereka. Bahkan untuk menengok pun Ia enggan.

"Tolong kasihin ini ke Hanna,"

Laki-laki tersebut mulai tertarik dengan apa yang diucapkan oleh orang yang sekarang ada disebelahnya, lalu dengan perlahan menengok untuk melihat apa yang orang tersebut sodorkan.

"Ini apa?"

"Kacamata, gak usah banyak tanya, kasih aja ke dia, gue balik."

Setelah mengatakan itu, orang yang tadi memberikan sebuah kotak berisikan kacamata tersebut pergi meninggalkan laki-laki jangkung itu yang masih menatap kearah kacamata itu dengan bingung.

"Eh! Jawab dulu woi!"

Merasa tak mendapat jawaban, laki-laki jangkung tersebut menghela nafasnya lalu kembali melihat kearah kacamata yang baru saja diterimanya, lalu tanpa pikir panjang lagi Ia menaruhnya di laci meja dan melanjutkan kegiatan membacanya yang sempat tertunda karena orang aneh barusan.

Namun ditengah-tengah kegiatan tersebut Ia berhenti, pikiran tentang orang yang baru saja memberikan kacamata kepada Hanna membuatnya sedikit frustasi.

Apa motifnya dengan memberi kacamata kepada Hanna? Apa hubungan mereka berdua? Sejak kapan Hanna-

Tiba-tiba Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, Ia berpikir tidak seharusnya Ia memikirkan hal tersebut. Lagipula, Ia dan Hanna hanya berteman bukan?

Sekuat mungkin laki-laki dengan nametag Galang Pratama tersebut berusaha untuk mengabaikannya, lalu dengan menaikkan kacamatanya yang sedikit turun, Ia kembali melanjutkan kegiatan belajarnya untuk tes esok hari.

"Eh Lang!" suara melengking Sarah tiba-tiba saja memenuhi ruang perpustakaan, membuat Sang penjaga perpustakaan yaitu Pak Eko menatap tajam dirinya karena sudah menganggu ketenangan para penghuni ruangan.

Sarah dengan cepat menutup mulutnya setelah menyadari tingkahnya, lalu dengan sedikit menunduk Ia berlari kecil menuju bangku Galang dan duduk disebelahnya.

"Ngapain dah?" tanya Galang tepat setelah Sarah berhasil sampai disampingnya.

"Gak apa-apa sih, gue cuman mau nanya ajaa," jawabnya sambil dengan mengeluarkan suara kecilnya.

"Nanya apa? Buruan,"

"Dih, sok sibuk lo!"

"Yaudah, apa?"

"Emm lo ada hubungan sama orang lain?"

Pertanyaan yang dilontarkan Sarah barusan tidak terlalu membuat Galang tertarik, malah, Ia semakin fokus dengan buku yang ada didepannya.

"Hubungan apa?"

"Alahh hubungan itu lohh spesial.. Kira-kira kayak lo sama Hanna lah,"

"Ngapain lo tiba-tiba nanya gitu?"

"Yaa gapapa sih penasaran aja, tinggal jawab aja ngapa sih?!"

"Bukan urusan lo juga, mau ada orang lain pun juga gue berhak gak ngasih tahu lo, Sar."

"Ohh jadi adaa? Yaudah, bye."

"Gitu doang?"

Sarah yang merasa sudah puas dengan jawaban Galang pun langsung bergegas merapikan bangkunya, lalu mulai melangkahkan kakinya untuk pergi. Walau jawaban itu bukanlah jawaban yang Ia harapkan.

"Hari ini kenapa banyak yang aneh dah?? Ngeselin amat."

Ketos Or BadBoy ❌ Na Jaemin [On Revisi]Where stories live. Discover now