6

14 1 0
                                    

Tidak seperti biasanya pagi ini matahari tertutup oleh tebalnya awan mendung yang dari penampakannya sudah siap untuk menurunkan hujan yang tidak ringan.

Hanna yang sudah melangkahkan kakinya sampai di area sekolah pun mau tidak mau harus sedikit memercepat langkahnya karena takut diguyur hujan.

"Hanna!"

Ia menengok, Galang dari belakang berlari kearah Hanna sambil membawa payung yang sudah dimekarkan.

"Ngapain pake payung? Kan udah deket??"

"Gapapa kali, lo kan tahu peribahasa sedia payung sebelum hujan, nah ini gue lakuin."

Hanna menggelengkan kepalanya tak habis pikir, manusia satu ini sangat tidak tertebak.

"Iya iya suka-suka lo aja, Lang."

Mereka berakhir berjalan bersama menyusuri lapangan depan yang terbilang lumayan luas dengan payung kuning yang melindungi mereka dari sinar matahari. Walaupun saat ini matahari tak terlihat wujudnya karena tertutup oleh awan hitam.

"Eh, cakep banget Hanna hari ini! Cielah pake kacamata baru, kacamata dari siapa nih??"

"Nggak, jelek, yang ngasih juga jelek," jawab Hanna meledek.

"Setuju yang ngasih jelek, tapi yang make ngga ah,"

"Dih sok gombal lo,"

"Gombal apa? Gue belum selesai ngomong, yang make ngga jelek tapi lebih jelek maksudnya, HAHAHAHA!"

Sontak Hanna langsung merubah ekspresinya menjadi kesal, lalu mengepalkan tangan diatas kepalanya dengan maksud untuk memukul Galang yang baru saja balik meledeknya.

"GALANG LEBIH JELEK!!!" teriaknya sambil berlari mengejar Galang yang sudah lebih dulu meninggalkannya.

-

Sesi kejar-kejaran antara Hanna dan Galang pun akhirnya berakhir, lalu disinilah Hanna sekarang, duduk dibangku kelasnya sambil melamun menatap keluar jendela, tepatnya menatap hujan yang mulai berjatuhan diiringi kilat yang sesekali terlihat menyambar dengan suara gemuruhnya yang keras. 

"Han, kacamata lo baru ya?"

Sontak Hanna langsung mengalihkan pandangannya ke arah asal suara, Sarah yang baru saja datang terlihat sangat berantakan dengan rambut dan seragamnya yang sedikit basah. Membuatnya mau tidak mau melontarkan pertanyaan ke Hanna sembari tangannya sibuk mengepak-kepakkan seragam serta rambutnya.

"Lo gak pake jas hujan, Sar?"

"Lo gak liat gue lagi gimana sekarang?"

Hanna yang sadar pun langsung menyunggingkan senyumnya lalu membantu Sarah yang masih sibuk dengan dirinya.

"Kenapa gak pake jas hujan deh? Aneh banget lo."

"Ya orang hujannya pas gue mau sampai, nanggung banget harus berhenti dulu, apalagi udah telat ini,"

"Nih, Sar,"

"Eh? Kenapa, Do?"

Sarah dengan ragu menerima sodoran jaket yang ditawarkan oleh Aldo, teman sekelas mereka.

"Ntar kedinginan ngeluh terus lo," jawab Aldo.

"Dih?? Mana ada ya gue ngeluh?? Heh lo kalo gak srek sama gue bilang aja, nih gak usah jaketnya, gue gak bakal ngeluh," kata Sarah sambil mendorong lagi jaket pemberian Aldo.

Aldo tampak terkejut akan respon yang diberikan Sarah barusan, lalu dengan raut pasrah Ia pun kembali mengambil jaketnya yang baru saja ditolak.

"Terserah lo, dibantuin malah marah marah." gerutu Aldo sambil berjalan kembali ke bangkunya.

"Lo lagi badmood, Sar?"

"Ahhhh gak tau deh, Han. Rasanya hari ini gue sial banget,"

"Baru juga mulai harinya," gumam Hanna.

-

Istirahat pertama telah tiba, Hanna dan Sarah yang sedang kelaparan pun langsung melangkahkan kaki mereka dengan penuh semangat ke kantin.

"Eh Hanna!"

Mungkin keberuntungan sedang tidak berada pada perut Hanna saat ini. Karena suara itu adalah suara Bu Ani yang biasa memanggil murid yang Ia lihat untuk dimintai tolong melakukan sesuatu.

Dengan pasrah Hanna menghentikan langkahnya yang semula tegak menjadi lemas secara otomatis.

"Iya, Bu Ani?"

"Kamu Hanna, kan? Saya mau minta tolong antarkan ini ke Pak Liman ya, biasanya beliau di lapangan depan jam segini,"

Bu Ani menyodorkan secarik kertas berisikan nama-nama siswa yang diantaranya Hanna kenali, dan salah satunya terdapat nama Jordan.

"Baik Bu, saya langsung kesana." ucap Hanna setelah menerima kertas tersebut.

"Oke, terimakasih ya Nak, Bu Ani mau ke kantin, udah laper banget dari pagi belum makan." setelah mengucapkan itu, Bu Ani langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Hanna yang masih berdiri disana.

"Han, ayo gue anterin,"

"Gak usah, Sar. Gue sendiri aja, lo duluan ke kantin gih,"

"Serius? Lo gapapa?"

"Gapapa, gue titip nasi bungkus aja sama es teh Bu Rina,"

"Oke! Hati-hati ya, Han!"

"Iya, lo juga, Sar."

Setelah melambai kecil, Hanna langsung memutar tumitnya untuk mengubah rute jalannya ke arah lapangan depan. Tempat dimana Pak Liman berada menurut Bu Ani. Semoga saja Bu Ani benar memberi tahu lokasi Pak Liman.

Lagipula, untuk apa Pak Liman di lapangan? Padahal hujan baru saja berhenti, pasti lapangan sedang becek. Apakah Pak Liman tetap menghukum murid nakal tanpa adanya sinar matahari?

"Duhh saya juga laper Bu belum makan dari pagi! Terlalu fokus jalan ke kantin jadi gak tahu kalau ada Bu Ani disitu," gumam Hanna.

Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya Hanna sampai juga di lapangan depan sekolah.

"Pak Liman!" seru Hanna setelah melihat Pak Liman yang benar berada di lapangan depan, sedang menghukum murid yang melanggar peraturan sekolah dengan menjemur mereka sambil membuat mereka berdiri dengan satu kaki.

"Ini Pak, dari Bu Ani," kata Hanna setelah berlari kecil menghampiri Pak Liman yang sedang berdiri di depan barisan murid yang dihukum, dan setelah Hanna perhatikan ternyata ada Jordan disana.

"Oh iya, terimakasih ya," ucap Pak Liman tanpa menghilangkan raut muka seriusnya, pantas semua murid takut pada beliau.

"Kalau gitu saya permisi, Pak."

"Oh iya iya,"

Tepat saat Hanna membalikkan tubuhnya, suara tubrukan yang lumayan keras terdengar, membuatnya secara spontan kembali membalikkan tubuhnya untuk melihat apa yang terjadi.

"Jordan?"

Ketos Or BadBoy ❌ Na Jaemin [On Revisi]Место, где живут истории. Откройте их для себя